Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 - Makanan Favorit
Setelah mereka lapor dan melakukan check point terakhir. Seluruh team membuka persediaan logistik dan mengolahnya bersama sama.
Mereka memutuskan menjadi satu Team, karena sudah ada sebagian yang memilih pulang.
Seperti pasangan satu ini, Dara dan Hans langsung masuk ke mobil yang ternyata sudah ada supir yang menjemput mereka.
"Enak ya jadi Dara. sudah jelas jodohnya," ucap Natalie dengan tatapan iri nya.
Bella menepuk-nepuk pundak Natalie.
"Kalau kita melihat kehidupan orang lain gak akan ada selesainya, Nat. Yang terlihat indah belum tentu sebenarnya indah," ucap Bella, "Siapa tau kebebasan yang kamu rasakan saat ini adalah hal yang di inginkan orang lain." Bella melanjutkan ucapannya.
"Emang ada gitu yang iri sama hidup gue?" tanya Natalie seolah tak yakin.
Bella mengedikan bahunya. "Entahlah, tapi pasti ada, cuma kamu aja 'kan yang gak tau!" ucap Bella. "Udah yuk kita dinner!" ajak Bella Sambil menggenggam tangan Natalie.
Saat Mereka sampai di dapur dadakan yang dibuat oleh Danu dan teman-temannya. Bella dan Natalie mencari tempat untuk duduk dan melihat Danu dan Kenzo memasak.
Seperti sebuah aktraksi topeng monyet, ralat. Maksudnya aktraksi sirkus. Danu dan Kenzo memotong bahan makanan dan menyajikan dengan sangat cepat. Sedangkan Panji, ia sibuk... sibuk dokumentasi aja. Bingung author dia mau dikasih kelebihan apa.
"Kak Danu bisa masak ya, Bell?"
Bella yang di tanya seperti itu jadi gugup. Pasalnya baru ini ia melihat Danu berkutat dengan peralatan yang biasanya sangat ramah untuk kaum perempuan.
"Dikit dikit bisa. Karena sering naik gunung aja, mau gak mau ya ..., Harus bisa masak." Itu bukan jawaban dari Bella, melainkan dari Voni yang memang sudah pernah ikut pendakian bersama Danu dan teman-temannya.
"Bohong! Bang Danu tuh bukan hanya bisa tapi masaknya jago. Cobain aja nanti!" Kali ini Rio yang membuka suara.
Makanan yang di buat pun jadi. Danu membuat menu sederhana yaitu Rolade asam manis, sayur capcay, mie goreng tek-tek dan tempe goreng penyet.
Selesai masak, Danu menghampiri Bella yang duduk paling belakang diantara kerumunan anggota pecinta alam yang lain. Selain membawa makanan untuk dirinya, lelaki itu juga membawakan makanan untuk Bella.
"Makan...."
"Terima kasih, Kanu." Bella menerima piring yang Danu bawakan untuknya.
"Habis makan kita turun ke basecamp dan bersih-bersih disana. Disini sudah penuh." Danu mendaratkan bokongnya di hadapan Bella.
"Bell, aku ke depan dulu ya! ambil jatah makan malam," pamit Natalie dan diangguki oleh Bella.
"Bell, teri kacang kamu masih ada? aku kangen."
"Kangen kacang terinya apa kangen yang punya!" ledek Panji yang tiba-tiba Dateng.
"Ngapain lo disini?" Danu bertanya ketus.
Panji menatap Danu kesal. "Boleh 'kan gue makan disini, Bell?"
"Boleh Kak Panji, gak ada yang larang," pungkas Bella sambil memberikan toples kecil yang sudah ia buka ke Danu.
"Gue yang gak izinin Lo disini!" seru Danu sedangkan Panji memilih menulikan pendengarannya.
"Enak banget ini tempe penyetnya!" seru Bella saat memasukkan tempe yang sangat pedas itu ke dalam mulutnya.
Panji melirik Bella. "Danu itu yang buat. Makanan favoritnya dia semenjak tinggal di Indonesia. Dia jadi pecinta tempe dan pencinta Bella."
Danu tidak menanggapi ocehan temannya, ia sibuk menghabiskan makanannya.
Sedangkan Bella hanya tertawa kecil mendengar candaan Panji.
Meskipun bercanda, tapi ekspresi Panji rata dan bahkan tidak memberikan ekspresi tawa.
