Alisya adalah gadis yang terlahir dari keluarga kaya. ayahnya merupakan salah satu pengusaha tersohor di Jakarta. walaupun demikian, tak membuat Alisya kehilangan jati dirinya. Bahkan ia harus menerima takdirnya dijodohkan oleh kedua orang tua sesuai dengan bibit, bobotnya. namun pernikahan yang di impikan itu tak seindah yang dibayangkan. justru pernikahan itu menjadi awal mula mimpi buruk bagi kehidupan Alisya, kala sang suami mengetahui penyakit yang di derita. perilakunya seakan jijik dan mencampakkan sang istri. hingga keduanya harus berpisah dan Alisya di pertemukan kembali dengan cinta pertamanya. kebahagiaan di antara keduanya mulai tercurah kembali. namun kebahagiaan mereka hanya sesaat kala harus di pertemukan kembali dengan perpisahan abadi yang sesungguhnya.
apa yang terjadi pada Alisya? ikuti misteri cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alletaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Terberat Bagi Alisya
Akhirnya setelah mempertimbangkan beberapa hal, dengan berat hati Alisya memutuskan untuk menuruti saja kemauan orang tuanya.
Lagi pula, selama ini ia mengenal Jordan dengan sangat baik. Bahkan selama dekat dengan dirinya, lelaki itu tak pernah sedikitpun berperilaku kasar.
Kebetulan sekali, saat itu kedua orang tuanya tengah ngobrol berdua. Alisya pun segera menghampiri mereka.
Kedatangannya sangat di sambut hangat oleh kedua orang tuanya.
"Ma, pa" Sinta yang melihat anak gadisnya menghampiri sangat bahagia. Karena memang seharian kemarin Alisya hanya mengurung diri dalam kamar.
"Iya sayang, sini duduk nak?" Ucap Sinta yang begitu lembut. Nampak sekali begitu sayangnya Sinta terhadap anak semata wayangnya itu.
"Akhirnya kamu keluar kamar juga nak! Sini duduk, cerita sama mama papa" ucap Herman yang terlihat sangat memberikan perhatian kepada anaknya.
"Hmm, ma pa... Setelah Alisya pikirin lagi, Alisya gapapa kok kalau memang harus di jodohkan, Alisya ikhlas!"
Sinta dan Herman yang melihat pengakuan dari anaknya tentu sangat bahagia. Namun, di balik kebahagiaan itu juga menyimpan kesedihan, ia tahu bahwa Alisya terpaksa dengan perjodohan itu.
Keduanya seketika saling tatap menatap...
"Al, mama sama papa minta maaf ya sebelumnya. Kalau memang kamu keberatan dengan semua ini, kamu boleh kok nolak. Soal Tante nona biar nanti mama yang bicara sama beliau" ucap Sinta yang berusaha memberikan lagi pertimbangan kepada Alisya. Ia tak mau keputusan itu hanya menjadi beban anak nya
"Alisya sudah pikirin baik-baik kok ma" dengan wajah tersenyum seakan memberi isyarat bahwa ia benar-benar setuju dan menerima perjodohan itu.
Mendengar kepastian dari anaknya, Herman dan Sinta merasa cukup lega dan bahagia tentunya.
"Kalau memang kamu sudah yakin dan mau terima perjodohan ini, nanti kita akan bicarakan lagi dengan keluarganya Jordan terkait pertunangan kalian" ujar Herman
"Tapi boleh gak ma, kalau tunangan nya nanti di laksanakan secara diam-diam aja! Ya, maksud Alisya cukup keluarga inti saja. Hmm sampai bener-bener tiba di hari H.
"Kalau kamu memang maunya begitu, ya boleh-boleh saja. Nanti kita bahas lagi ini sama-sama ya".
*****
Beberapa menit kemudian, Sinta nampak sudah rapi dengan tampilan kasualnya, berpadupadankan tunik yang berwarna lavender dengan tambahan aksen kalung di bagian leher. Dan lejing, serta heels yang senada berwarna putih. Tak lupa juga jilbab yang dikenakan juga senada dengan warna bajunya.
Di satu sisi, Alisya juga tengah bersiap.
"Sudah siap Al?" Sinta yang saat ini berada di lantai bawah nampaknya tengah menunggu Alisya. Sembari terus-menerus melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Iya sudah ma!" Alisya seperti tergesa-gesa, ia segera membuka pintu kamarnya, dan segera turun ke lantai bawah menghampiri mamanya.
Keduanya langsung menuju ke mobil. Di tengah perjalanan tak jarang keduanya mengobrol satu dua patah kata untuk mengisi keheningan di perjalanan.
"Tadi Tante nona sempet telfon mama, kata dia, Jordan gak bisa ikut karena ada urusan yang urgent banget katanya"
"Iya ma, gapapa kok" jawab Alisya..
Ia bergumam; sesibuk-sibuknya ia setidaknya harus meluangkan waktu beberapa menit saja untuk membahas bersama. Begitulah kira-kira perasaan wanita.
Lagipula pada saat itu, ada sesuatu hal penting yang ingin Alisya sampaikan kepada Jordan.
Keduanya memang jarang untuk mengobrol lewat chat ataupun via telfon. Jadi sulit bagi Alisya jika ingin menanyakan suatu hal kepada Jordan.
Tapi hari itu Alisya memberanikan diri untuk mengirimkan sebuah pesan kepada Jordan
"Setelah pertemuan nanti sama keluarga kita, boleh gak kita ketemu dulu, gak lama kok mungkin hanya sekitar 10 menit saja. Ya itupun kalau Lo mau, gue gak maksa!"
Tak butuh waktu lama untuk menunggu balasan dari Jordan. Tak lama setelah pesannya terkirim, masuk sebuah pesan dari Jordan
"Oke, nanti gue kabarin ya tempatnya. Hmm sorry juga gue gak sempet nanti jemput Lo dulu. Gapapa kan Lo datang sendiri tanpa gue jemput ?"
"Its okey, gue juga gak mau ngerepotin"
Sesingkat itu obrolan mereka di chat, tapi setidaknya Alisya masih punya kesempatan untuk menyampaikan suatu hal kepada Jordan.
Tak selang beberapa lama dari berakhirnya chat tersebut. Nampaknya mobil yang dikendarai Sinta dan Alisya sudah berhenti, tepat terpakir di depan sebuah restoran bintang lima.
Restoran yang bernuansa Eropa itu, tak lain milik keluarga Jordan.
Karyawan restoran yang bekerja di sana, juga nampaknya telah menyadari akan kedatangan besan dan calon menantu dari pemilik restoran yang mereka tempati bekerja.
Terlihat dua karyawan yang menyambut hangat kedatangan keduanya, yang sedari tadi tengah menunggu di dua sisi pintu masuk.
Di sebuah kursi juga sudah terlihat Nona yang sedari tadi tengah menunggu kehadiran mereka. Kali ini Herman tak bisa hadir dalam pertemuan calon kedua keluarga itu. Mengingat dirinya yang harus keluar kota karena ada beberapa masalah dari kantor yang harus ia selesaikan, saat ini kerja sama yang di jalin dengan Jordan sedang berkembang dengan pesatnya. Grafik keutungan menunjukkan sebuah angka yang sangat pesat dan melonjak sangat tinggi. Itu sebabnya kali ini, ia tak bisa membersamai anak dan istrinya dalam pertemuan calon besan itu. Lagipula Sinta juga menyuruh Herman untuk menyelesaikan saja urusan kantornya. Masalah pernikahan Alisya dan Jordan biarlah ia yang atur semuanya. Ucap Sinta kala itu
"Eh jeng akhirnya sampai juga! Hai cantik, sehat kamu nak?" Sapa Nona yang saat itu juga tengah menanyai keadaan Alisya
"Sehat kok Tante" jawab Alisya singkat
Keduanya kemudian duduk bersebelahan diikuti dengan beberapa hidangan yang datang. nampaknya memang sudah dipersiapkan oleh Nona sebelumnya, untuk tamu istimewa nya itu.
Nona juga nampak mempersilakan keduanya untuk mencicipi hidangan yang tersaji di depannya. Dan sesekali memulai obrolan.
"Gimana jeng?" Ucap Nona seakan memberi kode kepada Sinta untuk menjelaskan bagaimana keputusan pada akhirnya.
Tentu saja Sinta yang mendengar itu, sempat tersenyum dan memandang ke arah Alisya, dengan tujuan bahwa nantinya yang ia sampaikan memang benar-benar real dari keputusan Alisya sendiri.
"Alisya setuju dengan rencana kita jeng". Nona yang mendengar beberapa kata itu, terlihat sudah sangat bahagia. Ia pun reflek memegang tangan Alisya guna meyakinkan kembali pada Alisya bahwa yang dikatakan Sinta memang benar.
Sedangkan Alisya yang saat itu, juga nampak angkat bicara
"Iya tan, Alisya setuju kok dengan perjodohan itu. Tapi ada keinginan Alisya untuk tak di publish dulu masalah ini sampai tiba hari H nanti!"
"Kita akan kabulkan kok keinginan kamu, iya gak jeng?" Ucap Sinta dengan senyum manis di bibirnya.
Sinta yang mendengar pernyataan itu dari Nona hanya bisa mengangguk dan membalas senyuman itu.
"Makasih ya tan!" Ucap Alisya singkat
"Tante seneng banget sayang dengar ini... Hmm next time kita ketemu lagi ya dengan Jordan!" Ujar Nona yang begitu bahagia
*****
Hanya membutuhkan dua hari setelah pertemuan itu, kini keduanya terlihat bertemu kembali
syuka sekali deh sama kata - kata nya... 🥰🥰
jangan lupa mampir juga ya di karyaku
lebih baik positif thinking aja