NovelToon NovelToon
Tumbal Musuh

Tumbal Musuh

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat / Roh Supernatural
Popularitas:27.7k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

kisah seseorang yang berjuang untuk lepas dari perjanjian tumbal yang ditujukan kepadanya karena sebuah kedengkian. Ikuti kisahnya selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode-18

Amdan pulang kerumah. Ia sudah berusaha untuk mengikuti ujian dan hasilnya akan ia serahkan pada Sang Maha Kuasa yang menentukan segala qada dan qadar bagi hamba-Nya.

Jika saja nasibnya akan terpilih sebagai anggota PPS, maka semua itu akan mudah bagi Allah.

Ia tiba dirumah. Lalu menuju kamar ibunya. Ia melihat sang ibu hanya meliriknya, namun tidak menggerakkan mulutnya. Biasanya ia akan menyapa dengan suara 'Emmmm' saja, tetapi kali ini,.seolah mulut sang ibu terkunci.

"Bu, ibu kenapa? Sudah makan?" cecar Amdan dengan sangat khawatir.

Tidak ada sahutan, dan hal itu semakin membuat sangat takut. Munah hanya menatapnya tanpa berkedip. "Astaghfirullah,"ucapnya dengan spontan. Entah mengapa ia merasa bergidik saat dipandang seperti itu oleh sang ibu.

"Dik, Dik Wardah," panggilnya pada sang istri.

"Apa, sih-Bang! Aku lagi menyusui Adel," jawabnya dengan nada kesal.

"Oh, begitu. Ibu sudah makan?" tanyanya.

"Belum, aku tidak sempat,"

Amdan menghela nafasnya dengan berat. Lalu beranjak bangkit ke dapur untuk mengambil makan.

Wuuuuuuusssh....

Desiran angin menerpa kulitnya. Ia merasakan jika sesuatu sedang mengintainya, tetapi entah siapa. Bahkan kini ia merasakan jika punggungnya serasa menebal.

Perlahan bulu kuduknya meremang. Ia merasa tak nyaman, seolah ada sesosok makhluk yang mengikutinya kemanapun ia melangkah.

Ia mengambil piring dan membuka tudung saji. Hanya ada telur mata sapi tiga buah, ia tak ingin protes, sebab tak ingin bertengkar dengan sang istri.

Ia mengambil lauk yang ada didalam tudung saji, dan menambahkan dua centong nasi kepiringnya.

Amdan merasakan semakin tak nyaman ia berusaha membaca doa memohon perlindungan pada Yang Maha Kuasa.

Setibanya didalam kamar. Ia mencoba menyuapi sang ibu. Tetapi wanita paruh baya itu tak mau membuka mulutnya, ia tetap mengatupkannya meski Puteranya sudah berusaha untuk memohon.

"Bu, makanlah, nanti perutnya sakit," ucapnya dengan memohon. Tetapi Munah justru memalingkan wajahnya.

"Bu, makanlah, nanti kalau kena maag ibu juga yang merasakan sakitnya," Amdan berusaha merayu, namun wanita itu tak juga bergeming.

Amdan akhirnya menyerah. "Nanti kalau lapar, ibu panggil Amdan, ya. Ink sudah sore, Amdan mau shalat Maghrib. Nanti diapersnya diganti sesudah Maghrib," ia mencoba menjelaskan.

Pria itu beranjak dari kamar, bergegas mandi dan shalat Maghrib.

Setibanya di mesjid. Ia bertemu dengan Pak Udin. Ia menatap Amdan yang mana terlihat dari kejauhan ada sesosok makhluk bertubuh tinggi besar sedang mengikutinya, tetapi ketika Amdan memasuki mesjid, makhluk itu melepaskan dirinya.

Pria berusia 30 tahun itu memasuki mesjid dan melaksanakan shalat sunnah qabla Maghrib. Lalu mereka shalat fardhu berjamaah.

Setelah selesai shalat. Amdan tampak bergegas ingin cepat pulang. Ia ingin memberi makan ibunya.

"Am," panggil Pak Udin.

