NovelToon NovelToon
My Possessive Boyfriend

My Possessive Boyfriend

Status: tamat
Genre:Playboy / Romansa / Bad Boy / Tamat
Popularitas:100.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rsawty

Sederhana saja. Tentang seorang gadis yang bernama Hazel yang sulit melupakan seseorang yang berperan penting dalam lembaran masa lalunya dan Calix si lelaki yang memiliki ribuan cadangan disana-sini.

Karena sebuah insiden yang mana Hazel nyaris dilecehkan oleh beberapa Brandalan, menggiring Hazel, pada jeratan seorang Calix Keiran Ragaswara, laki-laki yang narsisnya mencapai level maksimal, super posesif, super nyebelin, sumber bencana, penghancur terbaik mood Hazel.

"Sekarang, Lo hanya punya dua pilihan. Lo jadi pacar gue. Atau gue jadi pacar elo!" Calix Keiran Ragaswara.

Penasaran? simak ceritanya!


-Start publish 14 juli 2023.


-FOURTH NOVEL

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rsawty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MPB•KETAHUAN ABANG

Dengan wajah yang sumringah penuh sukacita, dia kelihatan kelewatan bahagia, Hazel asik mengobrol ria dengan orang diseberang sana. Dia sedang duduk di tepi kasur.

Malam ini, Hazel melakukan video call dengan sepupunya yang kerap dicap sebagai Isa. "Eh, Isa! Kok pipi lo makin gembul aja? Perasaan baru beberapa hari deh kamu disana, kok udah gedean?"

"Polci makan Ica buaaanyak dichini.. kapan-kapan Kak Acel mampil kecini deh, celu banget..banyak cemilan.." Gaya bahasa cadel terdengar diseberang sana. Hazel terkekeh lucu mendengarnya. Demi Tuhan, dia rindu setengah mati dengan sepupunya yang satu ini.

"Nanti kapan-kapan Hazel kesitu ya? Bareng Isa!!" Ujarnya disambut anggukan penuh energik dilayar handphone-nya. Lalu gadis kecil diseberang sana terlihat celingukan seolah mencari sesuatu disekitar Hazel.

"Kak Acel lagi baleng ciapa?"

"Sendiri nih."

"Auncy cama Uncle mana?"

"Lagi di ruangan mungkin. Dari tadi Kak Hazel ada di dalam kamar. Jadi, gak tahu mereka lagi dimana.."

Sembari manggut-manggut, dia beroh-ria sebelum terdengar suara lain yang nyeletuk. Suara khas seorang yang sudah dewasa. Sebuah figur muncul dari arah belakang Isa. "Isa.. waktunya bobo sayang... Anak kecil gak boleh begadang."

Anak kecil itu bersorak kecewa. "Yahh!! Ica macih mau ngoblol cama Kak Acel, Ica lindu bingit cama Kak Acel, Mah.."

"Udahan aja, nanti lain kali lagi." Zayna mengambil alih ponsel ditangannya Putrinya lalu wajahnya yang menguasai layar sekarang. "Hazel.. udahan dulu ya? Panggilannya tante matiin, Isa harus tidur."

"Oh, iya Tante.." Balas Hazel agak kikuk. Dia masih sedikit tidak rela sambungan diputuskan, belum puas rasanya. Namun--apa boleh buat? Tidur di malam yang terlalu larut, tak baik untuk balita.

"Ica tidul dulu ya Kak.. Kak Acel juga tidul, becok, cekolah.. Bye Kak Acel! Ica cayang cama Kak Acel Cee you muaachh!"

Sekali lagi, Hazel tertawa renyah. Dia mengikuti cara bicara sama persis dengan anak kecil diseberang sana. "Bye juga Ica.. Cee you too muachh!!"

Panggilan ditutup oleh Zayna. Hazel memajukan bibirnya. Terus, sekarang dia ngapain? Belajar? Sebaiknya tidak. Itu hanya menambah beban pikiran. Tidur? Hazel belum ngantuk. Apa sebaiknya menonton drakor? Tidak juga. Dia belum dapat rekomendasi yang bagus.

...*****...

Hazel menuruni undakan tangga, dia memutuskan untuk kebawah menonton televisi menghilangkan kebosanan.

Setibanya diruang tengah, dia mendapati Jayden yang sedang duduk bersila di kursi sofa seraya menyaksikan siaran yang tertera dilayar persegi panjang tersebut. Di pangkuannya ada makanan ringan, dia jadikan cemilan.

"Mama sama Papa mana? Kok gak ada?" Pandangannya menyebar ke penjuru ruangan, sebelum Hazel mendudukkan diri disampingnya. Biasanya, Mama dan Papanya tak akan alfa diruang tengah untuk menonton.

