SHE IS VERY DANGEROUS

Pertengkaran antara Adrianna dan Xiaofei berhenti begitu saja ketika salah satu dari mereka pergi.

Namun, apakah itu akan benar-benar berakhir begitu saja?

Kita lihat saja nanti.

Sementara itu, di salah satu sudut cafe yang tak terlihat, Auryn nampak puas atas performa yang Xiaofei tampilkan.

Dari awal kedatangan pria itu, Auryn sudah mengawasi dari kejauhan. Ia menunggu, bagaimana Xiaofei beraksi. Ternyata, apa yang ia tunggu tidak sia-sia.

Sejak pertama, Auryn terus memperhatikan bagaimana raut wajah Adrianna yang terlihat senang ketika melihat kekasihnya datang. Mendadak senyum itu menjadi luntur, kala Xiaofei tiba-tiba saja mengambil alih perhatian dari pria yang berstatus sebagai kekasih gelapnya.

Ekspresi Adrianna pun menjadi semakin gelap, kala melihat sang kekasih malah mengajak wanita itu berkenalan.

Senyum di wajah Auryn semakin mengembang, ketika menyaksikan bagaimana Adrianna mencoba melabrak Xiaofei namun malah berbalik menyindir dirinya sendiri. Terlebih, Leon bahkan sama sekali tidak membelanya.

Pria itu hanya diam, membiarkan Adrianna mempermalukan dirinya sendiri. Meski Auryn tahu, dalam hatinya, pria tersebut pasti ingin melenyapkan wanita itu.

Auryn mengerti, Adrianna, sama bodohnya dengan Damian. Keduanya sama-sama bucin terhadap pasangan, sedangkan mata mereka tertutupi ilusi. Sebuah bayangan yang disematkan masing-masing pasangan, menciptakan keadaan bahwa kekasihnya ini sangat mencintainya. Padahal, pada kenyataannya tidak sama sekali.

Leon memanfaatkan Adrianna yang mencintainya untuk menjadi mata-mata di keluarga William. Sementara Adrianna sendiri, wanita itu memanfaatkan rasa cinta Damian padanya, untuk mencari tahu kelemahan pria itu kemudian memberitahukannya kepada pria yang ia cintai.

"Ternyata benar apa yang dikatakan banyak orang, 'cinta membuat orang buta'. Tidak bisa melihat jika kebenaran di depan mata." gumam Auryn pelan.

Melihat jika Leon dan Adrianna telah pergi dari cafe, Auryn pun beranjak keluar dari cafe setelah membayar makanan serta minuman yang dipesannya.

Ia segera menemui Xiaofei yang telah menunggunya di taman seberang cafe.

"Nona, Bagaimana aksi saya barusan? Saya harap anda puas dengan kejadian yang terjadi di dalam cafe." tanya Xiaofei bersemangat.

"Tentu saja aku sangat puas. Apalagi di saat melihat ketidakberdayaan Adrianna ketika kau dengan sengaja menyindirnya. Wajahnya benar-benar dipenuhi dengan emosi hingga memerah." ucap Auryn tersenyum lebar.

"Kerja bagus." lanjutnya memuji Xiaofei.

"Saya bisa melakukan ini, juga berkat arahan nona." balas Xiaofei merendah.

"Lalu, Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?" tanyanya sambil menatap sang majikan.

"Kita tunggu beberapa hari untuk pertemuan kedua mu dengan pria itu. Kita tidak boleh terlalu terburu-buru. Jangan sampai pria itu malah menjadi curiga dengan berbagai kebetulan pertemuan antara dirinya dan dirimu." balas Auryn tenang.

"Untuk saat ini, kau bisa kembali ke dalam ruang dan ber kultivasi di sana agar kekuatanmu menjadi lebih stabil." lanjutnya berkata sambil menoleh kearah Xiaofei.

Wanita itu tidak membantah dan masuk ke dalam ruang dimensi milik majikannya setelah melirik sekitarnya dan memastikan area itu sepi.

