Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Kabut pagi menyelimuti biara Shengyuan saat Qianru dan anak lelaki keturunan Wang Lei itu menyusup keluar dari jalan rahasia. Mereka hanya berdua, menyusuri jalur bebatuan licin dan lembah-lembah sempit di kaki gunung. Wajah anak itu bersih tapi matanya menyimpan amarah yang belum selesai.
“Namamu siapa?” tanya Qianru sambil memotong dahan berduri yang menghalangi jalan mereka.
“Orang-orang memanggilku ‘Bayi Naga’. Mereka bilang aku pewaris kejayaan yang hilang,” jawabnya datar.
Qianru tersenyum miring. “Baiklah, Bayi Naga. Mulai sekarang, kau adalah Lin Yun.”
Anak itu menatap Qianru dengan bingung.
“Karena untuk tumbuh menjadi naga sejati, kau harus memulai sebagai manusia yang rendah hati.” ujar Qianru
Jenderal Mo telah menyiapkan tempat persembunyian di sebuah gua besar yang tersembunyi di Lembah Terlarang, tempat dulu para pendekar pengasingan berlatih. Di sana, Qianru mulai menggembleng Lin Yun.
Hari-hari mereka diisi latihan bela diri, membaca strategi perang, hingga belajar filosofi hidup.
“Kenapa aku harus membaca ajaran Laozi? Aku ingin belajar ilmu pedang!” protes Lin Yun.
Qianru menjentik dahinya. “Karena otot tanpa akal hanya membuatmu jadi alat, bukan pemimpin.”
Seiring waktu, hubungan keduanya berubah dari pelindung dan yang dilindungi menjadi guru dan murid yang saling percaya. Lin Yun mulai memanggil Qianru dengan sebutan "Shi Fu" guru sejati.
Di sisi lain istana, Permaisuri menerima kabar buruk anak yang hendak mereka jadikan boneka sudah lenyap. Wajahnya mengeras.
“Dia mencuri anak kita. Anak yang seharusnya menjadi lambang kebangkitan darah bangsawan!” marah permaisuri
Sementara itu, fraksi Selatan mulai panik. Tanpa figur yang bisa mereka jadikan Kaisar baru, pengaruh mereka mulai melemah. Beberapa mulai menarik diri, tapi sebagian masih bersikeras melawan.
Permaisuri lalu memanggil seorang pembunuh bayaran legendaris, Hei Mian Ying, Bayangan Hitam.
“Temukan wanita itu. Bawa kepalanya padaku,” ucap Permaisuri dingin.
Pada suatu malam saat hujan lebat, Qianru menyadari seseorang mengikuti mereka. Ia menyuruh Lin Yun bersembunyi di balik batu besar. Ketika Bayangan Hitam muncul, Qianru sudah berdiri dengan pedangnya.
“Begitu banyak nyawa yang tergantung pada leherku,” kata Qianru lirih. “Tapi tidak akan kubiarkan satu anak pun menjadi korban ambisi kekuasaan.”
Pertarungan pun pecah. Gerakan mereka cepat, nyaris tak terlihat oleh mata biasa. Pedang bertemu belati, hujan membasahi darah yang menetes di tanah.
Akhirnya, dengan luka di lengan dan darah di pipi, Qianru berhasil menjatuhkan Bayangan Hitam, tapi tak membunuhnya.
“Katakan pada Permaisuri, aku tidak ingin perang. Tapi jika dia memaksa, aku tidak akan mundur.” pesan Qianru untuk permaisuri
Setelah pertarungan, Qianru dan Lin Yun meninggalkan Lembah Terlarang dan bersembunyi di desa terpencil di utara. Qianru memutuskan, sudah waktunya membawa anak itu ke Kaisar.
“Apa kau yakin dia akan percaya padamu?” tanya Lin Yun.
“Dia tahu siapa aku. Dan dia tahu bahwa kau adalah masa depan yang tak boleh dibentuk oleh racun kekuasaan.” jawab Qianru
Sementara itu, di dalam istana, Kaisar menerima surat rahasia dari mata-mata Qianru. Setelah membacanya, ia menatap langit malam dan berkata,
“Qianru... kau selalu satu langkah lebih bijak dari siapapun di sekelilingku.”ujar kaisar menerawang jauh.
Qianru berhasil menyelamatkan Lin Yun dan menanamkan nilai-nilai kebenaran padanya. Namun kini ia harus kembali ke ibukota dan memutuskan, akankah ia mengangkat Lin Yun ke istana sebagai pelindung atau menyimpannya sebagai harapan masa depan? Itulah yang sedang di pikirkan Qianru saat ini.
Bersambung