"Sop nya juga enak banget, ya gak Bell?" Natalie menimpali saat baru bergabung.
"Nah ..., kalau Sop yang buat Kak Mario, Nat!"
"Serius Ndi?" tanya Natalie pada Andi. "Wah bisa open PO gak Kak? Lumayan buat makan siang di sekolah!" tanya nya pada Mario.
"Open B O dia mah bisanya, Nat!" canda Rio.
Semuanya menikmati makan malam kali ini dengan penuh canda. Sesekali Bella dan Danu saling curi pandang dan menukar senyum canggung.
Bella membantu Danu memasukan alat-alat dan barang-barang para pendaki yang mereka sewa ke basecamp.
Disana ia akan membersihkan diri dan menunggu orang tua Tama menjemputnya.
💕💕💕💕💕💕💕
Sesampainya basecamp, Danu langsung meletakan semua barang-barang yang mereka sewa ke dalam basecamp dan mengecek kelengkapan barang.
"Aku masih ada kerjaan, kamu bersih-bersih dulu aja, Bell. Biar aku jagain barang-barang kamu disini," saran Danu dan diangguki oleh Bella.
"Iya Nu, Aku duluan ya!"
10 menit berlalu, Bella akhirnya telah selesai bersih-bersih. Ternyata ia memutuskan untuk mandi dan mengganti seluruh pakaiannya dengan pakaian yang baru.
Aroma sabun dan sampo menguar dari tubuhnya, menghipnotis Danu yang sedang berbincang dengan beberapa pemuda yang mengurus basecamp.
"Kanu, kamu mau bersih-bersih juga?" tanyanya. Karena sedari tadi Danu hanya menatap intens dirinya.
Ia mengangguk seraya mendekati Bella dan berucap, "Aku lupa bawa sabun dan sampo. Boleh aku minta punya kamu?" Danu berbohong.
Padahal ia selalu bawa perlengkapan mandi setiap melakukan pendakian.
Bella menyodorkan tas kecil berisi alat-alat kebersihannya kehadapan Danu. "Pakai aja, Nu. Gantian aku yang tunggu tas kamu disini!"
Danu menerima tas kecil itu lalu bergegas memasuki kamar mandi. Di dalam kamar mandi ia tidak langsung membasuh tubuhnya.
Ia memfoto semua barang-barang yang ada di dalam tas. Bahkan pembalut pun dia foto. 'siapa tau berguna di kemudian hari' batinnya.
Disaat Danu membersihkan dirinya, Bella bersandar pada tas Danu dan merasakan hawa kantuk mulai menyerang dirinya. Namun ia tahan. Ia harus menjaga tas yang sudah Danu diamanatkan.
Danu memperhatikan Bella yang sepertinya menahan kantuk, terlihat dari tubuh Bella yang tiba-tiba miring ke kanan atau ke kiri. Hal yang membuat Danu melengkungkan bibirnya keatas membentuk senyum.
Lelaki itu duduk di samping Bella dan mengelus puncak kepalanya. "Tidur..., Nanti kamu aku bangunkan saat mereka sampai."
"Ahh... , Kak Danu sudah selesai?" Bella kembali ke mode formalnya namun dengan tingkat kesadaran yang mengkhawatirkan.
"Sudah. Kamu tidur aja dulu."
Bella mengangguk dan Danu menggeser tas carrier nya agar Bella bisa merebahkan tubuhnya di pahanya.
Karena rasa kantuk sudah menguasai dirinya, Bella tidak sadar dengan posisi dirinya yang tidur di atas paha Kakak kelasnya itu.
Danu mengelus puncak kepala Bella dengan lembut. Tangan kirinya ia gunakan untuk menggulir handphonenya.
Banyak notifikasi bermunculan saat dirinya sudah berada di kawasan kaki gunung salak.
"Nu! Gue pikir lo udah balik."
"Belum Ken, nunggu dia di jemput."
Kenzo mengangguk-anggukan kepalanya sambil memperhatikan Bella. Segera Danu menutupi tubuh gadis itu dengan jaket miliknya.
Kenzo tersenyum miring. "Kondisi Ian memprihatinkan. Serius, Ariana gak bisa diselamatkan. Gue habis ini langsung ke rumahnya. Lo mau ikut sekalian?"