"Lagi keluar, Papa bilang tadi mau ajak Mama healing.. gara-gara lo sih, bikin Mama khawatir mulu.."

Hazel mengusap tengkuknya kikuk, mau mengelak juga tak bisa, memang kenyataan. "Salahin jalanan kota, kenapa padat? Macet kan jadinya.."

"Iyain aja, biar seneng.." Jayden mencebikkan bibir tak percaya. Hazel mengerucutkan bibirnya kesal merasa Jayden hanya menganggap ucapannya hanya sekedar alasan belaka, padahal memang iya.

Kemudian dia lebih memilih fokus menonton dari pada merespon Jayden. Sekitar tiga menitan mereka sama-sama disibukkan dengan acara tontonan, sesekali Hazel nampak mengetik layar ponselnya.

Jayden akhirnya melirik Hazel yang ada disampingnya. "Belakangan ini, gue perhatikan, lo sering keluyuran gak jelas, bahkan sampai gak inget waktu. Biasanya lo gak kaya gitu. Jujur sama Abang, lo pacaran?"

Hazel menegang dalam seketika, dia menelan ludahnya susah payah. Rahasia memang tak bisa bertahan lama jika dengan Jayden. Dia pandai membaca keadaan. "Kenapa diem? Apa tebakan Abang tepat sasaran?" Tanya Jayden menuntut.

Hazel mengeratkan cengkramannya pada benda pipi ditangannya. Dia tak dapat mengontrol mimiknya sekarang. Kalimat yang dia keluarkan berikutnya pun terdengar gagap. "I-itu Bang.. i-iya pacar sih, tapi gak bisa disebut pacar juga..d-dia cuma main-main kok sama gue.."

Jayden memiringkan kepalanya, mencoba untuk menelaah maksud Hazel. "Cuma main-main? Maksudnya?"

"Gitu deh Bang.. itu cowok Hazel cuma menganggap hubungan kami main-main. Makanya, Hazel--juga gak nanggepin hubungan kami terlalu serius."

Pantas saja akhir-akhir ini senyum Hazel terlihat tulus, Jayden pandai menganalisis ekspresi, situasi dan keadaan. Tanpa sepengetahuan Hazel, selama ini dia sudah menduga-duga, jika senyum yang dia pakai sehari-hari hanya palsu untuk menipu orang-orang, tak terkecuali dirinya, Mama dan Papa mereka.

Jujur saja, Jayden ikut senang mendengar kabar dirinya sudah dapat membangun hubungan dengan yang namanya laki-laki. Jika memang benar, bukannya itu pencapaian yang besar?

Berarti tembok kokoh yang selama ini dia bangun sedikit demi sedikit mulai runtuh. Namun, disatu sisi, Jayden juga sedikit risau. Apa benar tak apa-apa? Selain dirinya dan Papa mereka, setahunya Hazel tak pernah lagi dekat dengan laki-laki semenjak kejadian itu.

Menghela napasnya, Jayden meletakkan makanan ringan diatas meja, memutar tubuhnya beberapa derajat, tepat menuju Hazel sebelum kemudian kembali membuka suara lagi. Dia menyentuh pucuk kepala Hazel.

"Zel, it's okay? Lo yakin baik-baik saja dengan itu? Lo gak pernah dekat dengan cowok selama ini, takutnya--"

Menurunkan tangan Jayden yang ada aroma khas camilan dari kepalanya, Hazel lekas mencegat omongan Jayden.

"Maksud Abang apa sih? Hazel gak ngerti. Memang kenapa kalo Hazel berhubungan dengan cowok? Hazel baik-baik aja. Sekalipun kenangan pahit masa lalu yang bikin Mama fobia beneran terjadi, Hazel gak inget itu sama sekali."

Lagi-lagi tangan Jayden terangkat, kali ini dia mengacak pelan rambut Hazel hingga membuat sang empu memberengut kesal. Surainya jadi berantakan. Plus, bonus aroma yang tak mengenakan dari makanan ringan ditangannya. Sepertinya Abangnya memang sengaja membuatnya dongkol.

"Iya Hazel iya.. Abang sama Papa sih gak terlalu mempermasalahkan mau lo pacaran atau enggak, malahan kami akan mendukung, karena tandanya lo udah mulai mau buka hati lagi setelah beberapa tahun terakhir. Tapi bagaimana kalo Mama sampe tahu? Dia tentu gak akan ngizinin lo pacaran."

"Ya makanya kalo Mama sampe tahu berarti gak ada orang lain selain Abang yang kompor! Di Keluarga ini kan hanya Abang sama Hazel yang tahu.."

