NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51.1k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Terjatuh

Wajah Rio cemberut mendengar King mengenalkan dirinya sebagai pacar Mika. Meski masih kecil, ia mengerti apa arti kata yang satu itu. Dan om berbadan tegap itu sepertinya sengaja ingin menggodanya dengan menaik turunkan alis tebalnya dan tersenyum lebar padanya.

“Om itu bohongkan, Bu?” Rio mendongak menatap Mika dan mengguncang perlahan lengan wanita itu seraya menggelengkan kepalanya.

“Bukan, sayang.” Mika pun balas menggeleng, seraya tersenyum. “Om King ini teman Ibu Mika.” Mika pun menunjuk diri sendiri.

Sudut bibir mungil itu perlahan melengkung membentuk senyuman setelah mendengar jawaban Mika, ia menoleh pada King dengan bibir berubah mencebik. “Om bohong!”

“Ish, beneran!” King memasang wajah serius, menatap Mika dan Rio secara bergantian. Bocah kecil itu sepertinya lebih percaya dengan ucapan Mika ketimbang dirinya, tapi King tetap tak mau kalah saing. “Om gak bohong, kan semalam kita habis kencan. Makan es krim berdua kayak tadi, lihat bintang orion di dekat pantai, dan di dalam mobil kita juga sudah ciu mm ...”

“Hei!” Mika mendelik dan spontan membekap mulut King, menahannya agar tak bicara lagi di depan Rio yang kini menatapnya penuh selidik. “Ngomong apaan, sih? Ngapain pakai bahas begituan sama anak kecil?”

“Ya, masa Aku dibilang bohong sama dia. Aku sedang membeberkan fakta tentang kencan kita semalam.”

“Apa yang terjadi di antara kita semalam, bukan berarti kita sudah resmi pacaran.” Mika lalu bangkit berdiri dan meraih tangan Rio. “Yuk, sayang. Kita gabung sama teman-teman Rio yang lain,” ajak Mika sambil bicara berbisik di telinga Rio kemudian menarik lengan bocah lelaki itu pergi dari hadapan King.

“Hei, kalian mau ke mana?” King menggaruk kepalanya, menatap punggung Mika yang menjauh meninggalkannya. Dilihatnya wanita itu langsung bergabung bersama dengan rekan-rekannya sementara Rio sudah kembali berlarian gembira bersama teman-temannya, dan bocah itu berhenti berlari begitu Mika memanggilnya.

Semua kelihatan senang, terutama Rio yang kini terus menempel di dekat Mika. Bocah lelaki itu tampak manja dan tanpa canggung duduk di pangkuan Mika yang kemudian mengajaknya bercanda dan sesekali terlihat mencium pipinya gemas.

“Ish, gak asyik!” gerutu King dengan sorot mata terarah pada Mika yang langsung mengalihkan pandangan saat mata mereka bertemu.

“Apanya yang gak asyik, Bos?”

King menoleh, keningnya berkerut melihat Gery tampak kesusahan membawa jaring pengaman dan tali tambang di tangannya.

“Bawa begituan buat apa, Ger?” tanyanya balik mengabaikan pertanyaan Gery padanya dan ia langsung bergerak cepat membantu ketika melihat Gery hampir terjatuh tersandung tali tambang yang dibawanya.

“Buat pengaman, Bos. Anak-anak itu meminta pada guru mereka untuk bermain petak umpet, dan guru mereka setuju. Lokasinya tidak jauh dari area pemancingan. Itu sebabnya Saya berinisiatif memasang jaring pengaman juga tali untuk pembatas lokasi permainan.” Jelas Gery.

King mengangguk mengerti, ia membantu Gery membawa barang sampai ke pojok tanah lapang. Ada satu pohon besar di ujung sana, cocok untuk tempat awal permainan. Rumput di tempat itu tampak tebal, hanya saja bagian sisi kiri jalan sedikit menurun. Itu sebabnya di pasang jaring pengaman.

Dibantu beberapa pekerja, mereka mulai memasang jaring dan tali di sana. Anak-anak berkumpul didampingi guru-guru mereka, memperhatikan dengan wajah ceria. Sudah tak sabar ingin memulai permainan. Saat semua alat pengaman terpasang, mereka segera memulai permainan.

