Mencintai Ipar Ku Sendiri

Sepanjang perjalanan Daniel dan Lia hanya terdiam dan hanya berbincang sekedarnya saja. Bahkan untuk memiliki hubungan lebih jauh pun Daniel masih belum berani untuk mengungkapkan. Bukan masalah tidak memiliki perasaan atau apa, tetapi memang hatinya masih belum siap saja.

Dan Daniel juga tidak membahas obrolan apa saja yang tadi dibicarakan oleh Lia dan Ibunya karena memang Daniel tidak tahu jika kedua wanita beda generasi tersebut sudah membahas hal penting. Begitu juga Lia, dia tidak mau membebani Daniel dengan hal semacam itu. Karena bagi Lia wajar saja Ibunya Daniel bersikap seperti itu. Apalagi jika nanti memang keluarganya melarang Daniel mendekatinya sekalipun, Lia sudah mengerti apa alasannya.

"Oh ya kamu kerja dimana?" tanya Daniel membuka obrolan.

Lia pun menoleh ke arah Daniel, karena sejak tadi dia menatap pemandangan di luar melalui jendela kaca di sebelah kirinya.

"Aku hanya kerja sebagai penyanyi di orkes musik. Yah lumayan lah untuk menyambung hidup." jawab Lia dengan senyum getir.

Daniel hanya menatapnya dalam diam tanpa berkomentar tentang itu. Karena dia sendiri juga bingung harus menanggapi seperti apa.

Akhirnya setelah satu jam lamanya mereka sampai juga di depan rumah Lia. Setelah saling mengucapkan salam dan berterima kasih Daniel pun berpamitan dan segera kembali pulang karena memang dia tidak mau bertamu malam-malam dirumah seorang wanita yang tinggal sendiri sebelum keduanya memiliki hubungan yang sudah diketahui tetangga terdekat khususnya.

***

Keesokan harinya Daniel kembali bekerja seperti biasa, dan saat ini dia sedang berhadapan dengan Bos nya. Karena beberapa saat yang lalu ketika Daniel sedang fokus bekerja dia mendapat panggilan untuk menghadap atasannya.

"Ini." ucap Pak Dito sang atasan kepada Daniel sambil menyerahkan sebuah map untuk Daniel.

"Apa ini Pak?" tanya Daniel dengan mengerutkan keningnya karena tidak tahu apa yang dimaksud oleh atasannya itu.

"Buka saja." jawab Pak Dito memberi perintah kepada Daniel untuk membukanya.

Dengan perlahan dan taku-takut Daniel pun membuka map tersebut. Daniel sudah memiliki pikiran jelek bahwa dia akan dipecat dari pekerjaannya itu. Tetapi dia hampir tidak pernah melakukan kesalahan, maka dari itu dia bingung map apa yang ada ditangannya ini.

Seketika mata Daniel pun membelalak tak percaya setelah membuka dan membacanya. Bahkan rohnya seperti hilang dari tubuhnya beberapa detik karena merasa sangat terkejut. Sedangkan Pak Dito hanya tersenyum melihat reaksi Daniel.

"Ini beneran Pak?" tanya Daniel tidak percaya.

"Memangnya saya pernah hanya sekedar berjanji saja." jawab Pak Dito karena merasa Daniel meragukannya.

"Bukan begitu Pak, tapi ini sangat mendadak." ucap Daniel menjelaskan maksudnya.

"Tidak mendadak, saya sudah mempertimbangkannya jauh-jauh hari. Hari ini kamu selesai kan kerjaan kamu yang belum selesai biar besok bisa langsung pindah ruangan." ucap Pak Dito sembari memberi perintah.

Ya, Daniel baru saja diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang lebih berat. Dalam arti kata Daniel mendapatkan jabatan baru dari atasannya.

"Oh ya, kamu bisa ajak Tejo untuk membantu kalau kamu butuh sesuatu. Juga kamu harus punya sekretaris biar kamu bisa fokus dengan salah satu hal saja." Pak Dito memberikan saran.

"Baik Pak. Apa tidak sebaiknya untuk sekretaris saya ambil dari salah satu karyawan saja Pak?" usul Daniel.