Bagi mereka, menyebut langsung nama orang tua atau lebih tua di atas mereka tanpa embel-embel Pak atau Bu, sudah bukan hal yang tabu.
"Hemm...." Danu hanya bergumam sambil mengelus puncak kepala Bella.
Hening ... Tidak ada lagi obrolan antara Danu dan Kenzo. Danu sibuk memperhatikan wajah pulas Bella sambil memainkan rambut gadis itu.
Sedangkan Kenzo menatap intens Danu dan Bella bergantian sesekali menghela napas panjang.
"Jalan lo dan dia bakal sulit, Nu. Dia bukan bagian dari Ultimo Re. Bukannya orang tua lo bakal jodohin lo dari organisasi Ultimo Re?"
"Gue gak menginginkan apapun, Ken. Cuma dia yang gue mau," ucapnya pelan, "Gue siap kalau harus melepaskan semua demi dia!" lanjut Danu sambil menatap Kenzo.
Kenzo terdiam. Tangannya ia masukan ke dalam sakunya. "Gue bakal bantu lo sebisa gue dan anak-anak."
"Lo udah dapet informasi apa yang mereka inginkan dari gue? Untuk saat ini gue bakal perketat penjagaan buat Isabella."
"Mereka cuma pengen lo pilih antara Izyaslavich atau Harrison setelah usia lo 18 tahun. Gue rasa, salah satu diantara mereka bakal manfaatin Isabella buat mengontrol lo dan mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri."
"Jadi mereka mau gue memilih untuk yang kedua kalinya?" Danu tertawa sumbang. "Menurut Lo, gue harus ikut yang mana?" tanya Danu dengan senyum smirknya.
Kenzo menunjuk Bella menggunakan dagunya. "Pilih yang bisa membuat dia aman. Bukan hanya dia. Tapi buat Lo juga. Lo pasti lebih tau mana yang Lo butuhkan, Dallin" ucap Kenzo dengan wajah seriusnya.
Tak berselang lama, mobil Rubicon putih terparkir di dekat basecamp, mobil itu terparkir tepat di belakang mobil Danu.
Keluarlah Tama dengan wajah pongah nya menghampiri Danu yang sudah ia lihat dari dalam mobil sedang memangku tubuh Bella yang tertidur.
"Jauh-jauh lo dari Bella!"
"Ngapain lo kesini?"
"Jemput cewek gue lah!"
"Cewek lo, gak salah lo?" ejek Danu.
Tama tidak menanggapi ejekan Danu kemudian ia bergegas menghampiri Bella dan membangunkan gadis itu.
Kenzo yang masih berada di tempat itu hanya memperhatikan interaksi Danu dan Tama yang memperebutkan Bella. Menarik, batinnya.
"Bell, bangun!" teriak Tama pada Bella.
"Jangan kasar!" hardik Danu, "Biar gue yang bangunin."
Danu mengelus pipi Bella dengan lembut dan memanggil manggil nama gadis itu.
"Bella, ayo bangun. Ayo kita pulang," panggilnya.
Plakkk!
Tama menepis tangan Danu ketika lelaki itu hendak mengelus pipi Bella untuk kesekian kalinya.
"Jauhi tangan kotor lo dari Bella. Tangan pemb unuh dan pemb antai gak cocok menyentuh kulit Bella!"
Dihantam fakta seperti itu membuat Danu tersadar siapa dirinya sebenarnya. Danu mengepalkan tangannya dan menjauhkan tangannya dari Bella.
Tama benar, tangannya dilumuri oleh darah bahkan di setiap sel tubuhnya hanya terisi dosa dan sumpahan para korbannya. Ia anak dari seorang mafia kejam dan ia eksekutor bagi organisasinya.
Melihat ekspresi Danu yang seperti terguncang, membuat Kenzo mendekatkan tubuhnya ke Danu.
"Jangan dengarkan dia. Jangan terprovokasi. Lo berhak atas Isabella," bisiknya. Kemudian Kenzo meninggalkan tempat itu.
Tama mengguncangkan tubuh Bella sedikit keras hingga gadis itu tersadar dari tidurnya dan menggeliatkan tubuhnya hingga membuat Danu tersadar dari lamunannya.
"Hmmm..., Give me 5 minutes?" pinta Bella yang masih tertidur di paha Danu. Kali ini gadis itu memiringkan tubuhnya menghadap Danu.
