Surya meredup sinarnya terik yang tadi menyiksa berganti dengan semilir angin yang perlahan meniup dedaunan
apakah hidup ini harus selalu tentang kesakitan... Apa hanya orang-orang berduit yang pantas bahagia... Apa,, apa kami yang melarat ini tidak pantas bahagia....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GloriAngga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cp. New Life
Lanjut...
Aku bertahan sejauh ini, bukan karena kuat dan hebatku namun karena aku ingin kembali dan membalas semua yang menyakitiku dengan begitu hebat juga..
Hari baru !!
5 tahun telah berlalu setelah hari dimana danira memilih mengambil pilihan yang begitu besar waktu terasa begitu cepat danira akhirnya memilih menjalani nasibnya dengan tabah pilihannya 5 tahun lalu ternyata tidaklah begitu buruk meskipun awalnya pilihan itu terasa mustahil untuknya lewati
"Mi kenapa melamun lagi" Gadis mungil berusia 5 tahun berdiri memunggungi danira yang sedang menyisir rambut hitam lebat miliknya
"Mii you okey.." Tanya nya kembali karena danira masih termenung pekikan nya membuat danira tersentak kaget ia melanjutkan menyisir rambut laura gadis kecilnya
"Mi apa ade nanti akan mendapatkan banyak teman disana nanti?" Tanya laura antusias
"Pasti dong, anak mami kan cantik pasti bisa punya teman banyak.." Jawab danira ia memeluk putri kecilnya itu dan mengecup wajahnya mesra
"Aww mi hentikan kau akan melunturkan bedak ku" Ucapnya melepaskan diri dari danira, perkataannya membuat danira tertawa kecil dan memeluk laura penuh kasih 5 tahun terakhir ia merasakan hidupnya begitu tenang dan tentram jauh dari masalah ya meskipun tak semudah itu ditahun pertama ia tinggal ditempatnya
danira memilih sebuah apartemen kecil selain untuk mengirit biayanya menurutnya tempat itu cukup untuknya dan Laura dan terbukti selama 5 tahun ia ditempat itu ia dan putrinya aman tanpa gangguan apapun selain itu danira mendapatkan tetangga yang selalu baik kepada dirinya
"Mamii please jangan melamun lagi, ayo berangkat" Laura menarik tangan danira saat danira kembali termenung ia buru-buru membubarkan lamunannya dan membawa laura pergi ke taman kanak-kanak sebab ini adalah hari pertama gadis mungil itu bersekolah jadi tentu saja ia memiliki semangat yang membara
"Laura dengarkan mami ya, nanti sepulang sekolah kamu harus ke toko roti Grandma yaa,," Pinta danira gimana tempat itu adalah toko milik tetangganya yang seorang nenek-nenek yang masih aktif berjualan roti dan danira mengenalnya dengan baik
"Apa mami tidak akan menjemput ku lagi" Tanyanya menatap wajah danira
"Sayang mami harus kerja nak, laura tidak apa kan?" Tanya danira ia membungkuk menghadap putrinya itu lalu memeluknya
"Maafkan ibu sayang.." Ucap danira dengan suara bergetar, Laura buru-buru membalas pelukan danira dan mengusap pipi danira dengan lembut
"Jangan sedih mi, laura baik-baik saja.. Sekarang aku harus masuk... Bye mamii love you" Ucapnya berteriak sembari melambaikan tangan kepada danira
"Love you too" Balas danira melambaikan tangan, ia berdiri dan menatap bangga Laura yang berlari riang memasuki sekolahnya
"Aku sangat mencintaimu sayang" Bisik danira setelah memastikan laura masuk kedalam ia melanjutkan perjalanannya menuju tempat kerjanya setelah mendapatkan menamatkan kuliahnya bahkan danira menambah pendidikan untuk mendapatkan cita-cita menjadi seorang pengacara namun ia justru mendapatkan pekerjaan disebuah restoran terkenal dikota daun mapel itu 2 tahun sudah ia bekerja meskipun sangat timpang dengan jurusan yang ia ambil sewaktu kuliah namun baginya tak apa asalkan ia bisa bekerja dan menafkahi dirinya dan laura dan seminggu yang lalu juga ia baru saja diangkat sebagai asisten kepala cabang, ia tak menyangka jika ia kembali mendapatkan pekerjaan disebuah restoran selibas kenangan melintas dikepalanya membuatnya menjadi teringat kembali tentang dua orang lelaki dimasa lalunya
"Mereka apa kabarnya" Cicit danira yang sedang membereskan berkas-berkas pekerjaannya ia tersenyum kecut mengingat masalalu
"Haha lucu jika mengingatnya ya sekarang usiaku sudah benar-benar dewasa, sudahlah bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal seperti itu" Ujar danira bercakap dengan dirinya sendiri
"Danira.." Seorang wanita cantik menghampirinya 5 tahun tinggal dan berbaur bersama orang-orang ditempat barunya bahasa inggris danira semakin fasih selain itu ia juga menguasai beberapa bahasa selain inggris hal itu memudahkannya untuk bergaul
"Kenapa?" Ia menatap wanita cantik itu
"Lunch" ucapnya menunjuk jam ditangannya
"Astagaa aku hampir saja melewati makan siang kita.. Ayo" Ajak danira keduanya berjalan bergandeng tangan sikap ramah danira membuatnya disukai banyak orang terlebih kaum lelaki banyak sudah dari mereka yang berminat mendekati danira namun ia selalu bersifat netral karena danira masih memiliki trauma dalam kehidupan asmara apalagi berumah tangga kegagalan kedua orang tuanya membuat nya merasa tak perlu memikirkan pernikahan
"Hei kamu baik-baik saja" Zura menepuk bahu danira yang lagi-lagi termenung
