NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20th : Trouble

Audrey yang baru saja turun dari mobil pun bergegas menuju ruangan yang akan menjadi kelasnya untuk hari ini. Hari ini beberapa kelas akan digabung menjadi satu di ruangan tersebut. Saat baru saja masuk, Audrey tidak menemukan seseorang yang ia kenal. Sepertinya teman sekelasnya belum ada yang datang.

"Apa aku yang datang terlalu pagi? Sehingga tak menemukan teman sekelasku" gumam Audrey lalu mendudukkan bokongnya pada kursi di barisan tengah. Dari tempatnya Audrey dapat melihat jika jumlah di ruangan itu masih terbilang sedikit. Mungkin, jika dihitung baru ada sekitar sepuluh orang saja dari sekian banyaknya mahasiswa.

"Sepertinya memang aku yang datang terlalu pagi" tambahnya dengan bibir yang mengerucut.

Audrey mengambil airpod dari tasnya dan memasangnya pada kedua telinganya. Bari saja ingin menyalakan musik di ponselnya, tiba - tiba sebuah tangan terulur dengan sekotak susu kacang hijau, Audrey mendongak dan melihat sang empunya tangan. Gadis itu pun membulatkan matanya saat ia mengenali orang itu.

"Oh.. Brody?!" seru Audrey dengan keterkejutan masih tercetak jelas di wajahnya.

"Guten Morgen!" sapanya dengan sebuah senyuman manis terukir di wajahnya.

"Guten Morgen!" jawab Audrey sembari mengambil alih kotak susu kacang hijau yang disodorkan Brody padanya. "Danke" tambahnya.

"Ua" ujar pria itu. "Boleh aku duduk disini?" tanya Brody.

"Tentu saja, kenapa tidak" tukas Audrey lalu menggeser tubuhnya ke samping.

"Ok"

Audrey pun menyeruput susu kacang ijo yang diberikan pria di sampingnya itu hingga tandas.

"Eumm... Nice!" ceplosnya lalu memperhatikan kotak susu itu dengan kepala yang dimiringkan.

"Kau suka?" seru Brody tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang ada di tangannya.

"Maybe.." jawab Audrey asal lalu menolehkan wajahnya pada pria di sampingnya yang tengah sibuk membaca sebuah buku.

"Buku apa yang kau baca?" tanya Audrey sembari melirik cover buku tersebut.

"Buku 'And then there were none'" jawab Brody santai.

"Owh.. Kau sangat suka baca buku seperti itu yah?" cerocos Audrey.

"Tidak juga. Buku ini pemberian seseorang. Aku akan membaca buku jika ingin saja" ucap Brody masih fokus pada bukunya.

"Oh begitu.." ujar Audrey sembari mengangguk - anggukan kepalanya.

Audrey mengedarkan pandangannya ke segala arah dan ia dapat melihat kursi yang ada di ruangan itu hampir terisi penuh. Serta ia sudah mulai melihat keberadaan teman - teman sekelasnya. Selang beberapa menit pun, seorang dosen datang dan memulai perkuliahan mereka. Audrey pun memakai kacamatanya dan mulai fokus memperhatikan penjelasan dari dosen di depan sana.

Dua jam sudah berlalu, dosen pun mulai mengakhiri kelasnya hari ini. Dan satu persatu pun mulai meninggalkan ruangan itu. Audrey pun membereskan barang - barangnya dan menyampirkan tasnya di bahu.

"Brody?! kau belum pulang?" tanya Audrey sembari bangkit dari kursinya.

"Belum. Sedikit lagi aku baru pulang" tukasnya sambil melihat ke arah gadis itu.

"Kalau begitu, aku duluan. Bye. See you" pamit Audrey lalu beranjak dari tempatnya meninggalkan ruangan itu.

"See you" ucap Brody sambil menarik ujung bibirnya membentuk lengkungan indah di wajahnya. "Let's get it!" ujarnya saat Audrey telah menghilang di balik pintu.

🔫🔫🔫

Di sebuah kafe dengan nuansa klasik yang tenang, Alya tengah termenung. Perkataan Tuan Kalbert yang merupakan ayah dari Mark, kekasihnya yang biasa ia panggil dengan Kalbert, nama belakangnya.

