NovelToon NovelToon
PRIA

PRIA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Arif C

Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.

Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.

Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

'Astaga, ternyata kehidupan Laras hanya cukup sampai di sini. Padahal dia sedang mengandung anaknya hasil pernikahan bersama Roy, kata Raka.

Dia begitu menyayangkan kejadian nahas yang dialami oleh sang mantan istri. Raka kemudian mengucapkan terima kasih kepada customer service itu, dia kemudian pamit meninggalkan

Rumah Sakit tersebut bersama Sarah dan Rama.

Namun Raka masih cukup Terpukul dengan kabar duka. Dia masih tidak menduga dengan kepergian Laras yang begitu tak terduga.

Bahkan Raka belum sempat menceritakan tentang nasib kedua anak kembarnya kepada Laras. Dia kemudian kembali ke dalam mobil, namun wajah Raka begitu nampak murung.

"Ada apa, Raka? Apakah kamu sedih dengan kepergian mantan istrimu?" tanya Sarah. Raka menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja, Sarah. Dia adalah ibu dari kedua anak kandungku, tetapi aku tidak menyangka secepat ini Laras pergi dari dunia untuk selamanya," jawab Raka.

"Bukankah Laras sudah menghianati dan menyakiti hatimu, Raka? Kamu tidak perlu merasa sedih seperti itu," ujar Sarah.

"Tidak, Sarah. Bagaimanapun juga dia pernah menjadi bagian dari hidupku. Aku pernah mencintai Laras," kata Raka lirih.

"Memangnya saat ini kamu masih mencintainya?" tanya Sarah lagi. Raka diam sejenak. Llau dia menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja tidak, Sarah. Laras adalah bagian dari masa laluku. Tetapi dia sudah melahirkan kedua anak kembarku ke dunia ini," jelas Raka.

Sarah ikut tercenung mendengarnya, dia begitu merasa kagum dengan ketulusan hati Raka. Meski Raka sudah tersakiti hatinya oleh Laras. Tetapi dia nampaknya membuka pintu maaf selebar mungkin untuk mantan istrinya.

"Terbuat dari apa hatimu itu, Raka? Kenapa kamu masih memaafkan orang yang sudah menyakiti dan menghianatimu?' pikir Sarah dalam hatinya.

"Lalu apakah kamu ingin bertakziah ke rumah Laras?" tanya Sarah. Raka menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja, Sarah. Aku juga harus mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga Laras," jawab Raka.

"Lalu bagaimana jika mereka tidak menerimamu, Raka?" Sarah kembali bertanya.

"Aku tidak peduli. Yang penting niatku sudah baik bertakziah dan mengucapkan duka cita kepada keluarga Laras," jawab Raka lagi.

Sarah begitu kagum dengan jawaban Raka, dia juga tidak akan semudah itu untuk melupakan kesalahan seseorang yang begitu besar.

Tetapi Raka masih berlapang dada kepada Laras dan keluarganya, walaupun mereka bisa dibilang sudah membuang Raka karena statusnya sebagai mantan narapidana.

"Lalu kapan kamu akan berkunjung ke sana, Raka?" Sarah bertanya lagi.

"Kalau kamu tidak keberatan, kita bisa ke sana sekarang juga," jawab Raka. Tetapi dia kemudian menolehkan pandangannya kepada Rama.

"Rama, apakah kamu ingin segera pulang atau ingin ikut Mama dan Papa terlebih dahulu?" tanya Raka yang meminta pendapat anak tirinya itu.

"Terserah Papa dan Mama saja, aku pasti akan ikut," jawab Rama. Raka kemudian tersenyum pada bocah itu.

"Baiklah kalau begitu, Sarah. Jika kamu berkenan antarkan aku ke rumah Laras," pinta Raka.

"Tentu saja, Raka. Tetapi setelah itu kita harus pulang, karena kamu juga harus beristirahat sebab kondisimu belum benar-benar pulih," tanda Sarah. Raka menganggukkan kepalanya.

Kemudian mobil Sarah pun melaju ke kediaman Laras. Dalam perjalanan Raka terdiam. Dia teringat dengan semua kenangan manis bersama Laras.

Dimulai saat Raka melamar Laras untuk menjadi istrinya dan menggelar pernikahan yang cukup sederhana, kemudian saat Laras dinyatakan mengandung.

Dan sampai pada akhirnya Raka tidak bisa melihat kedua anak kembarnya itu, karena dia terciduk oleh pihak Kepolisian.

