NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Suasana kamar sangat mendukung. Terdengar samar suara gemericik air mancur dari taman belakang. Obrolan di ruang makan juga terbawa. Kali ini Tiara memasuki kamar terlebih dahulu diikuti Dirga yang berjalan di belakangnya.

Dirga berdiri seraya menutup pintu, tak lupa menguncinya. Kedua bola matanya selalu tertuju pada Tiara. Istrinya itu dengan anggun melangkah mendekati ranjang dan duduk di sana.

Tiara membalas tatapan mata Dirga. Tersenyum menggoda ke arahnya.

“Apa aku perlu memakai gaun malam warna merah yang kamu belikan waktu itu?” tawar Tiara menegakkan tubuhnya menggoda sang suami.

Dirga masih diam, ia menelan ludah tanpa berkata-kata. Melihat Tiara duduk dan bernafas biasa saja tergoda. Apalagi menatap sang istri mengenakan gaun malam! Bisa jadi malam ini mereka berdua tidak akan tidur!

Langkah Dirga semakin lebar. Selanjutnya, ia duduk di sebelah Tiara. Mereka saling tatap. Melemparkan kode-kode yang hanya mereka yang mengetahuinya.

“Apa kamu sedang menggodaku Tiara?” Dirga meraih bibir Tiara dan menyentuh dengan telunjuknya.

“Untuk apa aku susah-susah menggoda tanpa digoda saja kamu sudah tidak sabar,” lirih Tiara. Ia masih menatap Dirga tidak berniat untuk mengawalinya lebih dulu. Tidak!

Tangan Dirga bergerak cepat meraih tubuh Tiara dan menciumnya dengan perlahan, dalam, dan basah. Kini, Tiara tak bisa diam dan memilih membalas ciuman sang suami, dengan lebih bersemangat.

Entah bagaimana kini Tiara sudah berada di bawah tubuh Dirga.

“Aaaaa!” pekik Tiara yang membuat Dirga terkejut.

“Kenapa?” Dirga menatap Tiara dengan pandangan bertanya-tanya.

“Punggungku sakit!” keluh Tiara meringis kesakitan seraya mendorong Dirga untuk menjauh.

Tanpa menunggu lama Dirga yang tidak ingin Tiara kesakitan segera menggeser tubuhnya. Ia menatap Tiara yang masih merasa kesakitan.

“Apa sakit sekali?” Dirga tidak tega melihat Tiara.

Tiara mengangguk pelan. “Maaf, sepertinya kita tidak bisa melakukannya sekarang! Punggungku benar-benar sakit!” tutur Tiara dengan menundukkan kepalanya.

“Ya, malam ini kita tidak akan melakukannya!” balas Dirga mengamati celananya yang terasa sesak. Pandangan mata Tiara mengikuti pandangan mata sang suami. Ia merasa bersalah tetapi tetap tidak bisa melakukannya malam ini.

Gluk.

Tiara menelan ludah dengan perasaan bersalah.

“Ada yang berdiri tegak tapi bukan keadilan!” ujar Dirga. “Ayo kita tidur saja! Besok aku harus berangkat ke kantor dan akan menjadwalkan konferensi pers untuk mengumumkan pernikahan kita!” hiburnya seraya berbaring dengan memunggungi Tiara.

“Apa kamu marah?” tanya Tiara meraih tangan Dirga.

“Tidak aku tidak marah! Aku sedang berusaha memahami dan membuat kamu nyaman Tiara! Jangan sentuh aku atau aku tidak bisa menahannya lagi!” ancam Dirga kekeh tidak akan menoleh ke arah Tiara. Ia masih tergoda, sungguh tergoda.

• *

Siang itu Tiara yang merasa bosan menunggu kedatangan Vida memutuskan untuk pergi ke taman bunga yabg berada di samping rumah. Ia keluar kamar dan mencari Nyonya Rani terlebih dahulu, untuk meminta izin.

“Ma,” Tiara seraya berjalan menghampiri mama mertuanya yang tengah sibuk dengan majalah Fashionya di ruang keluarga.

“Iya sayangku ada apa?” tanya sang mama mendongak ke arah sumber suara. Di tatapnya Tiara yang malu-malu mendekat ke arahnya.

“Nanti kalau Vida datang bilang aku di kebun ya Ma, aku rindu dengan mawar-mawarku,” tuturnya dengan sopan. Seharian hanya di kamar tanpa melakukan apapun, benar-benar membuat Tiara mati kutu.

“Tidak Tiara, kamu masih sakit mama tidak mengizinkanmu melihat mawar-mawar itu. Mbok Ijah dan Parti sudah memeliharanya. Kamu sini saja duduk sama mama! Sini kamu mau pilih baju yang mana!” bujuk Nyonya Rani tidak rela Tiara keluar rumah.

“Tapi, Ma,” tawarnya berjalan mendekat.

“Tidak ada tapi-tapian, Dirga yang meminta mama untuk menjagamu dan tidak mengizinkanmu keluar rumah! Ayolah kali ini saja, nanti kalau sudah sembuh kamu bisa seharian di kebun bunga!” ujarnya menuntun agar Tiara ikut duduk di sebelahnya.

“Sebentar lagi Casandra juga akan datang ke sini, mama sudah tidak mau lagi membohonginya. Mama ingin memberitahu kala Dirga, sudah menikah denganmu agar dia tidak berharap lagi dengan Dirga!” ungkap Nyonya Rani. Menyembunyikan sesuatu itu melelahkan, apa lagi menyembunyikan hubungan pernikahan Dirga dan Tiara di depa wanita lain yang berharap menjadi istri Dirga.

