NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 18

Musim liburan adalah hal begitu ditunggu siapa pun. Menghabiskan waktu untuk melakukan hal yang disukai akan membuat hidup terasa menyenangkan. Orang-orang kota sangat suka menghabiskan waktu liburan mereka di pedesaan. Hal ini juga berlaku untuk Azzalea.

Hari-hari biasanya yang begitu padat dengan buku pelajaran dan les kini bisa ia tinggalkan sejenak. Tak ada lembaran putih yang ia lihat, melainkan hamparan sungai yang biru dengan bukit-bukit tinggi yang mengitari tampak dari pandangan mata. Burung-burung ikut bernyanyi bersama langkah Azzalea yang menginjak satu per satu bebatuan yang menjadi jalan setepak melewati sungai.

Senyumnya sangat cerah. Ia membawa keranjang kecil, bersiap memetik bunga-bunga indah yang berada diseberang sungai, topi kecapi tak lupa melindungi wajahnya dari terik matahari yang akan semakin meninggi.

Mulutnya bersenandung riang. Sesekali kakinya menyentuh air sungai yang mengalir tenang. Betapa nyamannya suasana seperti ini.

"Bunga-bunga indah... Aku datang... " ujarnya seraya melompat kecil di batu terakhir dari jalan setapak diatas sungai itu.

Gadis ini memiliki rencana untuk melukis. Sudah lama ia tidak memegang benda-benda itu. Sebelum semuanya dimulai, ia ingin mengumpulkan beberapa bunga untuk inspirasi lukisannya kali ini. Menurut petunjuk sang nenek, bunga-bunga yang ia inginkan ada di seberang sungai yang tak jauh dari rumah.

Hamparan taman bunga indah itu terlihat. Azzalea berlari riang, kali ini ia membiarkan rambutnya tergurai begitu saja. Angin di pedesaan begitu sejuk menyentuh kulit putihnya.

Banyak jenis bunga yang ia temukan, salah satu darinya sama dengan namanya. Ia memetik penuh kelembutan, tak banyak yang ia butuhkan hanya beberapa tangkai darinya. Kupu-kupu dengan berbagai warna berterbangan disana, seakan menyambut kehadirannya. Ia berusaha tidak mengusik kupu-kupu.

Beberapa dari bunga yang ia petik, tak lupa ia selipkan ditelinganya, menambah kesan polos nan cantik. Ia mengeluarkan ponsel, mengambil beberapa gambar diri, dan tak lupa sekitarnya.

Saat sedang asyik mengambil gambar, ia mendengar beberapa suara dari kejauhan. Ia menoleh, sekelompok pengunjung terlihat dari jauh. Mereka berada di seberang sungai, seperti seakan berjalan ke arah taman. Melihat senyum cerah itu, ia mengambil gambar.

Ia memeriksa satu per satu gambar yang telah ia ambil. Ia berhenti dengan gambar sekelompok itu, memperbesar gambar tersebut yang terasa aneh.

"Pak Dimas? " ujarnya yang mengenali salah satu orang diantara orang-orang asing tersebut.

Ia segera berbalik, menyipitkan kedua bola mata, meneliti bak memakai teropong. Para pengunjung itu sedang berjalan menyusuri bebatuan yang tadi ia lewati. Pria dengan pakaian musim panas yang mencolok dimatanya terlihat.

"PAK DIMAS!!!" teriaknya seraya melambaikan tangan dengan beberapa lompatan kecil, tumbuhan bunga disana cukup tinggi.

***

Dimas merentangkan lengan, menghirup pelan udara segar di alam terbuka tersebut. Ia tak menyesali keputusannya untuk ikut bersama tim studio untuk turun kelapangan mengambil beberapa sample suara.

Perjalanan pertama mereka kali ini adalah menyusuri sungai. Setiap orang yang ikut boleh mengambil sendiri atau pun berkelompok. Dengan hal ini, Dimas tentu memanfaatkan waktu luangnya untuk beristirahat sebaik mungkin, memurnikan tubuh yang telah padat dengan segala kerjaan yang ada di kota.