Hazel menyungut, dia menatap tangan Abangnya yang mengadah kearahnya. Keningnya terangkat tak paham, "Apaan?"

Ditemani alias yang terangkat selaras dengan sekilas dagunya bergerak dua kali menunjuk ponsel yang ada ditangan Hazel.

Gadis itu sengaja membawanya bersamanya mengingat jika dirinya sedang berkomunikasi dengan Calix lewat pesan WhatsApp. Bisa gawat nanti apabila dia lambat satu menit saja membalas pesannya.

"Handphone lo sini. Gue mau kepoin akun media sosial punya cowok lo."

"Gak-gak! Apaan sih! Cowok Hazel jelek, banyak jerawat, hitam, dekil, nanti Abang ketawain lagi!"

Dipeluknya benda pipi yang ada ditangannya, enak saja mau kepoin akun Calix, bisa-bisa Jayden tak percaya jika Hazel memiliki pacar dengan visual completed seperti Calix.

Hazel tersentak pelan kala Jayden merebut ponselnya secara paksa. Hasilnya, entah sejak kapan, benda itu sudah sukses diambil alih oleh Abangnya. "Ih Abang! Balikin hp Hazel!!" Rengek Hazel menghentak-hentakkan kakinya dilantai.

Menulikan telinga akan segala rengekan Hazel, Jayden mengutak-atik ponsel Hazel, membuka aplikasi Instagram. "Cowok yang miliki Adek gue harus cakep. Minimal harus mengalahkan ketampanan Abang.. satu persen aja dia kalah dari Abang, pokoknya langsung Abang diskualifikasi dari daftar calon Adik Ipar."

Mulut Hazel komat-kamit, menye-menye meniru segala kata-kata yang keluar dari mulut sang Abang. Meluangkan waktu sejenak, Jayden melirik Hazel yang sedang memasang wajah tertekuk sambil bersidekap dada, "Nama IG-nya apa?"

"Jangan harap, Hazel bilang!"

"Yaudah, kalo gitu siapin aja mental lo buat putus sama pacar lo, gue bakal bocorin ke Mama kalo lo--"

Secepat kilat Hazel merebut kembali ponselnya, bukan untuk apa-apa, hanya untuk mengetikan username akun Instagram Calix di laman pencarian. Dia tak terintimidasi dengan ancaman Abangnya yang menyuruhnya putus, tapi Hazel tak ingin membuat Mamanya cemas.

"Tuh!" Cetusnya menyerahkan lagi ponselnya pada Jayden dengan setengah hati.

Jayden menipiskan bibir, Adiknya ini lucu sekali. Terlepas dari rasa tak senangnya, dia tetap memberikan handphone-nya. Dia mengecek akun instagram yang bernama : @Calix.K.Ragaswara

Jari jempolnya men-scroll layar, menelusuri satu persatu foto aesthetic yang diunggah disana. Melihat outfit yang dia kenakan setiap foto, Jayden dapat mengambil kesimpulan jika pacar Hazel ini berasal dari keluarga elite, beda dunia dari mereka yang notabenya hanya keluarga sederhana.

Belum lagi dengan wajah diluar planet ini.. benar-benar jauh diluar prediksi BMKG. "Buset...cakepnya diluar nalarnya manusia, nih beneran cowok lo Zel? Apa jangan-jangan lo buat akun fake terus ngaku-ngakuin nih orang sebagai cowok lo?"

"Heh enak aja! Hazel gak selicik itu! Ngapain coba pake akun fake?"

"Berarti lo pake pelet?"

"Ih Abang!! Hazel gak pake akun fake atau pun pelet, tahu!! Itu pacar yang Hazel dapet dengan jerih payah Hazel sendiri!!" Nah kan, makanya Hazel tak mau menunjukkan sosial media Calix, begini jadinya. Jayden tak percaya saking--ah! Sudahlah tak usah dipuji, nanti besar kepala orangnya!

"Loh, kok ada nih anak?" Tercipta garisan didahinya, Jayden menangkap sosok anak kecil yang tak asing fotbar bersama pacar Hazel, kalau di ingat-ingat lagi, dia pernah menolongnya kalau tidak salah.

"Yang mana?" Hazel memajukan kepalanya melihat yang dimaksud oleh Jayden dilayar, Abangnya men-zoom pada figur anak gadis yang memasang pose jari telunjuk dan jari kelingking mengacung.

"Ini nih, Abang pernah numpangin nih Adik kecil sewaktu dia nangis ditengah jalan."

"Hmm.. mungkin Adik perempuan Calix.. gue hanya pernah denger suaranya lewat telepon, belum liat orangnya langsung."