.....

Di sisi lain, sepasang pria dan wanita terlihat bertengkar di dalam kendaraan.

"Kau telah bertindak keterlaluan, Adrianna!" ucap Leon dingin.

"Apa?" tanya Adrianna dengan pandangan tak percayanya.

"Aku? Bertindak keterlaluan? Kau yang bertindak keterlaluan Leon, bukan aku!" lanjutnya menolak apa yang dikatakan sang kekasih.

"Memangnya apa yang salah dari tindakan ku barusan? Aku hanya mencoba berkenalan dengan wanita itu untuk..." balas Leon namun terpotong oleh ocehan wanita yang duduk di sampingnya.

"Nah, itu. Kau mencoba berkenalan dengan wanita itu di depan mata ku! Apa kau tidak pernah memikirkan perasaan ku saat itu? Aku cemburu! Aku sakit hati ketika kau memperlakukan wanita lain dengan lembut selain diriku!" ungkap Adrianna penuh kekesalan.

"Jadi maksudmu, aku boleh berkenalan dengannya ketika aku tidak sedang bersamamu? Begitu?" tanya Leon yang kembali menahan amarahnya.

"Jangan macam-macam, Leon!" sentak wanita itu memelototi pria di hadapannya.

"Kau yang seharusnya menjaga sikap mu, ADRIANNA!" bentak pria itu yang membuat wanita bernama Adrianna tersebut terkejut.

Dia bahkan mengelus dadanya yang terasa berdebar akibat bentakan dari pria yang di cintainya.

Menatap mata Leon dengan sendu, Adrianna mulai mengeluarkan kemampuannya.

"Kau berani membentak ku, Leon? Hanya demi wanita yang bahkan namanya saja belum kau ketahui?" ucap Adrianna lirih dengan mata yang berkaca-kaca.

"Stop semua drama mu, Adrianna. Jangan konyol! Ingat jika sekarang status mu merupakan tunangan dari Damian. Alasanku berkenalan dengan wanita tersebut, juga agar tidak ada yang mencurigai hubungan kita." jelas Leon.

"Maksudmu?" tanya Adrianna mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Adrianna, kau tahu kita tidak bisa terlalu sering bertemu seperti ini. Apalagi di tempat umum. Sebentar lagi, Damian pasti akan mengumumkan hubungan kalian berdua."

"Wanita itu, bisa ku jadikan tameng agar hubungan kita tidak terbongkar." jelas Leon.

"Apa maksudmu? Apa hubungan wanita itu dengan kita?" tanya Adrianna mengerutkan kening.

"Ck, Jika sewaktu-waktu hubungan kita terbongkar oleh seseorang yang kita kenal, dan orang tersebut menyebarkannya atau malah memberitahukannya kepada Damian, kita bisa membuat alasan jika itu merupakan ke salah pahaman karena aku sendiri sudah memiliki kekasih dan itu adalah perempuan tadi." ucap Leon beralasan.

Tentu saja alasan utama Leon tetap ingin berkenalan dengan wanita tersebut, ialah karena dirinya telah jatuh pada pesona perempuan tersebut.

Dan dia tidak akan mengatakan semua itu pada wanita pencemburu yang duduk di sampingnya.

"Dengan kata lain, kau ingin menjadikan wanita itu sebagai kekasihmu agar hubungan kita tidak diketahui?" tanya Adrianna.

"Ya, kurang lebih seperti itu." jawab Leon.

"Tidak! Aku tidak setuju!" seru wanita tersebut.

"Kenapa? Kau bahkan akan bertunangan dengan pria lain, lalu kenapa aku tidak bisa berhubungan dengan wanita lain?" tanya Leon tidak senang.

Melihat jika kekasihnya marah, Adrianna jadi gelagapan. segera saja ia membujuk pria itu untuk menurunkan emosinya.

"Bukan seperti itu, hanya saja aku tidak setuju jika wanita itu yang menjadi kekasihmu. Entah kenapa, aku memiliki perasaan buruk terhadapnya. Bisakah kau mencari wanita lain saja." ucap Adrianna memohon.

