NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Fakta

Taufan mengepalkan tangan erat-erat melihat Febri dibantu Mahesa memasukkan barang-barang dari gudang belakang ke dalam mobil. Ia tak bisa berbuat apa-apa karena terus diawasi istrinya. Sedangkan Hanum langsung masuk kamar begitu selesai membantu dua pelatihnya membereskan gudang.

“Makasih banyak, Kak,” ujar Febri pada ibu panti. Wanita itu mengangguk pelan seraya tersenyum teduh. “Semoga apa yang kalian dapetin ini bisa bermanfaat menjadi bantuan dalam upaya kalian.”

“Aamiin,” sahut Febri dan Mahesa bersamaan. Mahesa kemudian menjabat tangan Taufan dan istrinya bergantian lalu masuk mobil. Febri menyalami Taufan dan istrinya juga. “Aku pastiin keluarga kalian sama anak-anak panti ini aman,” janjinya. Kemudian ia buru-buru masuk mobil juga sebelum mendapat sahutan dari Taufan. Ia tak ingin lagi membuat keributan.

Grup chat ramai oleh Kartika, Nayla, dan Sandi yang saling berbalasan setelah menerima kiriman foto-foto dari dinding gudang yang Febri dan Mahesa abadikan. Meski foto-foto itu juga mereka bawa, tapi Febri merasa anggota grup harus tahu secepatnya. Karena barangkali ada yang kenal bahkan punya info salah satu dari mereka. Meski pada kenyataannya tak ada yang mengaku kenal.

“Pak Dirman tetep belum kasih kabar, Bang?” tanya Febri.

Mahesa mengurut kening. Ia pun sedang sangat khawatir. “Pak Dirman nggak biasanya ngilang tanpa kabar. Aku yakin dia udah sampe basecamp sekarang. Tapi—”

Dua pria itu menghela napas tertahan. “Aku jadi pengen nyusul ke sana,” gumam Mahesa.

***

Hanum terlelap dengan cepat setelah menghapalkan wajah orang-orang yang diposting Febri di grup. Sepenuhnya yakin bahwa dirinya akan mengalami mimpi merasuk lagi. Dan benar. Hanum membuka mata sesaat setelah guyuran air menimpa kepalanya.

Hanum gelagapan. Ia raup mukanya yang basah dengan tangan gemuk yang bukan miliknya. Tangan putih, berisi, kuku jemari berkutek hitam, milik seorang wanita. Hanum coba tenang. Ia fokuskan penglihatannya yang buram. Otak berpikir cepat. Ia sadar kondisinya saat ini cukup darurat.

Pasalnya, seorang pemuda tampan duduk di sofa rusak tak jauh dari tempatnya duduk. Beberapa pria maupun wanita muda mengelilingi orang yang sedang merokok tersebut. Hanum mendapati sebuah kacamata pecah di tengah ruangan yang menjadi tempatnya disekap. Benar. Saat ini ia sedang duduk bersimpuh di lantai dengan mulut tersumpal serta kedua tangan diikat.

“Buka sumpal mulutnya,” perintah pemuda itu.

Seorang perempuan penyiram air pada sosok yang dirasuki Hanum barusan itu melempar ember yang dibawanya sembarangan. Lalu melangkah gontai menuju Hanum. Hanum mengernyit. Ia menduga bahwa gelagat aneh perempuan yang berjalan mendekatinya itu pasti karena pengaruh obat terlarang.

Napas Hanum terasa berat. Ia risih pada pakaian yang dikenakan badan berisi itu cukup ketat. Perempuan tadi makin mendekat. Kemudian menarik kain penyumpal mulut Hanum dengan kasar. Hanum menatap perempuan sakau itu lekat-lekat. Dan tiba-tiba sebuah tamparan mendarat.

“Kurang ajar lo ya melototin gue?!” bentak si perempuan. Ia jambak rambut basah Hanum yang tergerai acak-acakan lalu menoleh ke arah pemuda yang Hanum duga sebagai ketua geng mereka. “Mampusin aja nih cewek rabun! Jangan kasih ampun!”

Pandangan Hanum yang buram pasti karena mata orang yang dirasukinya ini minus. Ia hanya bisa melihat wajah semua orang itu satu per satu secara samar. Namun Hanum pastikan akan bisa mencarinya jika sudah bangun nanti. Tiba-tiba perempuan yang menjambak rambutnya itu memukulkan kepalanya ke lutut. Kejam! Hanum menangis karena geram dan merasakan sakit yang menjalar.

