Sofia Ariadne seorang wanita cantik, mandiri dan kuat, terjebak dalam permainan taruhan yang dibuat oleh Alessandro Calvin Del Piero, seorang mafia playboy, tampan dan berkuasa.
Ketika Sofia mengetahui dirinya hamil benih dari Alessandro, dia harus menghadapi ancaman dari musuh Alessandro yang ingin menggunakan bayi itu sebagai alat untuk menghancurkan Alessandro.
Namun, Sofia yang tidak ingin terlibat lagi dengan Alessandro memilih untuk melarikan diri sejauh mungkin. Meskipun harus menjalani susahnya hidup dengan kehamilan tanpa adanya pasangan.
Bagaimana kelanjutan kisah percintaan antara Sofia dan Alessandro yang penuh dengan intrik serta konflik etika. Yuk, kepoin terus ceritanya hanya di Noveltoon. Update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlatih Bersama
Setelah membaca ulang kata demi kata yang tertulis di buku kuno peninggalan kakeknya, Sofia pun langsung ingin mempraktekkannya, dan memperlihatkannya pada sang kekasih. Isi dari buku itu memang rahasia, dan hanya keturunan murni dari bangsawan Yunani yang diperbolehkan untuk mempelajarinya. Meskipun begitu seandainya buku itu hilang, maka tulisannya ikut menghilang.
Unik serta aneh, tapi memang itulah kenyataannya. Jika dilihat oleh mata awam, buku itu nampak seperti kebanyakan buku kuno. Lusuh.
Namun, buku hanya bisa dibuka dengan setetes darah dari keturunan murni Yunani. Tanpa itu, buku itu akan seperti buku kosong. Semua tulisannya hilang dengan sendirinya, saat bukan pemilik yang membukanya.
"Aku akan memperlihatkannya padamu Al, semoga kamu tidak mati mendadak."
"Aku tidak akan mati karena janjiku padamu sayang." Balas Alessandro.
"Baiklah, lihat aku ya Al."
Detik itu juga, Sofia melayang dan mengeluarkan semacam perisai berwarna putih berkilau yang mengelilingi tubuhnya. Sofia juga memperlihatkan, jika dia bisa memukul Alessandro tanpa menyentuh.
Bruk..
"Ah... sayang..." Terdengar suara merajuk dari pria bertubuh kekar.
"Hehehe... maaf ya Al, aku hanya bercanda. Aku akan coba menggunakan ilmu ini untuk mengobati luka di punggungmu. Berbaliklah sekarang."
Alessandro menurut, posisi mereka saat ini sedang duduk di atas rumput di belakang rumah Sofia. Saling memejamkan mata dan berkonsentrasi.
Awalnya hangat, tapi lama kelamaan energi yang dikeluarkan dari kedua telapak tangan Sofia yang menempel di punggung Alessandro membuat pria itu memekik karena rasa panas yang seolah membakar habis kulitnya. Hanya beberapa menit saja, setelah itu kembali hangat lama-kelamaan menjadi dingin dan sejuk. Seluruh luka bakar yang tersisa sembuh.
"Bagaimana Al, apa sudah terasa enak?" Tanya Sofia pada kekasihnya.
"Sudah sayang, kenapa tidak sejak awal kamu mengobatiku dengan metode ini. Sehingga aku tidak perlu berlama-lama tidur di Rumah Sakit. Dan kamu juga tidak perlu menunggu 7 hari untuk ber cinta denganku sayang." Ucap Alessandro kemudian mencium mesra kekasihnya.
"Terkadang saat panik, orang bisa bertindak bodoh. Waktu itu yang ada dipikiranku adalah aku takut kehilangan kamu Al. Aku akan gila jika sekali lagi hidup tanpa ada dirimu." Ucap Alessandro.
"Justru aku yang takut kamu tinggalkan Sofia, seandainya kamu tahu jika bayi ini akan menjadi bayi taruhan untuk sebuah kekuasaan."
Sayangnya semua kalimat pengakuan itu hanya bisa Alessandro ucapkan dalam hati. Hingga sekarang pria itu masih tidak berani berkata jujur.
"Apakah kamu berjanji tidak akan meninggalkanku Sofia?" Tanya Alessandro sendu.
"Berjanji tanpa bukti sama seperti omong kosong, jadi kita lihat saja ke depannya seperti apa. Karena aku bisa saja pergi."
"Yang terpenting jangan lagi membuat aku kecewa, maka aku akan menetap di sampingmu." Ucap Sofia.
Deg...
Alessandro tidak lagi bisa menutupi debaran jantungnya yang menggila. Bahkan keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya. Tapi tiba-tiba dia teringat jika dia masih harus bersandiwara, hingga waktunya tiba baru Alessandro akan berkata jujur.
"Bagaimana kalau kita berlatih bersama, aku ingin melemaskan otot-ototku yang kaku karena seminggu tidak bisa bergerak bebas." Ucap Alessandro, mencoba mengalihkan perhatian Sofia untuk menutupi tubuhnya yang berkeringat dingin.
"Baiklah, aku ingin kita bermain samurai. Sebentar aku ambilkan dulu pedangnya. Kamu tunggulah di sini." Ucap Sofia melangkah masuk rumah.
