Caca terpaksa harus menikah dengan suami adiknya yang tengah terbaring sakit di salah satu kamar rumah sakit.
"Kak, aku mohon, menikahlah dengan abang Alden!" Ucap Lisa, sang adik di waktu terakhirnya.
Caca menggeleng tak setuju. Begitu juga dengan Alden. Tapi mendengar Lisa terus memohon dengan suara seraknya yang nyaris hilang dan dengan raut wajahnya yang menahan segala rasa sakitnya, Caca pun akhirnya menyetujui permohonan terakhir adiknya.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka?
Yuk langsung saja intip serial novel terbaru Author!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Ayam goreng keju
Sepulang dari makam, Alden membawa Caca jalan jalan ke mall berhubung hari ini hari minggu.
Mereka hanya berjalan jalan saja. Melihat orang orang yang berbelanja, makan dan juga bermain bersama keluarga mereka.
"Mau naik itu?" Tanya Alden menunjuk bom bom car.
Dia tahu Caca sejak tadi tersenyum melihat orang orang bermain permainan itu.
"Itu kan permainan anak anak."
"Siapa bilang? Tuh lihat, banyak orang dewasa juga yang main."
Caca menggeleng.
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau. Aku mau main." Ujar Alden.
Dia mencopot jam tangan mahalnya, mengelurkan hp dan dompet dari dalam saku celananya, dan terakhir menyingsingkan lengan kemejanya.
"Nih pegang. Aku mau main."
Dia memberikan hp, dompet dan jam tangannya pada Caca. Lalu dia segera menuju arena bom bom car.
Saat sudah naik mobil kecil itu, sontak saja Alden melambaikan tangan kearahnya. Caca pun hanya membalas dengan senyuman.
Alden mulai bermain. Dia berlomba dengan beberapa anak anak kecil dan juga remaja. Dia terlihat sangat bahagia dan ambisi sekali menyetir bom bom car miliknya.
Sesekali mobil Alden ditabrak oleh pemain lainnya dan mereka hanya saling tertawa.
Tidak lupa Alden tersenyum pada Caca dan kembali melambaikan tangan. Caca yang terbawa suasana pun tanpa sadar membalas lambaikan tangan Alden.
"Pacarnya ya mbak?" Tanya seseorang yang berdiri di samping Caca.
"Bukan." Sahut Caca cepat.
Dia yang tadi sangat bahagia menyaksikan Alden bermain pun seakan tertampar oleh pertanyaan barusan. Senyum itu pun hilang dari wajah Caca dan tatapannya pun tidak lagi menatap kearah Alden.
Alden yang menyadari itu pun langsung berhenti bermain. Dengan cepat dia menghampiri Caca.
"Kamu kenapa?" Tanya Alden agak ngos ngosan.
"Tidak apa apa." Sahutnya.
Dengan segera pula Caca memberikan hp, dompet dan jam tangan itu kembali pada pemiliknya.
"Aku mau pulang. Aku capek."
"Oke, kita pulang."
Caca melangkah lebih dulu, sedangkan Alden masih memakai jam tangannya, lalu memasukkan kembali dompet dan Hp kedalam saku celananya.
"Mau makan dulu nggak?" Tanya Alden sambil berjalan cepat mengejar langkah Caca yang sudah jauh di depan.
"Nggak lapar."
"Kamu kenapa sih?"
"Nggak apa apa."
"Ca, kamu kenapa?"
Alden menarik tangan kiri Caca sementara tangan satunya dia gunakan untuk menarik pinggang Caca, hingga Caca mendekat padanya.
Gerakan cepat itu membuat Caca kaget. Dia berusaha melepaskan diri dari Alden karena dia malu, beberapa orang mulai menatap pada mereka. Tentu saja itu membuat Caca malu.
"Lepas! Malu dilihatin orang." Ucap Caca dengan mengantapkan rahangnya.
"Kita makan dulu. Jawab iya, baru aku lepas." Bisiknya.
"Iya."
Alden tersenyum sambil melepaskan Caca. Lalu mereka kembali melangkah untuk mencari tempat makan. Tentu saja masih di area mall.
Kini Caca duduk di meja dengan raut wajah kesal. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri yang semakin berharap pada suami adiknya. Padahal sekarang suaminya juga. Wajar saja jika dia berharap. Toh adiknya sendiri juga merestui pernikahannya.
Alden datang dengan membawa dua porsi nasi dan ayam goreng keju saus pedas.