Beruntung perempuan gila itu segera melepas jambakannya lalu beranjak pergi. Kepala Hanum terasa sakit dan pandangannya berputar. Ia mendongak, mengamati semua orang yang menertawakannya.

“Gimana kalo kita eksekusi sekarang aja nih babi betina?”

Hanum terhenyak mendengar perkataan kasar yang sebelumnya tak biasa ia dengar.

“Mau kita kubur, potong, bakar, apa tenggelemin di sungai?”

“Cor aja di tong kayak yang lagi rame, tuh.”

Hanum tak kuasa mendengarkan diskusi mengerikan itu lagi. “DIAM!” teriaknya. Semua orang yang sedang seru membahas rencana pelenyapannya langsung hening dan menatap ke arahnya dengan ekspresi heran maupun kesal.

“Sebelum kalian bunuh aku, coba kasih tahu apa kesalahanku?” tanya Hanum. Ia harus tahu perkaranya lebih dulu. Kali ini ia tidak akan lari.

“Dari tadi lo ngocehin itu mulu!” bentak seorang gadis berbaju hitam yang menampilkan belahan dadanya.

“Udah dibilangin, lo itu pencemaran lingkungan tahu, nggak?” timpal satunya.

“Nggak nyadar ya lo tuh sampah dalam hidup kami. Apa-apa soal kami lo komen, lo laporin, lo bahkan nguntit Yohan, kan?”

“Menjijikkan!”

Hanum fokus mendengarkan ocehan muda-mudi itu. Lalu menyimpulkan bahwa perempuan yang sedang dirasukinya ini merupakan korban bully. Perempuan yang ingin menguak kebusukan geng pemuda bernama Yohan. Terutama tentang gelagat sakau mereka semua. Membuat Hanum tanpa sadar tertawa.

“Kalian nggak lihat aku punya bekingan, ya?” tanya Hanum.

Yohan dan gengnya tampak saling pandang lalu terbahak-bahak. “Lo tuh rakjel kolong jembatan, mana punya bekingan!”

Hanum berusaha berdiri meski sekujur badan terasa nyeri. Ia tertawa lebih keras dari muda-mudi yang merundungnya itu. “Kuntilanak di belakang kamu,” tunjuk Hanum dengan dagu. “Pocong gantung di atasmu,” lanjutnya pada seorang yang lain. “Genderuwo bersisik di belakang, hantu muka gepeng, pala buntung, banyak! Tempat ini dihuni sama mereka.”

“Ngaco lo!”

“Kayaknya otak lo geser ya abis dipukulin tadi?”

Hanum memejamkan mata lalu udara dingin berembus kencang dalam gedung terbengkalai itu. Sontak anak-anak muda di sana bergidik. Tiba-tiba seorang pemuda berteriak histeris sambil membelalak menatap ke atas gedung.

“P—po—pocooong!!” Pemuda itu kemudian tunggang langgang ke luar. Teman-teman keheranan, ada yang ketakutan, Yohan tampak kesal.

Hanum berhasil mempergunakan kemampuannya mengendalikan para hantu. Ia memerintahkan mereka untuk mengganggu anak-anak muda itu. Tapi Yohan tak tampak gentar. Ia berdiri dari sofa tuanya. Lalu melangkah dengan santai menuju Hanum.

Yohan mencekik leher gemuk itu. Hanum tak bisa berbuat apa pun karena tangannya terikat di belakang. Ia berusaha menendangkan lutut, tapi Yohan makin berang. Yohan mencekik sambil mendorong mundur perempuan itu hingga tertekan di dinding.

Hanum yang tak bisa bernapas dengan baik pun mulai lemas dan nyaris hilang kesadaran. Hingga akhirnya ia benar-benar kembali ke kenyataan. Panik, Hanum mencari-cari HP-nya yang selalu terselip di bawah bantal. Kemudian keluar kamar diam-diam. Masuk ke kamar mandi, kemudian melakukan panggilan di grup.

“Ada apa, Num?” Febri yang paling pertama menerima.

“Urgent, kah?” tanya Kartika yang bergabung berikutnya. Lalu Sandi, Nayla, dan Mahesa secara berurutan.

“Aku mimpiin geng anak-anak muda nge-bully seseorang. Sekarang korbannya lagi disakitin sama ketua geng itu. Kita harus tolongin sebelum terlambat.”

