Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Malam ini Rahmat begitu malas untuk kembali ke dalam kamarnya, dia merasa jijik dengan wanita yang sudah dia nikahi itu. Ingin langsung mengucapkan talak, tetapi belum menemukan bukti yang kuat.
Rahmat akhirnya memutuskan tidur di atas dipan yang ada di dekat kolam renang, dia tidak memedulikan rasa dingin malam ini seperti apa. Yang pasti dia tidak mau tidur satu ranjang dengan Mirna.
Pagi hari pelayan yang melihat Rahma tidur di sana begitu kaget, pelayan itu menyangka kalau Rahmat ketiduran dan segera membangunkan pria itu.
"Den, bangun. Udah pagi, kenapa malah tidur di sini?"
Rahmat membuka matanya, ternyata langit yang gelap kini sudah berubah menjadi terang walaupun belum ada matahari. Pria itu segera duduk dan mengusap wajahnya.
"Mau Bibi buatkan teh hangat?"
"Boleh," jawab Rahmat.
Bibi segera membuatkan teh hangat untuk Rahmat, Rahmat tentunya segera menikmati secangkir teh hangat itu. Setelahnya dia langsung mandi dan berganti pakaian.
"Mau ke mana?" tanya Mirna yang langsung mendekat ke arah suaminya.
Wanita itu kini berkata dengan begitu lembut, tentu saja hal itu terjadi karena pak Lurah tadi malam menegur Mirna. Pria itu berkata kalau Mirna harus lebih hati-hati menjalin hubungan dengannya.
Jangan sampai nantinya ada orang yang tahu, bisa rusak reputasinya sebagai Lurah setempat. Mirna juga tentunya tidak mau kalau hubungannya diketahui oleh orang banyak.
"Mau kerja," jawab Rahmat.
Daripada diam di rumah bersama dengan Mirna, Rahmat memutuskan untuk pergi ke rumah makan miliknya saja. Rasanya lebih baik menghitung angka di sana daripada harus melihat wajah menjijikan istrinya.
"Kita masih pengantin baru, apa gak mau kalau berduaan dulu di dalam kamar?" tanya Mirna sambil memeluk Rahmat dari belakang.
Lalu, tangan wanita itu terulur untuk mengusap perut sampai milik pria itu. Rahmat sama sekali tidak merasakan hal yang dulu selalu dia rasakan ketika berdekatan dengan Mirna, miliknya bahkan tidak bergerak sama sekali.
"Rumah makan butuh aku, kamu di rumah saja."
Rahmat melepaskan kedua tangan istrinya, lalu dia pergi dari dalam kamarnya itu meninggalkan istrimu dengan acuh tak acuh. Mirna yang melihat kepergian Rahmat tentunya begitu kesal.
Dia mengepalkan kedua tangannya ke udara seperti Ingin menonjok pria itu, kedua kakinya bahkan dia hentak-hentakkan. Mirna lalu mengeratkan giginya dengan rahangnya yang mengeras.
"Sialan! Sudah dibaik-baikin tapi malah ngelunjak, kalau bukan apa yang dibilang oleh ayah, aku tidak mau baik-baikin dia."
Mirna lalu memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sambil bermain ponsel, sedangkan Rahmat pergi ke resto miliknya. Dia tersenyum karena semakin hari ke rumah makan miliknya semakin ramai saja.
Walaupun dulu dia diberikan modal oleh ibunya, tetapi dia merasa bangga karena bisa mengembangkan usaha tersebut. Bahkan, dalam waktu 5 tahun ini dalam setiap bulannya dia bisa memberikan uang kepada ibunya.
"Eh? Bukankah itu Asih?"
Rahmat sedang asik memerhatikan pelayan yang menjamu tamu yang datang, tetapi tanpa sengaja dia melihat Asih yang sedang membeli kue di seberang jalan.