Hingga Laras menggugat cerai Raka, karena dia tidak tahan dengan status Raka sebagai narapidana.

Walaupun kekecewaan yang begitu besar diberikan oleh Laras, tetapi Raka tetap merasa iba karena penyebab kepergian Laras tidak diduga.

Bahkan Raka juga merasa kasihan kepada Roy yang kehilangan istri, juga calon anak yang dikandung Laras. Walaupun hal itu tidak setimpal dengan penderitaan Raka setelah berpisah dengan Laras.

Kemudian sampailah mereka di kediaman Laras. Rumah itu cukup sepi, tetapi masih banyak kursi berjejer dan bendera kuning masih terpasang di salah satu pagar rumah orang tua Laras.

"Apakah kamu yakin akan masuk ke dalam, Raka?" tanya Sarah memastikan.

"Tentu saja, Sarah. Kenapa aku harus takut," ujar Raka.

"Bukan begitu, Raka. Aku takut mereka akan menghinamu atau bahkan mengusirmu karena saja mereka belum menerimamu lagi," kata Sarah dengan nada khawatir.

"Kamu tenang saja, Sarah. Aku berniat baik tentu mereka juga akan menerimaku dengan baik lagi," ujar Raka dengan nada penuh keyakinan.

Walaupun dia juga paham dengan maksud istrinya. Sarah sebenarnya tidak tega, tetapi dia harus mendampingi sang suami. Kemudian mereka pun keluar dari mobil dan menuju ke teras rumah mendiang Laras.

"Assalamualaikum," ucap keduanya, saat itu cara menggandeng Rama.

"Waalaikumsalam," ucap salah seorang dari dalam rumah itu, ternyata yang menyambut Sarah dan Raka adalah Roy.

Dia begitu terperanjat ketika melihat kedatangan mantan suami Laras.

"Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Roy. Wajahnya terlihat dengan jelas, sangat sembab karena Roy juga begitu terpukul dengan kepergian Laras.

"Aku turut berduka cita atas kepergian Laras, Roy. Sungguh, aku tidak menyangka Laras akan pergi secepat ini," tutur Raka.

"Dari mana kamu tahu kalau Laras tiada?" Roy masih bertanya.

"Sebenarnya tadi aku berniat menjenguk Laras di rumah sakit, tetapi customer service rumah sakit itu mengatakan kalau Laras sudah dipulangkan dengan kondisi yang demikian adanya," jawab Raka.

Kesedihan Roy berganti menjadi emosi yang mulai naik mendengar pemaparan Raka. Matanya begitu tajam menatap Raka. Sarah menyadari perubahan wajah Roy saat itu ada apa dengan suami Laras.

'Kenapa dia sepertinya marah kepada Raka?' gumam Sarah.

"Semua itu gara-gara kamu, Raka!" tuding Roy. Raka dan Sarah pun terperanjat mendengar tuduhan Roy kepada Raka.

"Apa maksudmu, Roy? Aku tidak paham dengan perkataanmu itu," ujar Raka.

"Sudahlah jangan berpura-pura bodoh! Kematian laras adalah karenamu!" tuduh Roy lagi yang begitu mengejutkan Raka.

"Tetapi aku tidak melakukan apapun. Aku

menemukan Laras berada di kamar mandi. Saat itu dia berteriak minta tolong," jelas Raka.

"Oleh karena itu, aku segera membawanya ke rumah sakit. Sebab aku takut terjadi sesuatu kepada Laras," sambung Raka.

"Pada saat itu Laras hendak dioperasi, tetapi butuh persetujuan keluarganya. Karena statusku adalah mantan suami Laras, jadi aku tidak bisa menanda tangani surat pernyataan kesediaan Laras untuk menjalani operasi," imbuh Raka, berusaha menjelaskan sedetail mungkin kepada Roy.

Agar bisa mematahkan tudingan Roy bahwa Rakalah yang menjadi penyebab kepergian Laras.

"Dengarkan aku, Sialan! Kamu sudah membuatku kehilangan Laras serta calon anakku!" Roy masih saja menuduh Raka, namun Raka juga tidak terima jika Roy terus-menerus menuduhnya.

Bahkan sarah juga merasa kesal dengan apa yang ditudingkan Roy kepada suaminya.

1
@Tie
ini diucapkan apa cuma dlm pikiran?tp ada ditimpali sm raka,apa raka bs baca pikiran?
@Tie
hatinya
siskaa putri
sepertinya menarik
Tester
Saya adalah pemberi komentar pertama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!