Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan anak kandung
Kediaman Juragan
Selesai acara yang berantakan hari ini, Ndoro Ajeng belum ada keluar dari kamarnya. Wanita ini begitu malu sekaligus marah pada sang anak, bisa-bisanya membawa perempuan di hari pernikahannya. Bukan hanya itu si perempuan malah sedang hamil.
Tadi wanita ini sudah membaca di Group keluarga Atmojo. Topik yang sedang hangat-hangat sedang di bahas, tentu masalah pernikahan anaknya, sehingga makin membara saja hati wanita ini.
🩵
Sementara Di ruang tamu, Juragan Sunoto di buat terkejut akan kedatangan Seorang yang sudah lama tak di lihatnya. Abiyu Husein Mahendra. Meski Juragan Sunoto sesekali mengunjungi Istri nya Di Jakarta, tapi belum pernah sekalipun bertemu sang anak. Semenjak dirinya menikah lagi, Abiyu sudah menjauhi nya.
“Abisatya?!’’ ucapnya sambil berdiri.
“Masuk nak. Akhirnya kamu Sudi juga mengunjungi papa mu ini’’ ucapnya lagi tersenyum sumringah. Bagaimana pun Abiyu tetaplah anaknya, Anak pertamanya.
Sedangkan Suroto melongo melihat saudaranya. Selama ini hanya mendengar saja tentang anak pertama Romonya, kali ini baru melihat pertama kali. Tentu ada irinjuga, karena Abiyu sangat tampan dan berwibawa.
“Terima kasih atas sambutan nya Juragan Sunoto terhormat. Juragan ternak dan Kebun TEH terbesar di Desa ini’’ balas Abiyu menekankan kata Kebun Teh, karena memang kebun itu memiliki keluarga Mahendra kekeknya atau Milik Papa nya Dian.
“Oh iya, saya ingatkan lagi, nama saya Abiyu Husein Mahendra. Bukan Abisatya, nama itu terlalu kampungan menurut saya!’’ ujarnya lagi dengan santai nya. Sebelum dirinya duduk, Bodyguard nya mengelap kursi dengan tisu yang sebelumnya sudah di semprot untuk mensterilkan.
Ndoro Ajeng yang melihatnya terpaku, menatap sengit karena Abiyu begitu sok bersih. Bisa-bisanya meminta di lap segala seolah di rumahnya ini banyak virus, Pikir wanita ini kesal.
Abiyu memang sengaja membuat pelakor satu ini marah. Ini saja belum seberapa dengan kekejaman mereka mengambil aset kekayaan Opa nya Mahendra.
“Malam Nyonya Ajeng, kenapa berdiri di situ? Tenang saja. Saya belum berminat untuk mengambil kembali milik Keluarga Mahendra, jadi anda nggak perlu takut.’’ Abi terus menekan kedua nya.
“Kamu keterlaluan kak!’’ timpal Suroto tiba-tiba.
Bodyguard menahan tawa mendengar ucapan Suroto. Merasa geli, memang Suroto lebih muda, tapi wajahnya sangat tua menurut mereka sehingga tidak pantas memanggil Biyu dengan sebutan kakak.
“Aku tidak punya adik, apalagi burik seperti mu! Kau lihatlah aku ini!’’ Balas Abiyu melihat Suroto dari atas ke bawah.
“Mana mama mu?’’ Juragan Sunoto mengalihkan pembicaraan. berusaha mendinginkan suasana yang tegang.
“Singkat saja. Kedatangan ku kesini untuk mengatakan hutang orang tua Dea lunas.’’ ucapnya.
“Tidak bisa begitu lah nak Abi, kan keluarga itu sudah berhutang dan bekerja di kebun kita’’ Ajeng akhirnya angkat bicara.
“Kita siapa? Kebun itu milik keluarga Mahendra. Jika kalian nekad menekan keluarga itu dengan hutang mereka yang nggak seberapa, aku akan menarik kembali aset keluarga Mahendra disini.’’ setelah mengatakan itu,.Biyu meninggalkan keluarga Juragan.
“Kurang ajar!’’ pekik Ajeng tak terima.
“Awas kau!'’ Suroto mengepalkan tangannya.
.
...🩵🩵🩵🩵...
.
Dirumah Romo
Habis Sholat magrib, keluarga Dea berkumpul di dapur. Semua masih diam, tak terkecuali Romo. Orang tua itu sejak pulang dari Ijab Kabul sang Putri mendadak saja menjadi diam.
