Emelia Azzahra merupakan seorang perawat sekaligus muslimah taat. Sementara Kenzo Alianso merupakan korban investasi bodong yang memilih menjadi seorang mafia keji, demi melunasi hutang sekaligus membalas sakit hatinya. Selain itu, Kenzo juga pernah menjadi kakak ipar Emelia, sebelum Bella kakak Emelia yang Kenzo nikahi, meninggal dunia.
Setelah sekian lama tak bertemu, Emelia dan Kenzo dipertemukan dalam situasi tak terduga. Emelia yang biasa berhijab, tampil seksi di acara pelelangan wanita yang Kenzo pimpin. Emelia dijual oleh sang suami yang kalah judi. Kenzo yang langsung mengenali Emelia tak segan mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Emelia. Sejak itu juga Emelia dan Kenzo terjerat dalam hubungan simbiosis mutualisme. Gambaran malaikat dan sang kriminal, melekat dalam hubungan keduanya.
“Berani kamu mencampuri urusan pribadiku, ... aku tak segan untuk membunuhmu! Tak peduli meski aku pernah menolongmu bahkan sekarang aku sudah menjadi suamimu!” ucap Kenzo di setiap Emeli
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Aku yang Akan Menikahinya!
“Jangan menikahkan Emelia dengan laki-laki lain karena aku yang akan menikahinya!” ucap Kenzo dingin di tengah tatapan bengisnya yang tertuju ke kedua mata ibu Latifah.
Emelia baru akan keluar dari kamar, tapi ia mendengar apa yang baru saja Kenzo ucapkan. Ucapan Kenzo barusan langsung membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Namun, Emelia terdiam lemas dan perlahan memilih menyimak diam-diam dari balik pintu kamarnya yang ia tahan. Emelia sengaja membuka pintu kamarnya sedikit.
“Kak Kenzo ... apa maksudnya?” lirih Emelia.
Sulit bagi Emelia untuk percaya, bahwa seorang Kenzo berniat menikahinya. Padahal sejauh kebersamaan mereka, meski Kenzo juga kerap menolong Emelia, pria berusia tiga puluh tiga tahun itu berdalih akan membunuhnya jika Emelia berani mencampuri ranah pribadinya. Lantas, kenapa kini Kenzo justru ingin menikahi Emelia?
“Jangan asal melukainya. Baik dari ucapan apalagi tamparan seperti yang baru saja Ibu lakukan. Karena jika bisa memilih, Emelia pasti tidak mau dilahirkan menjadi putri Ibu!” lanjut Kenzo.
“Ke depannya, saya akan membawanya tinggal bersama saya. Selanjutnya juga akan ada orang untuk bantu-bantu di sini, agar ibu tidak terus-menerus mewajibkan Emelia ada di sini, mengurus segala sesuatunya. Sedangkan untuk urusan biaya pengobatan Bapak, saya yang akan menanggung semuanya!”
“Jadi, jika semua itu tetap Ibu rasa belum cukup. Jika Ibu rasa Tuan Ameen jauh lebih bisa membuat Ibu dan keluarga ini bahagia, ... lebih baik Ibu saja yang menikah dengan Tuan Ameen Karena ketimbang Emelia, Ibu jauh lebih pantas menjadi istrinya!”
“Sama Bapak saja, sepertinya lebih tua Tuan Ameen!” Kenzo melirik sinis ibu Latifah.
“Sampai sini, masih ada yang ingin Ibu tanyakan?” lanjut Kenzo lantaran ibu Latifah hanya diam.
Karena ibu Latifah hanya diam, Kenzo sengaja melangkah menuju kamar Emelia. Setelah mengetuk pintu kamar Emelia, Kenzo membukanya karena kebetulan, pintunya tidak sampai dikunci. Namun sebelum itu terjadi, Emelia sengaja pura-pura duduk di pinggir tempat tidur.
Tatapan Kenzo jadi sendu bersama hatinya yang mendadak teriris pedih, hanya karena tatapannya bertemu dengan kedua mata Emelia. Kedua mata Emelia masih basah sekaligus merah. Namun, Emelia hanya menatapnya sejenak dan memilih menunduk.
Kenzo ingat cacian ibu Latifah kepada Emelia, beberapa saat lalu. Ketika ibu Latifah memaksa Emelia menikah dengan Tuan Ameen dan berakhir dengan tamparan. Hanya karena Emelia tetap tidak mau menikah dengan Tuan Ameen.
“Keluar dan ayo temui orang tuamu! Aku yang akan menikahimu dan kamu harus mau!” ucap Kenzo sengaja memaksa.
“Baiklah, ... aku terima takdirku!” jawab Emelia pura-pura tak tahu, bahwa sebelum ini, Kenzo sempat menegur ibu Latifah habis-habisan.
•••
Dilamar oleh dua orang dalam waktu berdekatan Emelia rasakan sekaligus dapatkan hari ini. Di siang yang masih agak terik, pak Abi yang napasnya masih berat sekaligus sesak, memberi restu tak lama setelah Emelia berdalih menerima pinangan Kenzo juga. Sementara ibu Latifah memilih diam, sama sekali tidak berkomentar.