"Tidak bisa Daniel, karena semua karyawan sudah di posisi mereka masing-masing saya tidak mau kalau harus merubah-rubah lagi. Lebih baik kamu cari sendiri sekretaris yang sesuai dengan kinerja yang kamu harapkan. Atau mungkin kamu punya saudara biar lebih enak dalam kalian kerjasama nanti." jawab Pak Dito.

Daniel pun berpikir sebentar, mencoba berpikir siapa nantinya yang akan dia jadikan sekretaris di pekerjaan barunya itu.

"Baik Pak, nanti coba saya cari dulu." jawab Daniel.

Pak Dito pun menganggukkan kepalanya menjawab ucapan Daniel. Akhirnya Daniel pun berpamitan keluar dari ruangan atasannya.

***

Waktu istirahat pun tiba, sebagian dari mereka menuju ke kantin yang berada di samping kantor mereka untuk beristirahat. Begitupun dengan Daniel dan Tejo.

Di hadapan mereka sudah tersedia makanan yang baru saja mereka ambil dari kantin.

"Kamu ngapain sih Niel, ke kantin aja bawa-bawa map segala." tegur Tejo yang memang melihat Daniel membawa map ke kantin.

Sebenarnya Daniel ingin menunjukkan kepada Tejo tentang jabatan baru yang dia peroleh kemudian mengajak serta Tejo untuk membantunya sesuai dengan instruksi Pak Dito.

"Mulai besok kamu ikut kerja aku." ucap Daniel tanpa menjawab pertanyaan Tejo.

"Kalau bisa gitu sih mau-mau aja aku Niel. Soalnya aku gak terlalu nyaman kerja dibagian ini." keluh Tejo sambil menikmati makanannya.

"Ya udah besok ikut aku kerjanya." ajak Daniel sengaja menggoda Tejo lebih dulu tanpa mengatakan yang sebenarnya lebih dulu.

"Memangnya siapa kamu bisa ngatur gitu." cibir Tejo.

Tetapi sesaat kemudian Daniel memberikan map yang tadi dia bawa ke arah Tejo. Tejo pun mengerutkan keningnya karena tidak paham dengan maksud Daniel.

"Aku lagi makan Niel, kenapa juga kamu sodori map?" kesal Tejo.

Daniel hanya menyentakkan kepalanya sebagai isyarat agar Tejo membuka map tersebut. Tejo meskipun kesal tetapi tetap melakukan perintah Daniel.

Sesaat kemudian Tejo membelalakkan matanya, mungkin seperti itulah reaksi Daniel ketika di hadapan Pak Dito tadi.

"Ini serius? Kamu?" tanya Tejo dengan terkejut bahkan dengan nada tinggi sehingga mengundang banyak perhatian dari karyawan lain yang juga ada disana.

"Sssttt....!" tegur Daniel karena mereka menjadi pusat perhatian gara-gara suara Tejo.

Akhirnya Daniel pun menceritakan apa yang tadi terjadi ketika dia dipanggil Pak Dito ke ruangan. Dan tentu saja Tejo ikut merasakan bahagia karena secara tidak langsung dirinya juga ikut merasakan kebahagiaan Daniel.

"Cuma aku lagi bingung nih, suruh cari sekretaris sendiri." cerita Daniel.

Tejo pun seakan ikut berpikir. Tetapi beberapa saat kemudian, Tejo pun menjentikkan jarinya karena memiliki sebuah ide.

"Kenapa gak cewek yang kemarin ketemu kamu di lobby itu aja?" tanya Tejo mengingat tentang Kia beberapa hari yang lalu sedang wawancara pekerjaan.

Daniel pun berpikir sejenak, tetapi kemudian menggelengkan kepalanya tanda dia tidak setuju.

"Gak-gak! Jangan macam-macam. Masa iya bocil kayak gitu disuruh kerja." tolak Daniel dengan segera.

"Memangnya kamu ada orang lain?" tanya Tejo.

"Nanti lah kita lihat aja." jawab Daniel yang masih mencari seseorang untuk bisa menjadi sekretarisnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terus dukung yuk 😍