King hanya menonton dari pinggir lapangan sambil menikmati minuman ringan, matanya terus mengawasi sosok Mika yang juga tengah berdiri di sudut lapangan bersama beberapa orang muridnya. Ia menolak untuk ikut dalam permainan meski para pekerja dan wali murid juga para guru lainnya mengajaknya bergabung.

Permainan itu kini dikuasai para orang dewasa, anak-anak justru banyak yang berdiri menonton di pinggir lapangan sambil terus berteriak memberikan semangat. King yang awalnya hanya berniat menonton, mendadak ikut juga bergabung begitu melihat Mika masuk menggantikan rekannya yang kelelahan.

Tiba giliran Mika yang berjaga di pohon besar. Ia menoleh terlebih dahulu untuk melihat siapa pemain terdekat di belakangnya. Matanya melebar begitu melihat King berdiri paling depan, ia lalu menunduk untuk menghitung jarak langkah dan kembali mendongak. Lelaki di belakangnya itu tampak tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya lalu meniup-niup jemari tangannya yang terkepal.

“Ish!” Mika melengos, satu sudut bibirnya terangkat naik. Ia buru-buru memalingkan muka ketika melihat King tertawa.

Mika menempelkan tangan di batang pohon sejajar dengan bahunya dan mulai menutup mata lalu berhitung sampai angka sepuluh. “Satu dua tiga ...”

Setiap menyebut satu angka, para peserta di belakangnya akan maju satu langkah. Jika ada yang berhasil sampai dan menepuk bahunya sebelum hitungan berakhir, Mika harus kembali mengulang hitungannya. Tapi kalau hitungannya berakhir dan tidak ada peserta yang berhasil mendekat, Mika akan mengejar pemain lain dan ganti menepuk bahunya untuk bisa menggantikan posisinya.

“Aoww!” Mika menjerit pada hitungan ke lima sambil memegangi pundaknya yang terasa panas seperti tersengat lebah. Ia menoleh cepat dan langsung berlari mengejar King yang kabur setelah berhasil menepuk bahunya. “King Haqqi!” teriaknya lantang.

Semua perhatian pemain dan orang-orang yang ada di sana tertuju pada keduanya. Para pekerja tertawa sambil bersiul dan bertepuk tangan, sementara anak-anak berteriak dan berseru menyebut nama Mika memberikan semangat. “Ayo kejar dia, Bu Mika!”

King lari menjauh, ia melewati sisi kiri lapangan yang landai menghindar dari kejaran Mika. Tiba di bagian tengah sisi lapangan, ia menghentikan langkahnya untuk melihat Mika.

“King! Berhenti, gak!” teriak Mika kesal, apalagi saat melihat King kembali tertawa setelah melihatnya melepas sepatu dan mencoba melempar ke arahnya.

“Gak kena!” olok King sambil tertawa. Bukannya menghindar, ia justru berhasil menangkap sepatu Mika dengan mudah.

Mika mempercepat larinya, tujuannya hanya satu. Ingin balas mengeplak bahu King. Begitu bersemangat hingga Mika berlari tanpa memperhatikan jalanan di sampingnya. Ia tersandung kakinya sendiri dan terjatuh.

“Awas!”

Teriakan panik terdengar dari arah lapangan seiring tubuh King yang melesat cepat. Gery berlari menyusul dan menyaksikan bagaimana tubuh King melompat seperti terbang dan meluncur jatuh ke jaring.

“Aargrk!” Mika menjerit lagi begitu kakinya terpeleset rumput basah di bawahnya. Ia jatuh bergulingan ke bawah dan merasakan tubuhnya menabrak sesuatu yang liat sebelum akhirnya tersangkut di jaring.

Mika membuka mata perlahan, ia merasakan hawa panas di sekitarnya juga degup jantung yang terdengar cepat di telinganya. Ia menggerakkan tubuhnya berniat bangun, namun suara lenguh seseorang yang terasa begitu dekat memasuki pendengarannya membuatnya terkejut dan sontak mengangkat wajah.