"Kau yakin? Bukan semata-mata karena rasa cemburu mu?" tanya Leon mendengus.

"Aku akui memang aku cemburu padanya karena dia dapat menarik perhatian mu dengan singkat. Tapi kamu juga tahu bagaimana insting ku bekerja kan? Hampir 70% insting ku tidak pernah salah dalam menafsirkan." jawab Adrianna gugup.

"Kita lihat nanti." jawab Leon tanpa menoleh kearah wanita itu.

Langsung saja, pria itu melajukan kendaraannya menuju tempat yang lebih private untuk berbicara.

Leon tentu mempercayai insting milik Adrianna, karena beberapa kali, insting tersebutlah yang telah menyelamatkannya dari masalah. Namun untuk perihal kejadian barusan, dia tahu ini hanya akal-akalan Adrianna agar dirinya tidak mendekati wanita itu.

Pria tersebut tentu tidak akan membiarkan wanita di sampingnya bisa mengendalikan hidupnya. Apa yang dia suka dan mau, tidak ada seorang pun yang dapat melarangnya untuk mendapatkan itu.

Adrianna juga terlihat diam, dia hanya memandang keluar jendela. Terlalu malas untuk membahas perihal apa yang baru saja terjadi.

"Kita sudah sampai, turunlah." ucap Leon datar sembari membuka pintu mobilnya.

Wanita itu tersadar, Kemudian melirik sekelilingnya. Melihat jika pria itu telah turun mendahuluinya, dengan cepat ia membuka pintu mobilnya dan menyusul pria tersebut dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Hei, bisakah kau menungguku terlebih dulu?" keluh Adrianna dengan raut wajahnya cemberut.

"Kau terlalu lambat." jawab Leon singkat.

Pria itu kembali meninggalkan wanita yang kini sedang berdecak kesal sembari menghentak-hentakan kakinya.

Ia kembali mengikuti sang kekasih yang telah masuk kedalam sebuah villa mewah. Adrianna menebak jika ini merupakan salah satu villa milik kekasihnya.

"Duduklah, Aku ingin membersihkan diri dulu." ujar Leon kepada Adrianna yang kini tengah melihat-lihat isi villanya itu.

Dia berjalan ke arah kamar yang memang sering ditempatinya ketika berkunjung kemari. Sementara Adrianna akhirnya mengakhiri tur villanya dan duduk di ruang tamu setelah membawa air minum untuk dirinya sendiri dari dapur.

Adrianna memang belum pernah kemari, tapi ia terbiasa bertindak bebas ketika berada di kediaman Leon atau Damian.

Wanita itu menunggu kekasihnya mandi terlebih dahulu dengan sabar. Dirinya masih kepikiran dengan kejadian baru saja ia alami. Seolah ini hanya awal.

"Wanita di restoran itu sepertinya mengetahui sesuatu. Jika tidak, bagaimana aku merasa semua yang ia katakan seperti tengah menyindir ku? Terutama pasal orang ketiga itu." batin Adrianna sambil menyipitkan kedua matanya yang memandang lurus ke depan.

"Aku harus hati-hati terhadap wanita itu. Entah mengapa, aku merasa ia akan menjadi batu sandungan ku. Jangan sampai, dia bertemu kembali dengan Leon." lanjutnya penuh emosi sambil mengeratkan kepalanya.

"Sial, setelah selesai berurusan dengan Auryn, mengapa harus ada Auryn-Auryn lainnya yang mengganggu hubunganku dengan kedua kekasihku?" gumam Adrianna kesal.

"Damian sudah berada dalam genggaman ku. Tapi Leon? Aku tahu pria tersebut belum sepenuhnya jatuh cinta padaku seperti aku mencintainya. Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan hati Leon seutuhnya?" gumam wanita itu lagi pada dirinya sendiri sambil menggigit bibir bawahnya.

.

.

.

TO BE CONTINUE.