"Makananmu akan dingin makanlah" Ucap wanita cantik itu sembari menyodorkan makanan pesanan danira
"Emm apa kau mendengarkan kabar baru" Tanya zura setelah ia menyuap makanannya danira mengangkat kedua bahu menandakan ia belum tahu apa-apa
"Kepala cabang kita katanya diganti dan hari ini orang yang menggantikan nya akan datang, katanya sih selepas makan siang"
"Uhukkkk" Danira tersedak makanan nya entah mengapa mendengar perkataan Zura ia merasa dejavu kembali perasaannya jadi tak tenang semua kejadian dimasalalu bak menari menghantuinya
"Zura aku harus pergi menjemput putriku.." Danira buru-buru merapikan barang-barang miliknya dan pergi
"Danira bagaimana jika bapak itu mencari mu" Teriak zura bertanya
"Bilang saja aku sakit... Byee" Balas danira acuh sembari berlari kecil, zura hanya menghela nafas namun ia begitu kagum dengan sosok danira yang pekerja keras meskipun ia ibu tunggal
Dan benar saja sejam berlalu setelah danira pergi seorang lelaki berperawakan tinggi dan tampan berjalan memasuki restoran besar itu suara ketukan dari sepatu yang ia kenakan membuat beberapa pengunjung restoran itu menoleh mencari tahu siapa dia
"Dimana asisten kepala cabang?" Tanya nya kepada Zura yang kebetulan sedang berada di sekitar meja pelayanan
"Selamat pagi pak perkenalkan saya azura staff dari divisi utama restoran xx ada yang bisa saya bantu" Jawab azura sembari memperkenalkan dirinya, namun lelaki itu tak menjawab zura ia malah mengeluarkan kartu namanya
"Maafkan saya pak, saya tidak mengenal bapak" Ucap zura yang terkaget saat mengetahui ternyata lelaki itu adalah orang baru yang menjadi kepala cabang mereka
"Dimana asisten kepala cabang?" Tanya nya lagi
"Emm, ibu Aira hari ini pulang lebih awal pak karena sedang tidak enak badan" Jawab azura/zura sedikit ragu
"Mm baik, besok minta ia menghadap saya ia tidak sopan seharunya ia tahu jika hari ini saya datang" Ujarnya kemudian berlalu pergi menuju ruang kerja miliknya sebelum memasuki ruangannya ia melewati ruangan asisten kepala cabang ia menjinjit kan kakinya mengintip didalam dan benar didalam kosong ia melewati ruangan itu dan masuk kedalam ruang kerjanya ternyata ruang kerja mereka hanya dipisahkan oleh kaca buram tidak tembus pandang namun mereka masih dapat melihat siluet dari orang disebelahnya
Danira pulang lebih awal dan menghabiskan waktu bersama laura di apartemen kecil mereka laura sibuk menggambar dan mewarnai sedangkan danira mengerjakan sisa pekerjaan yang ia tidak sempat kerjakan tadi tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama zura..
"Ahh pasti ia akan ceramah" Cibir danira dengan malas ia mengangkat telpon dari wanita itu dan menjauhkan dari telinga nya
"Raa kamu dicarin, bapak itu murka besok kamu harus menghadap nya.. Raa kamu dengar aku kan. Raaa" Panggilnya sedangkan danira meletakan ponsel itu dipahanya setelah memastikan zura tidak mengomel baru ia meletakan ditelinganya saat asik berbincang dengan wanita itu tiba-tiba laura menghampirinya sembari membawa kertas ditangannya menghampiri danira
"mi lihat.." ujarnya sembari menyerahkan lukisannya danira meraih lukisan putrinya itu ia masih menjawab telpon zura meskipun ia fokus meneliti lukisan putrinya
"Apa ini sayang?" Tanya danira
"Amii tadi teacher memberikan tugas katanya kami harus melukis keluarga jadi aku menggambar ini" Jawabnya danira melepaskan telpon dari genggamannya ia meraih gambar itu dan menatapnya meneliti
"mii tadi aku melihat teman-teman ku melukis mereka melukis seorang laki-laki disebelah gambar dirinya mereka mengatakan itu namanya daddy.. Lalu mereka bertanya kenapa ade tidak melukiskan daddy juga ade mengatakan bahwa dirumah cuma ada ami lalu mereka tertawa dan mengatakan kalau ade tidak punya daddy..."
"Amii apa daddy itu penting?"
Danira tersentak mendengar pertanyaan seperti itu dari anak usia lima tahun tanpa sadar air mata danira menetes melihat sang ibu menangis laura buru-buru meraih kembali lukisannya dan mejauhkan lukisan itu dari danira
"Amii maafin ade, laura tidak suka mami nangis" Ucapnya memeluk kaki danira
Azura mendengar percakapan antara danira dan putrinya tanpa sadar ia juga merasa iba dengan keduanya
"Laura dengar mami ya nak, apa Laura merasa kekurangan kasih sayang dari mami nak?" Tanya danira
"Tidak mi" Jawabnya polos
"Apa danira ingin daddy?" Tanya danira lagi
"Tidak ade cuma ingin punya mami selalu sama-sama.." Jawabnya lagi dengan jujur, danira bersimpuh menyamakan tingginya dengan putri kecilnya lalu memeluknya dengan erat
"Kita harus bahagia ya nak.."Bisik danira dan laura mengangguk setuju ia juga memeluk danira dengan erat dan tertidur dalam dekapan danira, danira tak kuasa menahan rasa sedihnya bagaimana bisa anak sekecil ini harus mendapatkan kehidupan serumit ini namun sejak awal memilih keputusan itu danira sudah memastikan jika ia akan mencintai laura melebihi orang lain dan tidak akan membiarkan gadis mungil itu terluka.
ceritanya keren banget.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya