The Hot Daddy and His Naughty Girl

Lagi-lagi hanya helaan nafas yang keluar dari celah bibir seksi itu, seperti tak ada apapun yang bisa ia katakan pada pria tampan didepannya.

Kepala yang tertunduk serta jari jemari yang sibuk memijat pangkal hidungnya dan rambut yang acak-acakan seakan baru saja diterpa badai menunjukkan seberapa frustasinya Glen saat itu.

Pria lain yang juga ada disana turut menghela nafas, muak dengan keterdiaman sosok yang baru saja mengganggu jam kerjanya hanya untuk menemani sosok itu menghela nafas lagi dan lagi.

"Oh come on dude. What's wrong? Are you okay?" tanya Jay. Namun sesuai dugaan, Glen lagi-lagi menghela nafas.

"Sudah hilang,,," lirih Glen, menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"WHAT? Ard you kidding me? What's missing?!" tanya Jay panik.

Jay menerka-nerka, sesuatu yang hilang itu pasti sangat berharga, karena tidak mungkin Glen sefrustasi ini jika benda itu tidak berharga.

Oh tidak, jangan katakan jika yang hilang adalah berkas penting atau semacamnya! Jay sungguh tidak mau kerja lembur!

Demi tuhan, di rumah ada seorang balita mungil yang sedang menunggu Jay pulang!

"Jangan diam saja! Cepat katakan!!" kesal Jay karena Glen tak kunjung menyahuti dirinya.

"Akal sehatku."

"Hah? Apa?" Wait wait, sepertinya telinga Jay bermasalah.

Jay mengorek telinga kanannya dengan jari kelingking untuk memastikan bahwa tidak ada yang menyumpal lubang telinganya.

"Katakan sekali lagi!" minta Jay sembari mendekatkan telinga kanannya ke bibir Glen.

Glen melirik Jay dengan tatapan datar, namun walau begitu ia tetap mengulangi ucapannya tadi. "Akal sehatku sudah hilang," ujarnya dingin.

"WHAT THE F__K?!" Jay berteriak sekencang-kencangnya, mengundang tatapan dingin dari Glen.

"Setelah sekian purnama, seribu gerhana dan berjuta-juta tahun lo baru nyadar kalau akal sehat Lo udah hilang?! OH MY GOD GLEN!!" Jay berteriak gemas ingin mencakar wajah datar teman lamanya.

"Semenjak lo nolak jutaan cewek cakep, dan memerintah bawahan lo dengan kejam, sejak saat itu akal sehat lo udah hilang nyet! Bahkan gue rasa, akal sehat sama hati nurani lo kayaknya ketinggalan di rahim nyokap lo pas lo lahir, makanya lo jadi kayak gini!"

Glen berdecih sebal mendengar penuturan Jay.

"Katakan sekali lagi dan akan aku pastikan besok Jayden Melvin hanya tinggal nama," ancamnya dingin.

Sosok yang baru saja diancam pun hanya bisa menunjukkan senyuman lebarnya yang menunjukkan barisan gigi rapihnya.

"Bercanda." Jay menaikkan dua jarinya disamping wajah lalu menutup mata masih dengan cengiran yang sama.

Tak ada respon yang ber-arti dari Glen selain tatapan datarnya yang seperti biasa selalu sukses membuat orang merinding.

"Ngomong-ngomong apa yang buat lo sadar kalau akal sehat lo udah hilang?" Jay merilekskan duduknya, bersandar pada punggung sofa dengan salah satu kaki yang ditumpukan pada kaki lainnya.

Glen menyentuh dadanya, diam untuk beberapa saat sebelum menatap Jay yang masih setia menunggu jawabannya.

"Jantungku berdetak," Glen menggantung kalimatnya, nampak berpikir, entah memikirkan apa.

Jay mendengus pelan melihat keterdiaman Glen. "Ya kalau jantung lo gak berdetak, you're going to die, stupid!" kesal Jay.

Tatapan tajam Glen layangkan pada duda muda dihadapannya itu.

Sedangkan itu, sosok yang ditatap lagi-lagi hanya memperlihatkan cengirannya.

"Urus ini dan pergilah." Tiba-tiba Glen menyerahkan sebuah map biru ke pada Jay.

"Lha, gak jadi cerita?" heran Jay.

"Udah gak mood."

Glen beranjak dari duduknya lalu kembali kursi kebesarannya dimana kekasih-kekasih hatinya sudah menunggu untuk di periksa.

Mendengus pelan, akhirnya Jay mengambil map itu lalu berpamitan pergi. "Kalau begitu aku pergi dulu."

Dasar orang aneh, batin Jay.

Glen menatap lurus ke arah pintu ruangan yang sudah tertutup, tiba-tiba bayangan wajah Key ketika mereka melakukan hubungan badan melintas di kepala Glen.

Glen menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya lalu menjatuhkan wajahnya di atas meja kerjanya.

Oh, sejak beberapa hari yang lalu kejadian seperti ini memang sering terjadi. Glen tak tau apa yang terjadi padanya, jantungnya berdetak sangat cepat setiap kali bayang-bayang itu muncul di kepalanya.

Glen rasa akal sehatnya benar-benar sudah hilang, apalagi ketika sesuatu dibawah sana tiba-tiba berdiri, terkadang membuatnya terpaksa mandi air dingin setiap tengah malam.

"Hah,,,aku benar-benar sudah gila."

...***...

Pagi ini ruang keluarga terasa sangat ramai dengan adanya Key dan Jeffrey yang saling melempar candaan dan tertawa bebas tanpa memperdulikan sosok lain di samping mereka.

Hari ini adalah hari Minggu, Glen dan Jeffrey libur sedangkan Key tidak ada kelas pagi hari ini. Perempuan itu mengambil kelas malam, jadi hari ini dia bisa bersantai di rumah.

"Hahaha, jangan seperti itu, sadar sok keren," tawa Key, memeluk lengan kekar Jeffrey dan bersandar di bahu kokoh itu.

"Aku memang keren." Jeffrey mengangkat tangannya, menyugar rambutnya ke belakang dengan senyuman miring yang menawan.

Mata Key membola, tangannya terulur untuk menyentuh lengan kekar Jeffrey. "Waw, keras sekali."

"Tentu saja, bahkan sesuatu dibawah sana juga bisa sekeras ini," ucap Jeffrey dengan kerlingan menggoda.

Key terkekeh mendengar ucapan Jeffrey. "Oh, benarkah? Aku tidak percaya." Tangan nakal itu bergerak, merambat mengusap dada Jeffrey dengan lembut.

Hap,,,

Tiba-tiba tangan Key di cekal dari belakang, ditarik paksa untuk berdiri.

"Gak usah ikut campur," peringat Glen pada Jeffrey yang hendak beranjak dari duduknya untuk membantu Key.

Glen menarik Key tanpa peduli jika perempuan itu memberontak minta dilepaskan.

"Daddy, lepas!"

Lagi-lagi Glen tak menghiraukan ucapan Key dengan malah menarik Key masuk ke dalam lift.

Senyuman miring terukir dibibir Key. Cih, baru sekarang lo peduli?! Kemarin-kemarin kemana aja hah?!

...•Bersambung•...