Kenangan Lama Dan Baru Mora

Di dalam warnet Mora yang masuk bersama Jeremi dan Jaya. Tapi di sisi lain petugas warnet yang melihat kedua orang yang dibawa oleh Mora merasa sedikit takut.Mora yang melihat sikap petugas warnet dengan wajah pucat berkata,”Kakak jangan takut. Mereka berdua tidak ingin mengambil uang kakak lagi kok.”

Mora juga melihat ke arah keduanya dimana tatapan itu memberikan isyarat untuk meminta maaf atas kejadiaan beberapa hari yang lalu. Jeremi dan Jaya menundukan kepalanya dan meminta maaf kepada petugas warnet. Setelah itu mereka pergi ke ruangan mereka. Di dalam hanya ada Jeremi dan Mora. Karena Jaya masuk ke ruangan yang berbeda yang ada disampingnya karena tidak cukup ruang.

Mora membuka situsnya yang bernama M.R. Mora melihat kalau situsnya masih kosong. Tapi sudah menyiapkan beberapa tulisan untuk situsnya. Dimana isinya dibagi menjadi beberapa jenis tanaman kuno, jenis obat, jenis batu langkah dan kuno, bahasa kuno.

Jeremi yang melihat itu sedikit bingung untuk apa Mora menginginkan akun rahasia untuk dunia bawah. Setelah melihat tulisan yang diketik oleh Mora.  Dia melihat ke layar yang tertulis jenis tanaman dan lokasinya. Dia juga menjual obat dengan berbagai jenis penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Mora juga tidak hanya menulis tanamnan langkah dan jenis obat saja.

“Apa kamu yakin dengan menulis semua ini. Apa ada yang akan percaya?,”ucap Jeremi sedikit ragu dengan apa yang dia lihat di layar.

“Percaya atau tidak kita hanya menuggu saja bukan, tapi ini hanya sedikit yang aku tulis. Untuk yang lain, apa kamu bisa menulisnya ini bukunya,”ucap Mora yang menutup akun M.R-nya.

“Kamu ingin membuka apa lagi,”ucap Jeremi yang bingung

“Membuka Blog yang sudah aku buat,”ucap Mora yang sudah membuka Blog dimana Jeremi melihatnya sangat terkejut dengan artikel yang sudah dibuat oleh Mora dari tingkat SD-SMA di artikel itu juga ada tingkat sarjana dan profesor.

“Sebenarnya kamu ini siapa Mora?,”ucap Jeremi setelah melihat isi blog yang sangat terkenal dikalangan remaja dan guru.

Waktu terus berlalu hingga waktu kelulusan tiba. Mora yang akan pergi ke SMP Cahaya karena rekomondasi oleh kepala sekolah dan wali kelasnya. Mora juga mendapatkan beasiswa memudahkan dia tidak mengeluarkan banyak uang untuk belajar. Di tengah semester untuk pertama kalinya Mora mendapatkan surat dari ayahnya Bram.

“Ayahku kenapa dia mengirim surat untuku kakek,”ucap Mora setelah diberitahu oleh kakeknya. Apa lagi saat itu dia baru saja pulang dari sekolah. Karena dia tidak pergi main saat itu karena ingin membantu kakeknya dikebun.

“Ayah kamu ingin kamu pulang ke rumah, karena sudah waktunya kamu mengadakan pesta pertunangan kamu,”ucap  kakek yang sudah membaca isi suratnya.

“Pertunanganku dengan Taizan. Apa dia sudah kembali ke rumah, bukan dia belajar diluar negeri,”kata Mora.

Mora kembali teringat dimana dia dulu yang baru sampai di desa BintaraSari ini selalu bertukar surat karena ingin tahu kondisi dia. Tapi setelah dia naik kelas 6 semua berubah dimana suratnya sama sekali tidak ada balasan dari Taizan. Mora yang mencari tahu apa yang terjadi lewat orangnya mendapatkan kalau Taizan pergi ke luar negeri untuk belajar.

Setelah itu aku tidak mencari dia lagi, tapi hati Mora yang melihat surat dari ayahnya ini membuat dia sakit hati.”Apa penderitaanku ini akan terjadi lagi,”btain Mora. Kakeknya melihat wajah pucat dan takut Mora memeluknya dan berkata,”Jika kamu tidak ingin pergi tetaplah disini biar kakek yang menjaga kamu?.”

“Mora tidak apa-apa kakek jadi jangan khawatir denganku,”ucap Mora yang harus kembali ke rumah itu.