"Adanya ayam goreng keju. Kamu suka juga kan, ayam goreng keju?"
Caca mengangguk.
"Selamat makan. Jangan lupa baca doa dulu."
Alden bicara sendiri. Karena sebelum dia mengingatkan berdoa, Caca sudah berdoa lebih dulu dan menyantap makanannya.
"Enak?" Tanya Alden.
Caca hanya mengangguk.
"Dulu Lisa sangat suka makan disini.."
Alden keceplosan membahas tentang Lisa lagi dan dia langsung melihat ekspresi wajah Caca yang ternyata baik baik saja.
Ya, diluar wajah Caca memang terlihat baik baik saja. Tapi, hatinya sangat sakit. Dia sadar diri dimana posisinya. Meski begitu tetap saja dia hanya manusia biasa yang merasakan berbagai macam perasaan dalam hatinya.
"Aku juga pernah makan disini diajak sama Lisa. Justru Lisa bilang kamu yang sangat suka makan disini."
Caca mengatakan itu sambil tersenyum. Senyum yang biasa saja untuk membuktikan bahwa dia baik baik saja dan tidak keberatan kalau Alden membahas tentang Lisa. Karena memang itulah tugasnya selama menjadi istri Alden.
Giliran Alden yang merasakan sakit. Melihat Caca yang terlihat baik baik saja, tentu sakit. Ditampar kenyataan bahwa sampai kapanpun Caca tidak akan membuka hati untuknya.
"Ya, aku suka ayam keju disini." Sahut Alden.
Dua manusia aneh itu lanjut makan dengan berbagai obrolan dalam hati mereka masing masing. Mereka saling mencintai, tapi seakan terhalang oleh sosok Khalisa yang sangat mereka cintai.
Andai mereka tahu, khalisa tidak suka makan di tempat ini dan dia tidak suka ayam goreng keju. Caca lah yang sebenarnya menyukai ayam goreng keju di tempat ini. Karena itulah Khalisa sering mengajak kakaknya itu selalu makan ayam goreng keju di tempat ini.
"Kak Caca suka ayam goreng keju disini?" Tanya Lisa saat dia datang pertama ke tempat ini bersama Caca.
"Iya dong. Nih ya, dari sekian banyak ayam goreng keju, kakak paling suka yang disini."
Lalu, alasan Khalisa mengajak Alden makan di tempat ini, untuk memberitahu Alden, bahwa kakaknya lah yang sangat suka ayam goreng keju di tempat ini.
Ya, sebenarnya di usia empat bulan pernikahannya, Khalisa mengetahui kenyataan bahwa Suaminya lebih dulu menyukai kakaknya jauh sebelum mengenal dirinya. Dan di awal bulan dia di diagnosa sakit, Khalisa pun akhirnya mengetahui kenyataan bahwa ternyata suaminya adalah cinta pertama kakaknya.
Sakit? Tentu sangat sakit saat mengetahui kenyataan itu. Tapi, tidak ada pilihan lain. Khalisa memilih egois, karena dia ingin ditemani oleh suami yang sangat dia cintai sampai akhir hidupnya.
"Maafkan aku kak. Lagi pula bang Alden juga sudah mulai melupakan kakak. Aku ingin bersama bang Alden lebih lama lagi kak." Hati Khalisa yang bicara.
Karena itulah Khalisa kekeh ingin menjodohkan Caca dengan Haris. Dia juga ingin kakaknya bahagia. Mau tidak mau pun Caca menerima. Bukan karena Caca ingin menjadikan Haris peralihan untuk melupakan Alden. Tidak sama sekali.
Dia lakukan semata karena ingin mengikuti kemauan adiknya saja. Sangking sayangnya Caca pada adiknya itu.
"Selamanya Alden suami kamu Lisa. Sampai kapanpun kakak tidak akan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga kalian. Kakak akan pastikan itu selama kita sama sama masih berada di dunia ini." Ucap Caca tegas pada dirinya sendiri dihari pernikahan Khalisa dan Alden.
Khalisa sudah mewujudkan keinginannya untuk menutup mata dipangkuan suaminya. Makanya, saat terakhirnya dia memaksa kakak dan suaminya untuk menikah tepat dihadapannya.
Namun, kini Caca yang merasa serba salah. Dia berjanji tidak akan menggantikan posisi Lisa dihati Alden. Tapi, ternyata dengan terikat benang pernikahan seperti ini justru membuat Caca merasa sulit untuk tidak merasakan lagi rasa cinta yang sempat hilang pada sosok Alden.