“Tapi Ma,” Tiara menggigit bibirnya. Takut akan reaksi sang model setelah memberi tahu apa yang terjadi sebenarnya.

“Kenapa? Bukankah itu lebih baik Tiara, lagi pula sebelum akhir bulan Dirga akan mengumumkan dan memperkenalkanmu sebagai istrinya,” jelas Nyonya Rani.

“Aku hanya belum siap Ma, aku takut Rosalin marah padaku!” sahut Tiara mengingat kenangan buruk terakhir kali pada wanita itu.

“Tidak, kamu tidak bersalah. Kamu tidak perlu takut, lagi pula apa bedanya Rosalin tahu hari ini atau Rosalin tahu nanti. Toh kenyataannya kamu memang istrinya Dirga, menantu keluarga Abraham .” Sang mama menyibakkan rambut yang jatuh di kening Tiara dengan penuh kasih sayang. Ia begitu menyayangi menantunya itu.

Tiara tidak merespons, pandangannya tertuju pada Mbok Ijah yang sedang berjalan ke arahnya. “Nona Tiara, temannya sudah datang. Menunggu Nona di depan!” katanya dengan sopan.

“Suruh Vida masuk saja Mbok!”

“Baik.” Mbok Ijah menghampiri Vida, lalu memintanya untuk masuk ke dalam. Ke rang tamu.

Vida sangat antusias bertemu dengan Tiara. Mereka berdua berpelukan lama, karena saling merindukan satu sama lain. Bukan tanpa alasan Vida menemui Tiara kali ini. Ada sesuatu hal penting yang ingin ia sampaikan.

“Bagaimana keadaanmu Tiara? Maaf aku tidak menjengukmu! Tuan Dirga tidak mengizinkan siapa pun masuk ke ruangan mu kecuali hanya keluarga inti!” lirih Vida. Sudah beberapa kali ia datang ke rumah sakit, tetapi selalu nihil karena tidak bisa menemui Tiara sama sekali.

“Aku sudah baik-baik saja, maaf Vida aku tidak tahu kalau kamu datang ke rumah sakit.” Tiara merasa menyesal.

“Tak apa,” sahut Vida. “Ada yang ingin aku sampaikan Tiara, Bu Susi tidak bisa datang ke sini, dia yang menyuruhku untuk menyampaikannya!” terang Vida dengan ekspresi serius.

“Apa?” Tiara ikut tegang dan tidak sabar mendengar penjelasan dari sahabatnya. “Ada apa?”

“Beberapa waktu lalu ada orang yang mencarimu—,”

“Apa itu anggota keluargaku, ibu dan ayahku mengenal nya?” tanya Tiara tidak sabar.

"Maaf aku kurang tahu, nanti kamu tanya ke orang tuamu kalau mereka berkunjung ke sini" jelasnya.

“Apa aku bisa bertemu dengan mereka?” lirih Tiara. Ia harus berhati-hati takut jika Nyonya Rani, Pak Seno, atau Dirga tidak mengizinkannya menemui orang yang kemungkinan adalah anggota keluarganya

“Aku tidak tahu, tetapi Bu Susi sudah memberitahu kalau kamu sudah menikah dengan keluarga Abraham . Bisa jadi kamu akan bertemu dengan orang yang mencarimu Tiara, hanya saja aku berpesan agar kamu tidak terlalu berharap!” pesan Vida.

“Iya, aku hanya merasa senang Vida, ini pertama kalinya ada orang yang mencari ku, apa mereka saudara kandungku. Ibu dan Ayahku tidak pernah mau bercerita tentang mereka?” tanya Tiara.

Vida belum menjawab, seseorang masuk ke dalam rumah dan mengagetkan mereka.

* *

Dirga belum juga selesai memeriksa dan menandatangani berkas-berkas yang bertumpuk di meja kerjanya. Sesekali ia melihat ke arah arloji di pergelangan tangan. Ingin pulang ke rumah, dan makan siang bersama istri tercintanya.

“Apa ada masalah, Anda terlihat sangat risau Tuan?” tanya Tomi. Merasa Dirga tidak fokus dengan pekerjaannya.

“Tidak ada, aku hanya tidak ingin melewatkan makan siangku dengan Tiara!” sahut Dirga tanpa sedikit pun mengurangi fokusnya pada berkas yang di pegangnya.

“Apa ada yang ingin makan siang?” tanya Rosalin. Yang tiba-tiba muncul di ruang kantor Dirga.

Dirga terkejut dengan kedatangan Rosalin tiba-tiba. Ia menoleh ke arah Tomi dan berharap mendapat penjelasan atas kehadiran tamu tak diundang.

Namun, Tomi hanya mengangkat bahunya karena tidak tahu.

“Aku bawakan bekal buat calon tunanganku dan sekretarisnya!” ujar Rosalin melangkah masuk ke dalam ruangan.

“Calon tunangan?” Dirga dan Tomi saling berpandangan dengan ekspresi bertanya-tanya.

“Iya, malam ini mamaku akan merilis rencana pertunangan kita, Rosalin akan diperistri pewaris Abraham Group,” ucapnya dengan lantang.

Gluk.

Dirga menelan ludah. Bagaimana bisa Rosalin datang tiba-tiba dengan membawa kabar buruk itu.

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!