Setelah Sofia tidak terlihat, Alessandro langsung mengusap keringat yang menempel di wajahnya. Sungguh Alessandro tidak akan siap jika harus kehilangan untuk yang kedua kalinya. Dia berharap Sofia mau memaafkan dirinya.
"Ini ambillah yang kamu mau, ada dua pedang dengan bahan yang berbeda. Dulu aku mendapatkannya dari almarhum kakek dan ayahku."
Srennggg.. sreekkk... tang... ting...tung... Suara adu pedang terdengar begitu nyaring. Kemampuan berpedang Sofia masih di atas Alessandro. Wanita keturunan Yunani ini memang sangat menguasai ilmu berpedang. Tapi dia lemah jika harus menggunakan senjata api seperti pistol atau senapan lainnya.
"Kamu hebat sayang, aku kagum dengan kemampuanmu menggunakan sebilah pedang."
"Tapi aku tidak terlalu ahli dalam menembak, bisakah kamu ajari aku menggunakan senjata api dengan akurat." Pinta Sofia pada kekasihnya.
"Tentu, apakah kamu punya pistol? Aku akan mengajarkanmu teknik membidik."
"Tidak, aku tidak mempunyai senjata api apapun. Keluargaku tidak pernah menggunakannya. Kami terbiasa dengan pedang, tongkat, dan senjata tajam lainnya."
"Baiklah kalau begitu aku akan minta Tom dan Darren supaya datang kemari membawa beberapa pistol untuk kamu coba." Ucap Alessandro.
"Sembari kita menunggu, bolehkah aku minta sesuatu Al." Ucap Sofia.
"Kamu mau apa sayang?" Tanyanya.
"Aku ingin makan rujak, seperti yang biasa pembaca makan saat mereka sedang hamil muda." Jawabnya.
"Rujak...? Seperti apa bentuknya?" Tanya Alessandro terasa aneh mendengar ada makanan yang disebut rujak itu.
"Kamu search aja di mbah gugel, pasti ada gambarnya. Di rumah tetangga ada pohon mangga. Cari saja yang masih sangat muda, nanti kita buat sambalnya. Tapi kita pergi dulu untuk beli dulu cabe di supermarket."
"Baiklah, apapun itu asal hati kekasihku ini bahagia." Ucap Alessandro.
"Terima kasih Al, aku sangat mencintaimu. Eh ngomong-ngomong aku belum pernah memeriksakan kandunganku lagi. Maukah kamu mengantar aku pergi ke dokter sayang?" Ucap Sofia pertama kalinya memanggil Alessandro sayang.
"Kamu barusan panggil apa Sofia? Coba ulangi." Mata Alessandro berbinar.
"Panggil apa sih Al, biasanya juga gini." Ucap Sofia santai.
"Tidak, aku ingin dengar panggilan itu sekali lagi." Alessandro antusias.
"Apa sih sayang, Alessandro kekasihku."
"Ahh... Aku bahagia, aku mencintaimu Sofia. Sangat sangat cinta." Ucap Alessandro kemudian mengangkat tubuh Sofia lalu membawanya berputar-putar. Mereka berdua tertawa bersama sangat bahagia.
Sementara itu di Istana Hitam, Alfonso sedang mengamuk karena rencananya gagal total. Harusnya dia sudah bisa melakukan ritual bulan purnama nanti malam. Tapi gara-gara tumbal kabur, Alfonso harus berfikir ulang untuk menangkap Sofia secepatnya. Dia tidak mungkin menunggu lain waktu, karena gerhana bulan total akan terjadi tepat malam nanti.
"Masih ada 15 jam tersisa, aku harus bisa melumpuhkan wanita hamil itu apapun caranya." Gumam Alfonso dengan kedua tangan mengepal.
"Kita serang langsung ke rumahnya Tuan?" Tanya salah satu anak buah Alfonso yang bernama Felix.
"Baiklah, kumpulkan sedikitnya seratus orang. Kita serang Sofia secara dadakan. Kita pergi melalui jalur teleportasi."
"Akan aku bawa rantai dari neraka untuk mengikat tubuh Sofia. Felix bawa anak buah yang memiliki kekuatan lebih dalam tubuhnya. Aku tidak ingin, malam nanti aku gagal mempersembahkan tubuh Sofia pada raja iblis. Dengan begitu, aku akan semakin kuat. Dunia bawah ataupun dunia gelap akan tunduk di bawah kedua kakiku."
"Tuan, bolehkah saya sedikit bertanya?" Ucap Felix dengan hati-hati.
"Tanyakan?" Tegas Alfonso menatap tajam.
"Kenapa untuk persembahan kali ini Anda menggunakan wanita hamil sebagai tumbal. Karena yang saya tahu, selama ini Anda menginginkan gadis perawan untuk diberikan pada ritual."
"Karena Sofia berbeda, dia memiliki darah murni berserta bayinya juga."
"Baiklah Tuan, kalau begitu saya akan segera sampaikan perintah Anda."
Alfonso menyeringai di balik topeng. Pria tua itu benar-benar sudah menjadi budak para iblis. Tujuan hidupnya telah dipenuhi ambisi yang tidak pernah ada habisnya.
"Ayo... serang sekarang...!" Teriak Alfonso memberi perintah pada anak buahnya.
Dor...
Duar...
Sreekkk..
"TIDAK... SOFIA...!"
ayo lanjut lagi, thor.