“Tenang dulu, Num,” pinta Kartika. Ia segera beranjak dari kasur lalu mengenakan kacamata dan bersiap di depan komputernya. “Bisa kamu kasih tahu ciri-ciri tempatnya?”

Hanum mendeskripsikan tempat penyekapan sekaligus penganiayaan tersebut. Ia ingat melihat banner rusak yang tergantung terbalik di luar gedung. Beruntung tulisannya cukup besar, sehingga masih terbaca oleh Hanum meski penglihatannya buram.

Kartika segera mencari lokasi tempat tersebut. Lalu ia mendengus lelah. “Itu di luar kota,” desisnya.

Hanum membelalak. Yang lain berdecak dan termangu. “Biar aku kirim laporan anonim aja ke polres sana,” ujar Kartika. Semua setuju.

***

Tangan Hanum mengepal erat. Dirinya diliputi amarah yang teramat. Pasalnya, setelah semalam tidur lagi, ia terlelap hingga pagi dan begitu bangun mendapat kabar di grup chat tentang kasus penganiayaan yang dimimpikan Hanum. Bukan berita bagus yang ia dapat. Mereka terlambat.

Media mengabarkan bahwa semalam polisi mendapat laporan anonim dan bergegas menuju TKP. Polisi menemukan korban sudah tak bernyawa dengan kondisi tergantung di atap gedung. Polisi tak menemukan orang-orang yang menjadi pelaku seperti yang dilaporkan oleh anonim. Jadi mereka menyimpulkan bahwa kematian korban merupakan upaya bunuh diri.

“Kurang ajar!” teriak Hanum. Dipukulnya dengan kuat samsak yang dipegangi Febri hingga pria itu sedikit terdorong mundur. Febri merasa aneh pada kemarahan Hanum. Waspada jika sewaktu-waktu Hanum hilang kendali lagi seperti saat mengamuk Nayla tempo hari.

Nayla, Sandi, dan Mahesa pun merasa tegang. Nayla melotot pada Sandi. “Buruan selesein sketsanya.” Sandi mengangguk lalu buru-buru menggoreskan pensil gambarnya lagi.

“Guys!” Teriak Kartika yang baru datang ke GOR. Ia berlari sambil menenteng tas laptop. “Sini, sini, kumpul!” suruhnya. Lima orang itu segera mengerumuni Kartika. Kartika membuka dua laptop yang dibawanya.

“Dari foto-foto yang dipajang Bubu di gudang panti, aku nyari profil mereka. Trus yang satu ternyata seorang kapolres. Dan kalian tahu? Dia kapolres di kota tempat pembunuhan semalem,” terang Kartika.

“Trus apa hubungannya?” sahut Nayla.

Kartika menampilkan foto sebuah keluarga yang sedang berlibur di pantai. “Ini kapolres, istri, anak cewek, sama anak cowoknya,” tunjuk Kartika, “aku yakin salah satu anggota geng itu anak dia.”

Sandi segera menunjukkan sketsa wajah Yohan yang baru rampung. “Persis! Ini ketua gengnya!” pekik Sandi. Semua terhenyak. Fakta bahwa Yohan selaku ketua geng sekaligus pembunuh orang yang dirasuki Hanum adalah anak laki-laki kapolres itu sendiri.

“Pantesan pelaku nggak ketahuan,” gumam Nayla, “dilindungi sama Bapaknya.”

Seketika Hanum lemas. Febri mengelus kepala gadis yang mulai menangis itu. Nayla buru-buru memeluknya. “Bukan salahmu, Num,” hiburnya. Tapi tetap saja Hanum merasa tertonjok oleh kegagalan lagi.

“Sekarang kita udah dapet profil orang-orang Wilangan yang jadi target bales dendam termasuk di mana mereka tinggal. Kita harus bikin rencana yang matang buat beresin mereka.” Kartika melipat tangan di dada. “Karena mereka bukan orang sembarangan. Mereka punya jabatan. Jadi kita harus hati-hati.”

Hanum melepas pelukan Nayla. Sorot matanya berubah tegas. “Lain kali aku nggak akan gagal lagi.”

1
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
reska jaa
aq bca dini hari thour.. senang aja ad kegiatan sambil mencerna mkann 🤭
n e u l: monggo monggo
terima kasih /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
ngeri,!
lanjut kak
n e u l: siap pak! /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
Ini lebih menenangkan 🥴🥴🥴🥴🥴
Bukan teror aja tapi ktmu org2 psikopat langsung 😔
n e u l: /Cry/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
n e u l: siap /Determined/
total 1 replies
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!