Jayden manggut-manggut. Dia tidak akan lupa, sempat menawarkan traktir makanan pada anak ini untuk menghiburnya, tapi ternyata dia ingin makan di restoran mahal dan mewah.

Sehabis menyantap makanan, uang yang ada dikantong Jayden tak cukup membayar biaya makanan yang mereka pesan sehingga pada akhirnya anak itulah yang berakhir mengeluarkan ongkos.

Saking malunya, Jayden ingin operasi plastik jika mengingatnya lagi, bisa-bisanya seorang anak SD mentraktir dirinya yang sudah tergolong laki-laki dewasa.

Jayden bergidik malu. Bulu kuduknya meremang, dia merinding jika memutar kembali momentum itu. Sudahlah! Lupakan, lupakan! Lagi pula dia tak akan berjumpa lagi dengan anak kecil itu.

"Abang kenapa?"

Sepertinya, Jayden tak perlu bilang cerita memalukan itu pada Hazel, nanti dia diledek habis-habisan. Dia berdehem pelan menguasai diri. "E-enggak!"

Ting!

...🐷...

Ntar sleep call

Ketika notifikasi muncul diatas layar, Jayden akhirnya memberikan kembali benda pipi itu kepada pemiliknya biar membalasnya.

"Aesthetic banget lo kasih nama kontaknya pake emoji babii"

"Biar lain dari pada yang lain." Hazel menunduk menjatuhkan pandangan pada benda pipi tersebut, jemari-jemarinya dengan lincah menari-nari diatas keyboard.

Hazel mengalihkan atensi usai mengirimkan sepatah kata untuk orang diseberang sana. Jari telunjuknya mengacung kearah Jayden. "Abang gak bakal laporin ke Mama kan?"

"Enggak. Ngapain? Males gue ikut campur hubungannya bocil."

"Janji, kalo gitu.." Hazel menyodorkan jari kelingking, disambut delikan ogah oleh Jayden. "Ngapain anjirr? Kayak anak esde aja lu."

"Aaa janji Bang!!" Rengek Hazel membuat Jayden memutar bola matanya.

Lelaki itu mendengus terlebih dahulu sebelum dengan terpaksa mengaitkan jari kelingking besarnya hingga bertautan dengan jari kelingking kecil Adiknya. "Janji! Puas?!"

"Puas hehehe.."

...*****...

"Gak guna banget nih hp kentang! Pengen banting, tapi sayang. Kalo Calix mah, biar pun banting hp sampe pisah sejuta bagian, langsung dibeliin Papinya yang baru. Yang harganya gak ngotak malah."

"Lah gua? Jangankan hp aiyaiya, siap-siap aja di smackdown sampe rumah. Belum lagi dengan ceramah yang bikin rusak gendang telinga."

Candra ingin sekali mengobrak-abrik segala isi apartemen Calix untuk melampiaskan frustasi. Dia baru saja habis kalah bermain game, penyebabnya gara-gara ponselnya patah-patah.

"Ngepet aja Dra.." Sahut Farel tanpa beban, "Lo yang jadi babiinya.. Gue yang jaga lilinnya. Ntar gue tiup lilinnya, biar lo hoki." sarannya mendapat sorot dendam sekaligus hadiah jari tengah dari Candra. "Fu*ck you! Yang ada metong gua."

Farel terkikik lucu sambil kembali memusatkan perhatian pada layar ponsel. Candra beranjak dari sofa, melangkah kearah Farel yang sejak tadi ada sudut, sibuk sama dunianya sendiri, entah melakukan apa dia disana.

"Ngapain lo dari tadi mojok disini?"

Candra bergabung disebelah kawannya yang satu itu, dari pada bersama dengan Calix yang sibuk bercakap-cakap dengan Ayang melalui telepon, setelah sebelumnya baru habis bermain-main dengan Yolanda sambil bertukar pesan dengan Hazel.

Terus terang, Candra agak takut dengan konsekuensi yang kemungkinan akan didapati oleh Calix, dengan tabiatnya yang konstan belum kunjung berubah hingga sekarang, bisa-bisa nanti dia akan kehilangan orang yang mungkin sudah menjadi tokoh utama dalam hatinya tanpa dia sadari.

Sudahlah, memang urusannya? Sudah diperingatkan juga, kalau nanti benar kejadian, tugasnya hanya mencibir dan menertawainya habis-habisan.

Candra memiringkan kepalanya, mengintip layar ponsel Farel, dia melebarkan matanya melihat video tak senonoh yang tertampil. "Lo--lo nonton video cabuul?!"