Amdan menghentikan langkahnya. "Iya, Pak," sahutnya.

"Nanti campurkan air dan garam, lalu siramkan didepan rumah dan juga warungmu, jangan lupa sapukan ke wajah i umu, sembari membaca 'Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzhalimin." pesannya.

Amdan mengerutkan keningnya. "Emangnya kenapa, Pak?" tanya pria itu penasaran.

"Ada yang ingin berbuat jahat padamu, cepatlah pulang," pesannya lagi.

Amdan tak sempat bertanya, sebab pria itu memilih untuk pergi.

Meskipun rasa penasarannya sangat tinggi, tetapi ia tidak ingin su'udzon pada bibinya.

Ia bergegas kembali untuk mengganti diapers sang ibu dan juga memberi makannya.

Ia mengambil diapers setimba air untuk membersihkan kotoran dan najis yang mungkin saja ibunya sedang buang air.

Setelah mempersiapkan segalanya. Ia memasuki kamar. Lalu melihat ibunya sedang tertidur dengan posisi miring.

"Bu..., ayo dibersihkan dulu popoknya," ucapnya, lalu mencoba membalikkan tubuh sang ibu.

Deeeeegh....

Tiba-tiba jantung Amdan bagaikan berhenti berdetak. Ia melihat kedua mata sang ibu terbeliak, seolah menahan rasa sakit yang sangat luar biasa.

"Bu," ucapnya lirih. Ia mencoba mengguncang ibunya dengan perlahan berharap jika ini hanyalah sebuah halusinasi.

Kwaaaak...., kwaaaak.... Kwaaaak....

Saat bersamaan, seekor burung gagak bertengger dibubungan rumahnya dan berkicau dengan suara yang terdengar sangat mengerikan.

"Bu," panggil Amdan lagi, ia menyentuh tu--buh tersebut, terasa hangat, namun tidak lagi ia rasakan tanda-tanda kehidupan, karena tiada dengusan nafas dilubang hidungnya.

"I-inna Lillahi wa inna ilaihi raji'un," ucapnya dengan gugup. Ia merasakan dunia bagaikan tak berpijak, dan langit terasa runtuh. "Bu, ibuuu...," teriaknya tanpa sadar. Suaranya menggema diseisi rumah.

Wardah yang mendengarnya tersentak kaget. "Ada apa, sih-Bang?" tanyanya dengan ketus.

"i-ibu meninggal," ucapnya dengan wajah gugup dan bulir bening membanjiri sudut matanya.

"A-apa?" ucap Wardah tak percaya. "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," ucapnya dengan terbata. Meskipun ia tak ingin merawat ibunya, tetapi ia tak ingin sang ibu mertua pergi secepat itu.

Amdan melihat kejanggalan dari kematian ibunya. Ada banyak tanda biru dilehernya, dan juga dibeberapa bagian tubuhnya.

Amdan keluar dari kamarnya, menghubungi Pak Udin, dan meminta agar kabar ini disiarkan di mesjid.

Seketika terjadi kegemparan, sebab Munah pergi dengan cara yang tak disadari oleh sang menantu, bahkan tak ada yang menuntunnya untuk bersyahadat disaat terakhirnya.

Seketika warga berkumpul dan akan dimakamkan malam ini juga.

Ira yang mendapat kabar kematian kakaknya bersorak girang. Ia merasa jika apa yang diharapkannya selama ini terkabul sudah. Ia sangat pu--as akan hal ini. Jika satu-satunya orang yang paling ia benci telah pergi untuk selamanya.

"Rasain," ucapnya dengan sangat senang. "Baru tau rasa, makanya jangan sok merasa paling cantik!" ucapnya dengan kesal.

Ia datang ke rumah Amdan. Ia hanya ingin memastikan apakah benar jika kakaknya itu sudah meninggal dan saat ia tiba disana, tampak Ki Pahing berada diantara para pelayat meskipun ia berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik penyamarannya, tetapi Ira mengenalinya.

"Mengapa ia melayat? Gak biasanya," gumam Ira dalam hatinya.