Siapa yang sudah menyabotase mobil Kalbert? Dan apa alasan mereka? Apa ini ada hubungannya denganku dan wanita itu?!

Flashback ON

Alya bergeming dan tak berniat membuka mulutnya sedikit pun, yang ia lakukan hanya duduk di samping Kalbert dengan tatapan yang seakan tak pernah terlepas dari pria itu. Tatapan Alya menyiratkan kerinduan, ketakutan dan kegelisahan yang ia rasakan. Alya mengusap - usap punggung tangan Kalbert dengan ibu jarinya.

"Apa kau akan memarahinya karena tak pernah memberimu kabar?" terdengar suara bariton dari arah belakang, sontak membuat Alya menghapus jejak air matanya cepat lalu menoleh ke arah seseorang yang saat ini sedang bicara padanya.

Alya melihat wajah pria paruh baya yang ada berdiri di hadapannya saat ini. Alya ingin menjawabnya tetapi entah kenapa suaranya seakan tercekat di tenggorokannya.

"Kau pasti seseorang yang Mark sebut sebagai baby bear-nya?" tanya pria itu lagi. "Kau juga seseorang yang sangat ingin Mark dilindungi, bukan?!" tambahnya.

Alya tertegun mendengar ucapan pria paruh baya di hadapannya. Tak berniat membuka mulutnya sedikit pun.

"Apa kau gadis yang bernama Alya?!" ujarnya membuat Alya mengerutkan dahinya bingung. Darimana pria itu tahu namanya. "Mark sering menyebut namamu.." ucapnya lagi.

"Nak, siapapun dirimu saya sangat berterima kasih karena sudah membuat Mark kami menjadi sosok yang seperti sekarang dan membantunya melawan traumanya. Meskipun, Mark belum pernah memberitahukan tentang dirimu. Tapi, saya yakin jika kaulah gadis itu. Saya bisa melihatnya dari tatapanmu pada Mark.." jelas pria paruh baya itu lalu duduk di samping Alya yang kini menatapnya dengan mata yang berkaca - kaca.

"Tuan?!.." seru Alya dengan suara yang terdengar parau. "Apa yang sebenarnya... terjadi pada... Mark?" ucapnya to the point walaupun sedikit terbatah - batah.

"Seseorang sudah menyabotase mobilnya.." tukas pria itu.

"Apa?" pekik Alya tak percaya.

"Saat itu, Mark baru saja pulang dari rumah sakit. Dia pulang sekitar jam setengah satu malam. Dan setelah itu, Mark mengendarai mobilnya seperti biasa dan saat ia menginjak rem, remnya tidak berfungsi sama sekali. Akhirnya dia menabrak pembatas jalan dan mobilnya terlempar cukup jauh.." jelas pria itu dengan mata yang mulai berkaca - kaca.

"Apa Tuan sudah menemukan siapa pelakunya?" tanya Alya lagi.

"Kami belum menemukan. Bahkan cctv yang ada di parkiran saat itu tidak menunjukkan apapun" tukasnya.

"Pasti seseorang sudah berhasil meretasnya" sergah Alya tanpa sadar.

"Meretas?"

"Yah, dan bisa saja mobil Mark telah diretas oleh seseorang. Sehingga ia kesulitan untuk mengendalikan mobilnya" tandasnya.

"Sialan!" umpat pria paruh baya itu tanpa sadar. Kemudian, bergegas meninggalkan ruangan itu.

"Maaf, Tuan--"

"Terima kasih karena sudah datang" kata pria itu lalu hilang dibalik pintu.

Flashback Off

Tiba - tiba Alya tersadar dari lamunannya saat terasa tepukan pada bahunya. Seketika Alya menoleh dan betapa terkejutnya saat ia mengenali wajah pria itu.

"Kau?!" pekik Alya dengan mata menyipit.

"Hallo, Alya!" sapanya sambil menunjukkan senyuman manisnya lalu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan gadis itu.