Memperbaiki posisi headset pada lubang telinganya, Farel menaik-turunkan kedua alisnya pada Candra. "Yang lagi tren, minyak telon.."

"Demi apa lo nonton video kotor gak ngajak-ngajak gue?! Kampret lu!" Farel merasa risih kala tubuh Candra dengan rusuhnya semakin merapat-rapat padanya.

Ditengah tontonan mereka, tiba-tiba ponsel Farel berdenting, memunculkan sebuah pesan WhatsApp diatas layarnya, alis Farel mengernyit dalam. Pasalnya nomor yang tak dikenal ini berlagak sok akrab. Kenal saja, tidak.

Farel mengalihkan ponselnya menjadi membelakangi Candra. "Lah, kok Rel?! Gua juga mau nonton, pelit banget lu, ah! Gak asik!"

"Bentar, ck."

...Unknown...

P? Ini benar no-nya Farel, bukan?

^^^Saha?^^^

Ck, sombong banget. Ini gue, Tuan putri yang minta nomor wa lo tempo hari itu, masa udah gak inget?

"Kyra?" Gumam Farel. Dia baru ingat, jadi Kyra benar-benar mengiriminya chat?

Ting!

Nanya, boleh?

^^^Paan?^^^

Lo kan bestie sebangsa dengan Calix nih.. lo pasti tahu hobi dia...makanan kesukaan dia dan makanan yang bikin dia alergi.. atau cewek yang dekat dengan dia selain Hazel?

Ujung netra Farel melirik kearah Calix, kini lelaki itu berjalan menuju kearah sudut diseberang sana, mengambil gitarnya yang bersandar ditembok untuk dia mainkan.

...Unknown...

^^^Kalo hobi, mungkin main basket sih, soalnya dia pernah jadi kapten basket sebelum pensi, lo pasti udah tahu kan? Secara kita satu sekolah..^^^

Oh iya tahu, terus apa lagi?

^^^Kalo soal makanan..random, Calix gak punya makanan favorit atau makanan yang bikin dia alergi, tahi pun mungkin dia makan kalo Hazel yang kasih.^^^

Agak gak percaya gue... Kalo cewek?

^^^Pas! Pertanyaan lo yang ketiga, gue nyerah. Sebaiknya lo tanya langsung keorangnya. Karena setahu gue, gak kehitung berapa puluh ribu cewek yang deket sama Calix..^^^

^^^Gimana yah bilangnya..?^^^

^^^Hazel itu...cuma salah satu dari mereka.. tapi gak tahu juga sih, hati orang gak bisa ditebak.^^^

*****

1
Heni Mulyani
lanjut
Teguh Subagya: atau sudah end di bab 71
Teguh Subagya: mana lanjutannya
total 2 replies
JANE ARDIANA
Juancok!
T. zherina j....
thor kok blm up up sih thor gantung amatttt
Daud Kanaya
kok sikap kamu gitu sih rel,kmu harus konsisten dgn apa yg kamu ambil ,klw memang dulu belum siap knp harus cepat nikah
Zahra Zahwa
nah kalo dah gini itu bau2 perselingkuhan gak sich
T. zherina j....: sip di tunggu up ny thor 🤩🤩
semoga cepat sembuh dan segat selalu thorrr👍👍👍👍🤩🤩
Ry🦢: Pasti lanjut Kak, di tunggu yaa.. Author lagi masa pemulihan🤗🙃
total 4 replies
Ry🦢
Sesajennya yuk yuk😗
Yuki✨
Next! Next!!
Ry🦢: Pantau terus🤗
total 1 replies
Lisa Z
alhamdulillah temen temen nya calix masih waras yaaa
jadi bisa jedotin itu kepala calix yang konslet nya udah kelewatan
Lisa Z
semangat kakak 😫
Lisa Z
mau juga dong lix, dingin dingin gini enak makan yang berkuah n anget anget
Lisa Z
padahal aku sudah memuji loh lix
Lisa Z
so sweet banget sih lix
Lisa Z
wah wah lix udah kaya ngapain ngelakuin persugjhan wkwk
Lisa Z
nasib jadi mainan calix yaaa zel
Lisa Z
nahhh ini setuju nihh
Lisa Z
cuman minus akhlak sih ini si calix
sama sikap dia yang overprotektif itu
Lisa Z
hilih si calix mau mencari kesempatan dalam kesempitan yaaaa
Lisa Z
wahhh part yang ini panjangg
mantep kak
semangat!!
Lisa Z
ngeri tau punya cowok kayak calix
kok ciwi ciwi pengen banget jadi pacarnya calix
Lisa Z
ya namanya juga mainan mahal
iya ga zel? wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!