“K-King?” mata Mika membeliak sempurna begitu menyadari bagaimana posisi mereka saat ini. Tubuh mereka menempel rapat, dan Mika berada di atas tubuh laki-laki itu seperti tengah berbaring di dadanya dengan posisi menyamping.

Seketika wajah Mika memanas, jantungnya berdegup kencang dan ia kembali bergerak berniat untuk berdiri dan menjauhkan tubuhnya dari King. Tapi nyeri di bagian kakinya membuatnya meringis kesakitan.

“Diam saja seperti tadi dan jangan terus bergerak seperti itu!” Perintah King pada Mika yang meng geliat ketika tangan lelaki itu merengkuh bahunya.

Jaring di bawah mereka melesak turun hampir menyentuh tanah ketika tubuh King bergerak memutar dan tahu-tahu ia sudah bangkit berdiri sementara Mika masih terbaring di jaring.

King berjongkok di dekatnya dan memeriksa kakinya yang bengkak, berpikir cepat untuk menggendong Mika naik karena pikirnya tak mungkin membiarkan wanita itu berjalan sendiri. “Kakimu bengkak, sepertinya terkilir saat jatuh tadi.”

Sebelum Mika bersuara, King sudah meraih tubuhnya dan menggendongnya naik. “Jangan protes!” ucap King yang membuat Mika langsung bungkam. “Kamu tidak mungkin berjalan sendiri, jadi Aku yang harus menggendongmu naik.”

Mika hanya mengangguk, ia bisa merasakan nyeri di bagian kakinya saat King bergerak dan kakinya terguncang. Ia memeluk erat leher laki-laki itu dan tanpa sadar menempelkan wajahnya di dada King, yang anehnya membuatnya merasakan nyaman dan tenang.

Senyum samar tampak di wajah King. Ia dengan tenang melangkah naik melewati jalan lurus yang berada di bawah mereka sebelum muncul kembali di lapangan.

Suara riuh di sekitarnya membuat Mika tersadar dan berontak melepaskan diri dari pelukan King, tapi laki-laki itu tak serta-merta melepaskannya begitu saja. Dita berlari mendatangi mereka, terlihat khawatir melihat kaki Mika. Ia ingin bicara namun King masih enggan menurunkan tubuh sahabatnya itu.

“Tolong turunkan Aku sekarang,” pinta Mika dengan wajah memerah, ia melihat sebagian muridnya memperhatikan dirinya yang berada dalam gendongan King. Namun tak berapa lama tampak anak-anak itu dibawa menjauh dan berkumpul di pondok bersama orang tua mereka. Permainan usai begitu Mika jatuh.

“Kamu yakin bisa jalan sendiri?” kedua alis King bertaut menatap Mika dan wanita itu balas dengan mengangguk.

King perlahan menurunkan tubuh Mika, dan saat kakinya menjejak di tanah wajah wanita itu tampak meringis menahan sakit. Dita bergerak cepat menghampiri dan membantu memegang lengannya.

“Bawa ke klinik saja dulu, Bos. Biar segera diobati kakinya,” ucap Gery yang berdiri di belakang King, tampak kasihan melihat kondisi kaki Mika yang bengkak.

“Udah gapapa, Aku bisa jalan sendiri. Gak perlu ke klinik,” tolak Mika, ia melangkah dengan berpegangan pada lengan Dita yang bantu memapahnya berjalan. Baru dua langkah wajahnya tampak meringis lagi.

“Aish! Biar Aku saja lagi yang membawamu ke klinik. Bagaimana pun juga bengkak di kakimu ini harus segera diobati.”

Seruan tertahan terdengar dari mulut Mika. Tanpa menghiraukan protes dari Mika lagi, King meraih tubuh wanita itu dan menggendongnya menuju mobilnya. Ia berteriak meminta kunci mobilnya pada Gery yang segera berlari ke ruang kerjanya dan secepat kilat kembali lagi untuk menyerahkan kunci di tangannya itu padanya.

Mobil melaju meninggalkan lapangan diiringi pandangan keheranan juga bisik-bisik yang mulai terdengar dari puluhan pasang mata yang menatap kepergian King dan Mika.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!