Lama Bella memulihkan kesadarannya, tiba-tiba ia terbangun karena tersadar jika dari tadi ia tidur di pangkuan Danu.
Dari bawah ia menatap wajah Danu yang sedang menatap kearah depan dengan tatapan menusuk.
Bella mendudukkan tubuhnya berhadapan dengan Danu. "Ka-kanu... Maaf aku ketiduran. A-aku gak sadar. Jam berapa ini?"
Sedikit panik Bella menatap pergelangan tangganya. 'ahh udah jam 11....'
Danu membantu Bella merapikan anak rambut dari wajah Bella yang berantakan. Melihat kedekatan mereka membuat Tama semakin muak.
"Ayo Bell, kita pulang!"
Bella menangkap suara yang tak asing di telinganya. Lalu ia membalikkan tubuhnya ke asal suara tersebut.
"Ngapain kamu disini?"
"Jemput kamu, Bell!"
"Bukannya Ayah dan Ibu yang mau jemput aku, kenapa jadi kamu!"
"Iya tadinya Ayah dan Ibu yang mau jemput. Terus mereka yang minta aku buat jemput kamu. Sekalian Ada yang mau aku bicarakan sama kamu, Bell."
"Gak ada lagi yang perlu di bicarakan Tama, kita udah selesai."
"Mending lo cabut deh. Jangan bikin keributan, gak enak ini tempat orang. Udah malem juga," ucap Danu.
Bella mengangguk setuju.
"Bella biar gue yang anter. Ayo Bell!" Danu bangkit lalu membantu Bella berdiri dan menarik tangan Bella.
Tama langsung menarik kasar tangan Bella hingga membuat gadis itu terhuyung hampir jatuh dan menyeret Bella menuju mobilnya.
"Jangan kasar brengsk!" teriak Danu.
"Masuk Bell. MASUK!" perintah Tama dengan teriakannya.
"Sakit Tama, lepas!" cicit Bella.
Danu mengejar Bella yang di tarik kasar oleh Tama. "Kalau lo gak lepasin dia, gue anc urin kepala Lo!" ancam Danu.
Setelah Tama memasukan Bella ke dalam mobil dan mengunci mobilnya, Tama berbalik menatap Danu yang berada di belakangnya.
"Gue peringatin sama lo, Kamandanu. Jangan pernah lo deketin cewek gue," ancam Tama. "Oiya satu lagi. Hapus foto lo bareng cewek gue di PP chat lo!"
Segera Tama meninggalkan tempat itu. Dari dalam mobil, Bella hanya mampu memandangi Danu dengan wajah bersalah.
"Kejar atuh, A, kabogoh na!" ucap salah satu remaja yang sedang ada di basecamp.
"Maaf Kang bikin keributan. Saya pamit dulu."
Danu langsung mengikuti mobil yang di bawa Tama. Ia merasa belum tenang jika Bella bersama lelaki kasar itu.
Di dalam mobil, Bella hanya diam saja. Sedangkan Tama berbicara omong kosong yang menginginkan Bella kembali padanya. Sejujurnya ia masih sangat mengantuk dan ia memilih memejamkan matanya.
Namun otaknya menolak untuk beristirahat. Ia terbayang tatapan Danu. Tatapan Danu yang terluka. Apakah keputusan ia pulang bersama Tama salah. Apakah ia melukai Danu.
"Ayah dan Ibu tau kalau kalian sedang dekat. Ayah dan Ibu khawatir kamu dekat dengan Harrison itu."
Bella mengerutkan keningnya. "Harrison? Maksudnya Kamandanu? Memangnya ada masalah apa?"
"Dia anak Ma fia, Bell. Anak dari orang yang suka memb unuh, jual orgn, human traf, nrkba, dan kegiatan gelap lainnya!"
"Tapi dia baik."
"Baik aja gak cukup, Bell. Paham gak sih, Bell maksud aku? Kalau orang tuanya mafia. Gak menutup kemungkinan anaknya juga mengikuti jejak orang tuanya."
"Setidaknya dia gak kasar."
Tama menatap Bella tidak percaya. "Kalian belum saling kenal. Awalnya memang manis Bell, lama-lama dia ak--'"
"Selingkuh, maksud kamu?" ucap Bella cepat memotong kalimat Tama. "Please Tama. Danu bukan kamu. Dia gak mungkin melakukan itu." Entah mengapa Bella sangat yakin akan hal itu. Padahal mengenal Danu pun baru baginya.