Sebelum dia pulang ke rumah dia mempersiapkan kepergiannya. Mora yang memberitahu kawan yang lain kalau dia akan kembali ke kota. Untuk proses perpindahan sekolah juga sudah diurus oleh kepala sekolah. Tapi setelah Mora tahu akan dikirim ke sekolah dimana Bela berada, meminta untuk menggantinya. Dimana Mora masih ingin menyembunyikan identitasnya sebagai orang culun dengan otak rata-rata. Kepala Sekolah hanya mengiyakan saja hingga Mora dipindahkan disekolah dengan standar biasa.

Apa lagi Mora tidak bisa menolah surat yang dikirim oleh ayahnya itu.”Bagaimana kabar mereka ya sekarang?,”ucap Mora yang tersenyum ingin melihat mereka semua.

Apa lagi Mora ingin kembali bukan karena ayahnya dan istrinya dan anaknya itu. Tapi Mora kembali ingin mengunjungi makan ibunya yang sudah lama tidak dia datangi setelah pemakaman terakhirnya.

”Apa kamu akan baik-baik saja untuk pulang, bagaimana jika kamu di tindas lagi oleh mereka,”kata Kakeknya yang khawatir.

“Kakek jangan khawatir aku akan menjaga diriku sendiri kok,”ucap Mora.

Dimana dia sudah menginjak usia 13 tahun tapi di usia itu juga dia harus kembali ke kota Batara. Setelah semua persiapan telah selesai Mora sudah dijemput oleh supir ayahnya. Dimana wajah supir yang asing bagi Mora. Mora masuk ke dalam mobil dengan barang yang perlu dia bawa saja hingga perjalanan menuju kota Batara.

Mora tidak bicara dengan sopirnya, dia hanya diam membaca buku yang dia bawa saja. Tapi saat itu perjalanan yang nyaman berbeda saat terakhir dia datang ke desa. Ada yang menyabotase mobilnya agar mengalami kecelakaan. Tapi Mora yang sudah tahu itu tidak memberitahukan kepada kakeknya. Didepan rumah yang besar dan megah Mora keluar dengan barang yang harus dia bawa sendiri. Karen supir dan pelayan yang di rumah itu sudah berubah sama sekali.

“Kakak kamu sudah sampai bagaimana perjalanan kakak,”ucap Bela yang menyambut dengan pakaian yang mewah dan rambut coklat yang tergerai dengan wajah yang polos dan putih karena perawatan.

“Bela kamu jangan mengganggu kakak kamu, nanti kamu disakiti oleh dia. Apa kamu tidak ingat apa yang sudah terjadi saat kecil,”ucap Sari Ibu tiri Mora.

Di saat Mora pulang dia melihat Taizan dan Bram sedang duduk bersama. Mora yang melihat wajah Taizan yan sudah lama dia tidak lihat menatapnya. Tapi wajah Taizan yang melihat hanya senyum biasa saja dan sapaan biasa saja. Dimana Mora merasakan kalau ada yang berubah dari Taizan yang dia kenal. Tapi Mora tidak ingin ambil pusing hingga ayahnya berkata kepada pelayan untuk mengantarkan Mora ke kamarnya.

Pelayan mengantarkan Mora ke atas dimana kamar yang harus di tempati dulu. Dimana Mora di atas loteng dia akan tidur sama saat dia kecil. Mora tersenyum dalam hati kalau dia akan di tempatkan di loteng ini sebagai kamarnya. Setelah menaruh barangnya di kamar. Pelayan datang menyampaikan kalau Bram ingin bicara dengan Mora. Mora turun setelah pelayan itu memberitahukan kepada Bram. melihat semua duduk santai. Tapi mata Mora tertuju ke arah Taizan yang terlihat hangat kepada Bela hatinya merasa sakit hati.

Tapi dia tidak memiliki bukti untuk menuduh kalau mereka memiliki ikatan perasaan yang sama.”Kamu duduklah,”ucap Bram. Mora duduk di dekat ayahnya dengan wajah polosnya dengan wajah biasa saja.

“Ayah tahu selama ini kamu menderita di desa tapi itu untuk kebaikan kamu. Ayah menyuruh kamu pulang untuk mengadakan pesta pertunangan kamu dengan Taizan. Itu ibu kamu yang inginkan dari dulu, jadi ayah kamu ingin mengabulkannya hari ini,”ucap Bram dengan santai tanpa ada penyesalan. Tapi apa yang akan ditemukan oleh Mora dalam pesta pertunangan itu nantinya?.