“Puas kau membuat anak kita malu?! Baru saja menikah sudah menjadi janda. Ini kan yang kau inginkan? Sana, sujud pada Juragan dan Ndoro terhormat kamu itu!’’ ujar Bu Ratmi tiba-tiba.
Dea dan Tama yang sedang asik bermain ponsel masing-masing, mendongak menatap Bu Ratmi. Mereka tidak menyangka, wanita tua itu berani membentak Romo.
“Jaga mulutmu itu Ratmi! Jangan kurang ajar kamu jadi istri. Sudah cukup aku Diam kamu bentak kemarin. Ini juga salah anak mu ini. Jika saja Dia tidak ke Jakarta, pasti semua Ndak akan jadi begini. Kamu memang Ndak becus mendidiknya, sehingga Dia menjadi kurang ajar!’’ balas Romo tak kalah lantangnya. Padahal dalam hati ketar-ketir juga. Masih jelas Dirinya ingat Gebrakan istrinya kemarin.
Bu Ratmi berdiri menatap sengit suaminya. Bisa-bisanya Romo masih tak sadar akan kesalahannya dan sudah sangat jelas sekali Suroto lah yang bersalah dalam hal ini. Jika memang Dia mencintai Dea, pasti akan tetap setia. Ini bukan hanya mendua, Suroto juga sampai membuat wanita lain hamil.
“Apa kau bilang!? Kau menyalahi ku dan Dea? Kau lihat junjungan mu itu! Anak Juragan kehormatan mu, Dia yang berselingkuh hingga menyebabkan orang Bunting, kenapa aku dan anak mu yang kau salahkan sialan?!’’ ucap Bu Ratmi menendang kursi yang kosong.
Jika sudah emosi begini, Bu Ratmi sudah tak peduli lagi. Dia sudah cukup lama bersabar dengan tingkah laku suaminya itu. Berpura-pura jadi wanita yang lemah lembut dan patuh, sehingga dengan mudahnya di tindas oleh orang terdekatnya. Kali ini tidak akan tinggal diam lagi, apa lagi dalam darahnya mengalir darah Batak.
“Kau!’’ Romo menuding telunjuknya langsung di tepis Bu Ratmi.
“Jangan sentuh tangan mu pada Ibuku! Sudah cukup selama ini aku Diam. Kau pikir aku tidak tahu jika aku bukanlah anak kandung mu?!’’ timpal Dea bersedekap dada.
“Nak?’’
“Kamu?’’
“Apa?’’
Ucap ketiganya serempak. Hanya Tama yang beda ucapan, karena Dia memang tak tau apa pun kecuali para orang tua.
“Apa maksud Mbak?’’ tanya Tama mengguncang bahu Dea.
“Kamu tanyakan pada kedua orang tua mu ini!’’ Jawab Dea santai, padahal dalam hatinya bergemuruh.
Tama langsung mendekati kedua orang tua, berdiri di hadapan mereka. Tama menatap bergantian keduanya. Menanti jawaban dari hal yang sepertinya sangat rahasia sekali.
“Romo, Ibuk? Apa maksud ucapan Mbak Dea tadi?’’ tanya nya sangat penasaran.
“Bukan apa-apa nak, Mbak mu sedang emosi. Jadinya berbicara begitu.’’ jawab Bu Ratmi.
“Tak perlu ada yang di tutupi lagi. Untuk apa juga menyembunyikan nya. Atau kau malu jika anak lelaki ku mengetahui jika Mbak nya ini adalah anak haram?’’ timpal Romo.
Kalo ini bukan hanya Tama, bahkan Dea saja terkejut bukan main. Wanita itu tersurut mundur. Jika saja tak ada tangan yang menahannya, pasti wanita ini sudah terjatuh. Kaki nya lemas mendengar ucapan Romo nya. Masih seperti mimpi baginya. Benar Dea sudah mengetahui jika Dia bukan anak kandung Romo, tapi kali ini pukulan lebih menyakitkan hatinya mendengar jika Dia anak haram.
“Aku?’’ Dea langsung masuk kamarnya tanpa menghiraukan panggilan sang Ibu.
“Dea, nak! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Pria gila hanya mengarang cerita.’’ Bu Ratmi mencoba menjelaskan.
.
.
“Kamu?!’’ pekiknya.
.
Jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya 🙏🫰