Tama tertawa sinis. "Mana ada lelaki yang tidak selingkuh, Bell. Bokapnya dia aja selingkuhi nyokap nya. Bahkan Papi kamu aja selingkuh dari Mam--" Tama menggigit bibir bawahnya merasa ucapannya menyakiti Bella.
"Berhenti di sini Tama." desis Bella.
Pratama enggan mendengarkan permintaan Bella.
"BERHENTI SEKARANG!" teriak Bella.
"Enggak!"
"Kamu boleh maki-maki aku atau menjelek-jelekan aku. Tapi ..., JANGAN BAWA MAMI AKU!" teriak Bella sambil terisak di akhir kalimatnya.
"Bell... Sorry. Aku gak maks--"
"Kalau kamu gak buka pintunya. Aku loncat dari mobil kamu!" Potong Bella cepat.
Kemudian Tama menepikan mobilnya di trotoar yang terdapat taman kecil. Segera Bella turun dari mobil dan menutup pintu mobil itu dengan kencang.
Dengan air mata yang membasahi wajahnya dan emosi yang membuncah, Bella berjalan menjauh dari mobil Tama. Tama langsung keluar dari mobilnya dan mengejar Bella.
Danu yang melihat Bella turun dari mobil Tama segera ikut menepikan mobilnya di belakang mobil Tama.
Ia memperhatikan apa yang Bella dan Tama lakukan di tengah jalan seperti ini.
"Gak usah munafik, Bell. Kamu juga berharap kalau kita balikan, 'kan? Makanya kamu bikin aku cemburu dengan foto bersama Danu. Iya 'kan?" cecar Tama.
Bella yang tidak pandai berdebat hanya berdecak sinis terkadang ia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum miring.
"Mending kamu balik, aku udah pesan taxi online. Jangan ikutin aku. Aku udah bilang berkali-kali. Kita sudah selesai, Tama. Ayo kita bahagia di jalan kita masing-masing. Kamu sendiri 'kan yang bilang kalau menjalani hubungan dengan aku cuma bikin kamu tertekan?"
"Enggak Bell, aku emosi waktu mengatakan itu."
"Justru ucapan saat kamu emosi itu berasal dari hati kamu yang paling dalam, Tama. Please, biarkan aku menjalani hidup aku sama seperti kamu yang lebih memilih Frilly dan hidup bahagia bersama."
"Lo boleh sama siapapun asal jangan terlibat dengan Pioneer, Bell. Khususnya Kamandanu. Kalau lo tetep maksa, jangan salahkan gue, kalau gue bakal kerahkan teman-teman gue buat habisin dia!"
Mendengar itu sontak saja Bella membelalakkan matanya dan menatap Tama tidak percaya.
Berbeda dengan Danu yang menatap mereka dari dalam mobilnya, lelaki itu malah menahan tawanya seolah-olah ucapan Tama seperti gertakan ibu-ibu yang melarang anaknya main di got.
Tama menarik narik tangan Bella untuk masuk kembali ke dalam mobilnya. Namun pertahanan Bella sangat kuat. Hingga membuat Tama hendak melayangkan pukulannya kearah Bella.
Bella memejamkan matanya, pasrah dengan apa yang ingin Tama lakukan padanya. Seperti sebelum-sebelumnya jika Tama berlaku kasar padanya.
Bbuughhh...
Bughhh...
"Gue bilang sama lo jangan kasar sama Bella, Bangst!" hardik Danu sambil menendang dan menginjak tubuh Tama.
Tama tak mau kalah, ia memukul Danu dan mendorong lelaki itu ke tengah jalan. Untung sudah sangat larut sehingga kendaraan umum ataupun pribadi sudah tidak ada yang lewat kecuali motor.
"Kanu jangan ... jangan kotorin tangan kamu di badan cowok banci kaya dia!" pekik Bella sambil menarik lengan Danu.
Danu menggenggam tangan Bella dan mengajak nya untuk masuk ke dalam mobilnya. Namun Tama tidak tinggal diam. Ia menarik tangan Bella dan mendorong gadis itu sampai ketengah jalan lalu kembali memberi pukulan bertubi tubi kepada Danu.
"ARRRGGHHH!"
TBC