PENYESALAN CINTA

 Leon memandang sinis ke arah wanita yang telah berani mengusik pacar nya itu, bahkan kalau saja dia tak seorang wanita, mungkin dia sudah mengajar nya habis habisan.

 "Jangan mengusik Lia lagi , atau kau akan menerima akibat nya." leon tak segan segan menyakiti orang orang seperti

Vio merasa tak terima dengan keputusan Leon. apalagi hubungan orang tua mereka sangat baik. sehingga dia merasa bisa menjalin hubungan lebih dari seorang teman. "Kenapa kamu membela nya Leon, bahkan dia hanya orang baru di hidup mu. Orang tua kita berteman baik. tapi kau malah memilih nya."

"Hahah, mimpi Lo ketinggian vio, gue ga pernah anggep Lo teman, dan gue ga suka dari dulu kalau Lo dekat dekat sama gue. Jadi gue tegaskan sekali lagi, jangan ganggu Lia! Atau Lo dan geng alay Lo ini, akan dapat akibat nya."

Fifi, dan juga Tuti merasa takut, jujur saja Leon bener bener menyeramkan saat sedang marah.

Leon yang terlalu muak pun, langsung beranjak pergi dari sana, dan tak lupa pula dia membeli sesuatu untuk sang kekasih.

  Di dalam UKS, Lia merasa cemas. dan tak bisa mengalihkan pandangannya ke arah pintu dari tadi.

 "Lia, Lo kenapa?" tanya Wati yang merasa sahabat nya sedang begitu gelisah.

 "gue takut ti, takut kak Leon buat sesuatu ke geng kak vio."ucap nya dengan perasaan cemas.

"ckck, Lo tuh terlalu baik tau ga sih, dia itu udah nyakitin kita. Bagus dong kalau kak Leon beri pelajaran. Lagi pula, kak vio selama ini, juga udah semena-mena dengan orang lain, termasuk kita." ucap Wati yang merasa puas dengan tindakan Leon sebagai pacar sahabat nya itu.

 Wati tau, hati Lia itu begitu lembut, Lia pasti merasa bersalah saat ini, tapi bagaimana pun dia tak suka melihat sifat Lia, yang terlalu baik kepada orang lain. Bisa saja dikemudian hari akan dimanfaatkan.

 Lia terdiam, dan tak berkomentar apapun. Wati menjadi merasa bersalah dengan ucapan nya tadi. dia takut sahabat nya tersinggung.

 Dia berjalan menuju ke ranjang sahabat nya, dan langsung meminta maaf dengan sifat nya tadi.

"Gue minta maaf ya Lia, mungkin ucapan gue tadi, nyakitin hati lo."

Lia melihat wajah Wati yang muram pun, langsung tersenyum tipis. "Makasih ya Wati, kalau ga ada kamu tadi. mungkin entah seperti apa nasib aku tadi. Kamu bener, sifat aku terlalu naif saat ini, aku ga pengen punya banyak masalah sama geng mereka. Maka nya aku milih ga bilang sama kak Leon, aku takut Mereka akan dendam sama aku suatu hari nanti."

belum sempat Wati menjawab, suara pintu berderit pun membuat percakapan kedua nya terhenti.

 "Sayang, ini aku bawakan kamu minuman dan snack ringan. biar ga bosen." ucap Leon dengan penuh pengertian.

 Lia yang melihat kehadiran Leon, langsung tersenyum antusias. Dan menerima jajanan itu dengan wajah gembira.

 "Makasih ya kak, boleh kasih sahabat aku juga kan?"

 Leon tersenyum sambil mengacak rambut Lia dengan gemas nya. "Boleh dong, itu kan udah punya kamu. Jadinya bebas ngasih siapapun. asal dengan pria lain aja." ucap nya sambil terkekeh kecil.

 "Hem.... Cuman jadi toping bumi aja gue ni." ucap Wati sambil cengengesan.

 "Heheh, maka nya punya pacar." ucap Lia sambil menjulurkan lidahnya mengejek ke arah Wati yang cemberut.

Hal itu membuat Leon tersenyum tipis, sungguh sifat Lia yang manja dan menyenangkan baginya, membuat hari hari nya berwarna. andaikan ada sahabat kecil nya itu disini, pasti dia akan menceritakan banyak hal kepada gadis itu. Ha, dia jadi merindukan Aurel. Kapan gadis itu akan tiba, pasti dia akan terkejut mendengar nya memiliki kekasih.

 Sedangkan di Singapura, Aurel duduk dengan cemberut melihat pertengkaran kedua orang tua nya itu. Dia bener bener ingin pergi dari sana dan menceritakan tentang kehidupan nya selama 3 tahun ini, kepada Leon. sahabat sekaligus orang yang dia cintai selama diam diam.

"Kapan aku bisa, Kembali ke Indonesia paman?" ucap nya kepada bodyguard setia nya.

"Nona harus menunggu 1 bulan lagi, baru bisa kembali ke Indonesia."

"huh, disini sangat membosankan.aku merindukan cinta pertama ku, saat ini pasti dia sudah sangat tampan dari sebelumnya."

Karena permasalahan orang tua nya, yang sering bertengkar, Aurel tak betah berdiam diri di rumah mewah itu. rasanya jiwa nya terasa kosong, seperti sudah mati rasa, saat sering melihat kedua orang tua nya bertengkar. Entah seperti apa hidup yang dia alami, tapi dia membutuhkan Leon berada di sisi nya.