Alya hanya memutar bola matanya malas saat pria itu, dengan semena - mena menyeruput minumannya yang sama sekali belum disentuh olehnya. 

"Apa - apaan kau?! Itu minumanku! Kalau ingin minum pesanlah sana! Aku bahkan belum meminumnya sedikit pun dan kau malah meminumnya!" gerutu Alya tak terima.

"Baik - baiklah aku akan memesan yang baru untukmu" cerocos pria itu dengan gamblang.

"Hei! Aku tidak butuh uangmu itu! Tapi, tidak bisakah kau bersikap sopan pada orang lain?!" ketus Alya dengan ekspresi tak suka tercetak jelas di wajahnya.

"Astaga! Alya, sudahlah. Itu hanya minuman"

"Haishh" Alya hanya mendesis dan memakan tiramisu cake nya dengan gerakan yang terlihat sangat kasar.

"Kau ingin minum apa?" tanya pria itu, tetapi Alya memilih diam dan tak menjawab pria itu. "Baiklah, aku akan memesan minuman yang sama" ucap pria itu lalu bangkit dari kursi menuju kasir.

"Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi sih?!" gerutu Alya pada dirinya sendiri.

Tak butuh waktu lama, pria itu pun datang dengan dua minuman di nampan yang bawa.

"Ini Vanilla Latte milikmu. Minumlah!" ucap pria itu sembari meletakkan segelas minuman di hadapan Alya. Alya menaikkan alisnya saat minuman yang pria itu pesan bisa sama dengan minuman yang ia pesan tadi, padahal ia sama sekali tidak memberi tahu nya.

"Dari mana kau tahu?" ceplos Alya.

"Itu minuman favorit ibuku, jadi aku tahu  aroma dan rasanya" jawab pria itu asal. Alya terdiam lalu menyeruput minumannya perlahan sembari mengingat ucapan pria di hadapannya.

Minuman favorit ibunya? Tidak dapat dipercaya! Pria seperti dia bisa dekat dengan ibunya.

"Ibumu pasti sangat pusing mengurus anak seperti mu" kata Alya yang entah pujian bagi pria di hadapannya atau malah sebaliknya.

"Tidak juga. Ibuku sangat menyayangiku. Jadi, apapun kesalahan yang aku lakukan pasti akan dimaafkan" tandas pria itu

"Naif sekali kau" sergah Alya.

"Ckck.." pria itu hanya berdecak.

"Lalu, dimana ibumu? Kenapa kau tidak mengajaknya?"

"Ibuku?.." ucapan pria itu terhenti bersamaan dengan tatapannya yang berubah tajam. "Ibuku, dia sudah meninggal"

"Oh. Maaf, aku tidak bermaksud---"

"Tidak apa - apa"

"Maaf"

"It's okay" ujar pria itu lagi. "Alya?!"

"Eh, maaf. Aku harus mengangkat telepon" jawab Alya saat terasa getaran pada saku jaketnya. Alya segera merogohnya lalu sedikit menjauh dari pria itu dan mengangkatnya.

"Hallo"

"Yah"

"Nona Alya?! Ini gawat!"

"Ada apa?!"

"Audrey dalam bahaya"

"APA?!!!"

"Kami kehilangan jejaknya, nona"

"Aku tidak mau tahu cari dia sampai ketemu!"

Alya memutus panggilan secara sepihak lalu bergegas meninggalkan kafe. Namun, saat Alya hendak beranjak sebuah tangan mencekalnya. Alya pun tersadar bahwa ada pria itu disini. Pria yang merupakan salah satu musuhnya. Dengan cepat Alya mengendalikan ekspresinya dan menghadap pria itu.

"Ehm.. Gary. Maaf, tapi aku harus pulang sekarang! Orang tuaku sedang menungguku, jadi aku harus segera pulang. See you next time!" ujar Alya lalu tersenyum tipis pada pria itu.

"Oh, oke. Kalau begitu hati - hati. See you"

Alya hanya mengangguk sebagai jawaban lalu beranjak meninggalkan pria itu dan segera menuju tempat yang ingin ia tuju saat ini.

💢💢💢

1
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
Nanaia
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!