Rahmat tersenyum melihat wanita itu, Asih hanya menggunakan kaos panjang dipadu padankan dengan celana bahan. Namun, wanita itu terlihat begitu cantik dengan penampilannya yang selalu sederhana.
"Dia selalu cantik, dia juga selalu lembut. Tak pernah berubah," ujar Rahmat yang tidak lama kemudian senyumnya luntur begitu saja.
Tiba-tiba kenangan selama dia berpacaran dengan Asih bermunculan di kepalanya, penyesalan datang dan dia merasa ingin kembali dengan wanita itu.
"Samperin ah," ujar Rahmat.
Rahmat segera melangkahkan kakinya untuk bertemu dengan Asih, setelah berada di samping Asih, dia berdehem agar Asih tahu keberadaannya di samping wanita itu.
"Eh? Rahmat? Kamu kok di sini?"
"Aku udah kerja, kebetulan lihat kamu di sini. Aku jadi pengen pesen kue juga, kita makan bareng kaya dulu. Gimana? Aku yang traktir deh, sekalian kita minum kopi mocca kesukaan kamu. Mau?"
Asih terdiam sejenak mendengar tawaran dari Rahmat, walaupun dia membenci pria itu, tetapi saat ini ada yang ingin dia sampaikan kepada Rahmat.
"Boleh deh, udah lama juga gak kamu traktir." Asih terkekeh setelah mengatakan itu.
Rahmat tersenyum dengan penuh semangat, lalu dia memesan kue untuk dirinya dan juga memesan dua cangkir kopi mocca. Setelahnya dia mengajak Asih untuk duduk di bangku yang sudah disediakan oleh penjual.
"Seneng banget aku tuh bisa berduaan lagi sama kamu," ujar Rahmat.
"Masa?" goda Asih.
"Iya, kangen banget aku tuh sama kamu."
"Jangan gombal, kamu itu udah punya istri."
Senyum Rahmat luntur, rasa penyesalan kembali datang. Entah kenapa dia merasa kalau bersama Asih lebih bahagia, jika saja waktu bisa diputar kembali, Rahmat ingin kembali ke masa lalu.
"Udah jangan dipikirkan, toh kita lagi di tempat terbuka. Gak lagi selingkuh," ujar Asih sambil tertawa kecil.
"Kamu tuh cantik, Sih. Aku---"
"Udah jangan gombal terus, makan kuenya. Nanti keburu dingin," ujar Asih.
"Hem," jawab Rahmat.
Keduanya akhirnya menikmati kue yang sudah mereka pesan dalam diam, Asih begitu serius menikmati kuenya, berbeda dengan Rahmat yang terus menatap Asih sambil makan kuenya.
Asih sampai kaget ketika kuenya sudah habis dan menolehkan wajahnya ke arah Rahmat, ternyata pria itu sedang menatap dirinya dengan dalam. Namun, Asih menyangka kalau itu pasti akibat susuk pemikat yang dia pakai.
"Tuh kan, dibilang jangan lihatin aku terus malah liatin terus. Kamu tuh nakal! Ingat, kamu tuh suami orang."
"Gimana ya? Pesona kamu itu tidak bisa mengalihkan mata aku untuk terus memandang kamu," ujar Rahmat.
"Waduh! Kemarin aja kamu abis pergi sama istri kamu dan keluarga kamu, pasti abis liburan, kan?"
Rahmat terdiam mendengar pertanyaan Asih, kemarin dia tidak merasa pergi ke mana-mana. Namun, Mirna memang pergi seharian sampai pulang saat malam tiba.
"Tuh! Pasti malu ngakunya, karena kamu pastinya habis bulan madu. Iya, kan?"
Rahmat akhirnya penasaran juga, dia akhirnya bertanya kepada wanita itu.
"Memangnya kapan kamu melihat aku?"
"Aku sih gak liat kamu, tapi kemarin aku liat pak Lurah sama Mirna keluar dari penginapan. Pasti sama kamu dan juga bu Lurah dong?"
"Hah? Ayah sama Mirna? Di mana?"
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...