Harusnya, Emelia bahagia karena pada akhirnya, dirinya akan menikah dengan cinta pertamanya. Harusnya Emelia tak lagi memikirkan hal lain karena penantiannya selama ini pada akhirnya akan bermuara pada ikatan pernikahan. Akan tetapi, Emelia merasa tetap ada yang kurang.
“Kenapa, ya? Semoga ini hanya keserakahanku sebagai manusia. Ini satu-satunya jalan agar aku bisa membawa kak Kenzo keluar dari dunia mafi,” batin Emelia.
“Hari ini juga akan ada orang yang bantu-bantu pekerjaan rumah. Karena niatnya, setelah kami menikah sah, saya akan membawa Emelia tinggal bersama saya. Namun urusan pengobatan Bapak, saya yang akan menanggung semuanya!” tegas Kenzo.
“Nak Kenzo tidak perlu repot-repot, mengenai semua itu, kami pasti bisa mengurusnya sendiri,” ucap pak Abi sangat santun.
“Tidak apa-apa, Pak. Saya merasa sangat senang jika saya berguna untuk Bapak! Apalagi sejauh ini, Bapak sangat baik kepada saya!” yakin Kenzo masih menanggapi pak Abi dengan sangat santun.
Emelia yang duduk di sofa tunggal sebelah Kenzo, memilih diam. “Badai perjodohanku dengan Tuan Ameen baru saja usai. Meski aku yakin, Tuan Ameen tidak akan tinggal diam,” batin Emelia yang jadi terusik. Ada yang memanggilnya lirih dari pintu pinggir pintu ruang tamu. Itu Alesha yang membawa dua contong es krim. Bocah perempuan berusia tujuh tahun itu bersembunyi sambil menahan ketakutan.
“Permisi,” pamit Emelia lembut. Namun, semuanya termasuk Kenzo tahu, tadi ada Alesha memanggil-manggil Emelia lirih dari sana.
Emelia sudah mendekati Alesha, tapi Alesha tetap melangkah pergi sampai keluar rumah.
“Sayang, kamu kenapa?” lembut Emelia mencoba melakukan pendekatan.
Alesha berangsur berhenti melangkah. Ia juga balik badan kemudian menengadah hanya untuk menatap Emelia. Sampai detik ia, ia tetap menutupi mulutnya menggunakan tangan kanan. Hingga tangan kirinya agak kerepotan karena harus memegang dua es krim contong berukuran besar sekaligus.
“Tadi Alesha bareng Onty Berliana, kan?” lembut Emelia berangsur jongkok di hadapan Alesha hanya untuk menyamakan tinggi tubuh mereka. Karena jika sudah begitu, Emelia jauh merasa lebih nyaman dalam mengajak putri dari pria yang ia cintai, berkomunikasi.
“Onty Berliana masih beli rujak. Aku sengaja pulang dulu buat kasih satu es krim ini ke Onty Lia!” ucap Alesha sambil tetap menutupi mulutnya menggunakan tangan kanan.
“Mulutnya kenapa? Ini es krimnya, satu buat Onty Lia? Makasih banyak, ya! Alesha baik banget!” manis Emelia. Sambil mengambil satu es krimnya dari tangan kiri Alesha, ia juga meraih tangan kanan Alesha.
“Onty, ... gigi depan atasku copot lagi. Jadi, gigi atasku enggak ada dua. Ini masih berdarah. Tolong teleponin mama aku ya. Aku enggak tahu harus bagaimana,” rengek Alesha menunjukan keadaan yang dimaksud.
“Oh iya ... lepas lagi. Giginya mana? Sini, Onty saja yang urus ya. Mama kan jauh, andai mama urus pun, Alesha harus tunggu. Sini, sama Onty saja. Sakit? Terus, ini giginya yang lepas, mana?” Emelia menuntun Alesha masuk.
“Aku kantongin di tas kecilku, Onty,” ucap Alesha masih tetap berbisik-bisik.
Emelia mengurus Alesha di ruang tamu. Interaksi keduanya sangat manis. Kenzo yang tak sengaja memergoki, juga mengakuinya.
“Sekarang gigi aku enggak ada dua. Aku malu Onty. Nanti aku pasti makin diejek!”
“Enggak usah malu. Semua orang pernah lepas gigi. Dulu, Onty juga begitu. Nantinya kan giginya tumbuh. Namun solusinya, Alesha bisa pakai masker selagi gigi Alesha yang lepas belum tumbuh.”
“Gigi Alesha lepas lagi?” sergah Kenzo turut serta. Ia tidak bisa bersikap lebih manis.
Alesha yang belum siap dilihat oleh orang lain bahkan itu oleh Kenzo, buru-buru bersembunyi di balik punggung Emelia. Hingga yang ada, malah Emelia yang harus berhadapan sekaligus menghadapi Kenzo.
“Deg-degan, gugup ... rasanya jadi beda setelah aku tahu, Kak Kenzo akan menikahiku,” batin Emelia.
Agaknya kehilangan mas mafia syukur agak sedikit terobati ketika melihat tingkah polahnya mas Kenzo😅
leo sama adek'a emelia aja...