Kepribadiannya yang sangat jarang mengambil gambar kini terbalik. Banyak pemandangan indah yang ia abadikan dari kamera ponselnya selagi teman lainnya mengambil barang dari dalam mobil.

Dimas menjatuhkan bokong di atas rerumputan hijau dengan pemandangan sungai yang begitu indah dan menyejukkan mata. Di seberang sungai terdapat taman bunga yang begitu indah terlihat dari tempatnya duduk. Ketika sedang tenang memperhatikan taman bunga itu, ia melihat sosok gadis mengenakan dress berwarna biru langit dengan corak bunga sedang asyik memetik beberapa bunga.

Sudut bibirnya terangkat saat mendapati gadis itu terjatuh akibat tidak menjaga keseimbangan tubuh. Dan lucunya gadis itu tetap bersikap seakan tak terjadi apa-apa. Gadis itu kembali bangkit, merapikan beberapa helai rambut yang berantakan.

Dimas mengenali wajah tersebut. Ia segera bangkit untuk melihat dengan jelas. "Azzalea?" batinnya.

Ia tidak menyangka bisa melihat wajah muridnya yang sudah sekitar sebulan tidak ia temui itu. Langkah kakinya ingin bergerak namun, hatinya seakan tidak tenang. Ia membatalkan niatnya yang ingin menghampiri. Salah seorang temannya mengajak untuk segera beranjak ke taman bunga diseberang sungai.

Ia berusaha menutup diri dengan kelompok lainnya, berbaur dengan mereka, berharap gadis itu tidak akan menyadari keberadaannya namun hal tersebut mustahil.

"PAK DIMAS!!"

Namanya dipanggil. Suara itu terdengar jelas dan lantang, bukan hanya dirinya yang menoleh kearah asal suara, yang lain ikut menoleh. Orang-orang berbisik dan sesekali melihat kearahnya.

"Kau kenal gadis itu?" tanya Reno yang berjalan disebelahnya.

"Dia murid les-ku" jawabnya dingin.

***

Ia masih melambaikan tangan ke udara, berharap Pak Dimas membalas lambaiannya, namun nihil, bukan Pak Dimas yang ia dapati, melainkan seorang pria dengan wajah ramah membalas lambaian tangannya.

"Pak Dimas menghindariku? " bisiknya dalam hati.

Sekelompok orang kota itu telah sampai di taman bunga, beberapa dari mereka tersenyum tanda menyapa ramah, ia tentu membalas senyuman itu. Azzalea menanti Pak Dimas melewatinya, namun Pak Dimas tak melewati dirinya. Ia sedikit kecewa.

"Hai gadis cantik " sapa pria tadi.

Ia membalas ucapan tersebut dengan senyuman.

"Apa kamu Azzalea? "

"Kakak kenal saya?" tanyanya heran.

Pria itu tersenyum hingga kedua bola matanya tidak terlihat. "Kenalkan, saya Reno, teman serumah Dimas"

Azzalea mengangguk paham. Ia pernah mendengar Pak Dimas memiliki rumah di kota lain. "Apa orang kakak sibuk? "

"Hm.. Tidak terlalu, apa kamu ingin berbicara dengan Dimas? "

Ia mengangguk cepat.

"DIMAS!" panggil Reno yang hanya mendapat tatapan dingin dari Dimas yang berada sedikit jauh dari mereka dan membuang pandangan dari keduanya.

"Ada apa dengan bocah itu?" celetuk Reno merasa aneh dengan tatapan yang diberikan Dimas.

"Ee.. Tampaknya manusia itu sibuk. Jika kami sudah selesai, kakak akan minta dia menghampirimu"

"Terimakasih, Kak"

Reno beranjak pergi. "Dada, Cantik "

***

1
aca
pdkt nya kelamaan pak guru lambat
aca
pak guru gercep donk
aca
suka bgt alurnya
aca
lanjut donk
Kai Kia: besok Mimin update lagi ya.. kita usahakan setiap hari 2 chapter nih update nya
total 1 replies
setya21
kapan up nya
Kai Kia: segera yaa... Mimin lagi sibuk kuliah 🫂🫂
total 1 replies
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!