Tampak Amdan sangat terpukul. Wajahnya diliputi rasa kesedihan, tetapi hatinya sangat janggal akan apa yang menimpa ibunya.

Amdan menghubungi ketiga kakaknya dan menyampaikan kabar duka tersebut, sehingga membuat mereka tersentak kaget.

Namun sayangnya, mereka tak dapat bertemu dengan jenazah, sebab malam ini juga dikebumikan, sedangkan ketiga kakaknya berada diluar kota semuanya.

Tepat pukul 1 malam, jenazah sang ibu dimakamkan. Amdan masih tak dapat menerima kenyataan ini. Sementara itu, suara burung gagak masih lantang berteriak, seolah ia sedang bersuka ria atas apa yang menimpa keluarga ini.

Satu persatu para tetangga berpamitan dan meninggalkan rumah duka. Semua sudah selesai, hanya hati Amdan yang masih terus mengenang sang ibu. Ia merasakan sakit yang sangat luar biasa. Ia menuju kamar ibunya. Ia merasa jika sang ibu masih hidup. "YA Rabb. Jika saja kematian ibu ada kaitannya dengan seseorang yang berbuat jahat, maka perlihatkan lah," ungkapnya dengan doa yang sangat dalam.

Taaaak...

Tiba-tiba lampu rumahnya padam, dan bohlam automatisnya tidak hidup.Suasana menjadi sangat gelap gulita.

1
Krisna Adhi
ini jadinya kalau ke orang bodoh ,tambah pulak bodohnya ,,,/Skull/
V3
Novel nya Bagus Ceritanya , banyak Pelajaran dan Pengetahuan yg dapat kita ambil
V3
aku setuju dg kata-kata Bijak kak Siti ,,, Terimakasih kak Krn membaca novel mu sedikit banyak Pengetahuan Ku Dapat.
Sukses trs tuk semua Novel-novel nya. sllu Sehat Wal'afiat untuk Mu Beserta Keluarga 🤲 Aamiin 🤲
Terakhir di akhir Novel ni sdh aku beri Like + Hadiah Bunga + Vote yaa Akak Cantik 😘
V3
si Dog ngendus daging panggang / bakar nya si Danang , dan berhasil donk makan jari-jari kaki nya 🤣🤣🤣
V3
Fahri akhirnya metong jg 🤣👏
V3
ketiga nya mati bersamaan 🤦 tggl nggu si Fahri yg mati tersedak botol minuman nya 🤣🤣🤣
V3
si Wardah otak nya LG lempeng tuh ,,, bisa nolongin Amdan dr Ular Hitam dan membunuh ular itu 🤣🤣🤣
akhirnya Bu Ira meninggoi 🤦🤦🤦
V3
smg Amdan sllu di Lindungi dr Kejahatan Ki Pahing dan Antek-anteknya
V3
smg ja Ira selamat dan bisa sembuh. biar Tobat tuh orang 🤣
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
kannn mati bersamaan kan
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nah kan mati juga toooo
mkne jgn kyk gtu
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
aduhh Fahri kenapa jadi begitu
hadehh klo nanti mati juga lama2
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
ohh bik Ira JD insaf ini dan membantu amdan
V3
hiiiiiiii ... apakah itu suara hantu 🤣🤣
V3
Good Job Santi ,, lelaki spt Fahri mah mending di buang ja ke lubang buaya 😡😡
Heri Wibowo
thor buat kelanjutan cerita anak anaknya mirna dong
❤Lembayung Jingga❤: ntat, ya. dicari idenya dulu
total 1 replies
V3
Bu Ira mau di buat mati sama iblis sekutu nya 🤣🤭
Ali B.U
dan akirnya "TAMAT" semoga pada bisa ngambil hikmahnya
Aris Setyawan
dah tamat ??
N Wage
aku sangat setuju sekali dg 4 poin terakhir yg disampaikan k othor.
Novel bagus,ada makna di dalamnya yg bisa jadi pelajaran buat kita.
Selalu bersyukur dg hidup kita,jangan iri dg hidup orang lain.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!