NovelToon NovelToon
Kerinduan Di Antara Awan

Kerinduan Di Antara Awan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Aksara

Di antara kabut tebal yang melingkupi sebuah kota kecil, terdapat dua insan yang terpisah oleh luka-luka masa lalu dan dinding-dinding yang mereka bangun di sekitar hati mereka. Maya, seorang gadis muda dengan senyum rapuh yang menyembunyikan kesedihan yang tak terucapkan, bertemu dengan Atma, seorang penyair puisi yang membawa beban kesedihan yang sama beratnya.

Dalam taman yang dikelilingi oleh awan mendung, di tempat di mana kesedihan bersarang, keduanya menemukan tempat untuk berbagi cerita-cerita mereka yang penuh dengan rahasia dan rasa sakit. Di antara puisi-puisi yang penuh dengan warna dan keheningan yang menyentuh, Maya dan Atma menemukan cinta di antara kabut-kabut kesedihan.

Namun, cinta mereka tidak datang tanpa rintangan. Bayang-bayang masa lalu yang mengejar mereka, bersama dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik senyuman mereka, menguji ketahanan cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tatapan kebencian

Ketika Elma dan Lestari membela Maya dan Atma dengan perkataan tegas mereka, keheningan kampus yang tadinya terasa berubah menjadi hiruk-pikuk dan kekacauan. Orang-orang di sekitar mulai terlibat dalam percakapan yang semakin memanas, dan sorakan yang penuh kekecewaan mulai terdengar di udara.

Tatapan penuh kekecewaan dan penghinaan mulai mengarah pada Atma, yang duduk di kursi roda dengan tatapan kosong. Dia merasakan beban yang sangat berat menindas dirinya, dan rasa malu yang tak terlukiskan menghantuinya.

Maya merasa seperti ditusuk oleh ribuan pedang saat melihat kekasihnya menghadapi pandangan penuh kebencian dan penghinaan dari orang-orang di sekitarnya. Hatinya hancur melihat Atma menderita seperti itu, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap kuat dan berdiri di sampingnya.

"Sialan! Ini tidak adil!" teriak Elma dengan suara yang penuh kemarahan, mencoba meredakan situasi yang semakin memanas. "Atma tidak pantas mendapat perlakuan seperti ini! Dia adalah manusia yang luar biasa, dan dia jauh lebih baik dari pada kalian yang hanya mampu menyebarkan kebencian!"

Namun, sorakan dan cemoohan tidak berhenti. Semakin lama, semakin banyak orang yang bergabung dalam menghina Atma, dan suasana semakin kacau.

Maya merasa putus asa dan terpukul melihat keadaan ini. Dia ingin sekali melindungi Atma dari serangan kebencian yang tak berdasar ini, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendirian.

Namun, di tengah-tengah kekacauan itu, suatu keajaiban terjadi. Seorang mahasiswa yang berani, tanpa ragu-ragu, berdiri di samping Atma, mengangkat suaranya dengan tegas menentang kebencian yang merajalela.

"Stop! Apa yang kalian lakukan adalah salah!" teriak mahasiswa itu dengan suara yang menggema di seantero kampus. "Atma adalah manusia seperti kita semua, dan dia tidak pantas diperlakukan seperti ini! Kalian seperti ini tidak pernah merasakan apa yang Atma rasakan, Atma juga tidak ingin dilahirkan seperti apa yang ia jalani sekarang.”

Melihat salah satu mahasiswa yang berani berbicara untuk mendukung Atma hanya mendapat sorakan, tawa, dan hinaan dari orang-orang di sekitarnya, Maya merasa keputusasaan merayap dalam dirinya. Hatinya hancur melihat ketidakadilan yang terjadi di depan matanya, dan dia merasa semakin tidak berdaya dalam menghadapi situasi yang semakin memuncak.

Atma, yang duduk di kursi roda dengan tatapan kosong, menunduk dalam keheningan yang menyakitkan. Maya bisa merasakan keputusasaan dan kesedihan yang memenuhi hatinya. Bagaimana tidak, kekasihnya harus menghadapi pandangan kebencian dan penghinaan dari orang-orang di sekitarnya.

Dalam hiruk pikuk yang semakin memuncak, Maya merasa seperti terjebak dalam ruang kegelapan yang gelap dan menakutkan. Dia merasa seolah-olah ditatap oleh ribuan mata yang tidak menginginkan keberadaannya, yang menghujani dirinya dengan kebencian.

Melihat semua mahasiswa menertawakan dan menghina Atma, Maya merasakan rasa sakit yang mendalam merayap di dalam dirinya. Dia membayangkan betapa hancurnya hati Atma, dihadapkan pada pandangan penuh kebencian dan ketidaksetujuan dari orang-orang di sekitarnya. Setiap sorakan dan cemoohan terasa menusuk hatinya seperti belati tajam.

Elma dan Lestari, juga merasa gemetar melihat situasi yang semakin memburuk. Mereka bisa melihat betapa sulitnya Atma untuk menahan semua rasa sakit dan keputusasaan yang melanda dirinya. Lestari melihat ke arah Atma, dan ketika dia melihat tetesan air mata yang membasahi tangan Atma, dia merasakan kepedihan yang sama merayap di dalam dirinya.

Tangan Atma gemetar dengan jelas, mengungkapkan betapa rapuhnya keadaannya di tengah tekanan yang begitu besar. Lestari kemudian melihat ke arah Maya, dan dalam pandangan mereka yang saling bertautan, Lestari bisa merasakan betapa Maya sedang merasakan apa yang pernah dirasakannya sebelumnya.

Namun, suasana semakin kacau dan kekacauan semakin memuncak. Suara-suara yang menghina dan merendahkan terus terdengar, menyulut api kemarahan dan kesedihan di hati semua yang hadir di kampus. Kata-kata keji yang dilemparkan ke arah Atma semakin menghancurkan diri Atma dengan cepat.

"Anak haram, lebih baik diperlakukan seperti ini," terdengar suara yang kejam, "Kucilkan dan hina, ini adalah balasan yang orang tuanya lakukan. Dan semua puisi-puisi yang kau buat adalah kemunafikan."

Maya merasa seperti ditusuk oleh pedang panjang saat mendengar kata-kata itu. Dia merasa kepedihan yang tak terlukiskan melanda dirinya, Maya kembali melihat Atma dan berkata lirih di hatinya “Aku tahu apa yang sedang kamu rasakan, aku tahu betapa kejam orang-orang memandangmu saat ini.” Maya gemetar dan menahan rasa sakit yang kian menggerogoti pikiran dan hatinya, Maya menangis dalam pikirannya.

Semakin banyak hujatan dan celaan yang dilontarkan oleh orang-orang di sekitar, semakin terasa panasnya suasana. Atma, yang duduk di kursi roda, terlihat menggenggam tangannya dengan keras, gemetaran yang tidak bisa disembunyikan lagi. Dia merasa seperti sedang tenggelam dalam samudra kegelapan, ditelan oleh arus kebencian yang tak berujung.

Bayangan dirinya berada di hamparan gelap mulai memenuhi pikiran Atma. Di depannya, penuh dengan orang-orang yang menatapnya dengan kejam, menghakimi dan menghujatnya tanpa ampun. Setiap tatapan yang menusuknya terasa seperti pukulan yang tak terelakkan, membuatnya semakin terpuruk dalam keputusasaan.

“Apa aku tidak layak berada disisi mereka? Apakah aku seburuk itu dimata mereka? Apa aku tidak layak untuk hidup?” Ucap Atma dalam hati.

Maya, Elma, dan Lestari merasakan keputusasaan yang sama dalam hati mereka saat melihat Atma terombang-ambing dalam badai kebencian yang tak berdasar ini. Mereka ingin sekali bisa meraih tangannya dan membawanya keluar dari kegelapan yang mengancam untuk meliputinya.

Dengan hati yang hancur, Maya memandang Atma dengan penuh kasih sayang dan kepedulian. Dia bisa merasakan betapa besar rasa sakit dan keputusasaan yang melanda kekasihnya saat ini. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa menyerah pada keadaan ini. Dia harus tetap berdiri teguh di samping Atma, memberikan kekuatan dan dukungan pada saat-saat yang paling sulit ini.

"Dengarlah, Atma," teriak Arthan dengan rasa kepuasan dalam dirinya, "Semua orang berpihak padaku, dan sepakat dengan apa yang aku pikirkan, kau sama sekali tidak layak berada di kampus ini."

Atma semakin tenggelam dalam pikirannya yang kacau, terombang-ambing oleh gelombang-gelombang kegelapan yang menghantui dirinya. Bisikan-bisikan yang kejam dan merasuk mulai menghiasi benaknya, menyulut api ketidakpercayaan dan ketakutan dalam dirinya.

"Kau tak layak di sini," bisikan itu bergema di dalam pikiran Atma, menghantuinya. "Kau hanya memberikan kesialan dan menyusahkan orang-orang di sekitarmu. Kau tidak layak berada di sini, di antara kami yang sempurna dan berharga."

Setiap kata itu terasa seperti paku yang menusuk hatinya, mengguncang keyakinan dan harga dirinya. Atma merasa semakin terisolasi dan terbuang, terjebak dalam siklus kegelapan yang tak berujung. Dia merasa dirinya tidak layak untuk diterima.

Tubuh Atma mulai gemetaran dengan kencang, Atma dengan kondisinya sekarang di hina dengan Arthan yang mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan di layak umum.

1
Kana
semoga semua impian terwujud ya 🤗
Kana
bangun atma. ku tabok ya bkin cape nangis kau/Right Bah!/
Kana
pingsan aja biar ga cape 🙃
Kana
lagi kerja aku jgn dibuat nangis bisa? 🥺
Gema: siapa suruh baca di saat kerja wkwkw
total 1 replies
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
Gema: Terimakasih udah mampir yaa
total 1 replies
Kana
😢 ini mah buku diary
Kana
elma😭
Gema: parah elma nya ya
total 1 replies
ATAKOTA_
sangat menyentuh
Gema: terimakasih
total 1 replies
Kana
Ga sabar pengen ketemu kayanya ya🤭
Kana
ciiee 😚
Kana
Jangan makan pedes atma🤨
Gema: hahaha
total 1 replies
Kana
kasian lestari🥀
Gema: Maaf ya wkwkw
total 1 replies
Kana
jahil nya 🤨
Kana
Semangat Nulisnya🥰
Gema
Selamat menikmati perjalanan Atma dan Maya yah
Gema
senyum senyum yah wkwkw
Kana
Senyum2 nah🤭
Kana
Semangat dan Sukses Untuk Novelnya 🌷
Kana
Keren🥰
Gema: makasih sayang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!