Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Semua adalah kebohongan
Beberapa bulan telah berlalu. Pencarian Gaza selama ini belum menemukan titik terangnya. David seperti sedang bersembunyi.
Sampai akhirnya, Gaza menemukan David ada di tempat yang sama dengannya. Di saat itu, Gaza akan bertemu dengan kliennya. Rupanya Gaza dan David akan bertemu dengan orang yang sama.
Kedua laki-laki itu saling bertatapan. Gaza berpura-pura tak tahu apapun di awal. Ia pun bersalaman dengan David. Keduanya saling menjelaskan keuntungan dari pihak perusahaannya masing-masing untuk memenangkan proyek tersebut.
Selesai pertemuan, mereka keluar dari ruangan. Gaza menyapa David hingga membuat laki-laki itu diam mematung.
"Rupanya kamu selama ini ada di Jakarta. Aku sama sekali tidak menyangka. Ternyata kamu pembohong yang hebat. Tak ada satu pun tentangmu yang Gea ketahui adalah kebenaran. Semuanya adalah kebohongan yang kamu buat untuk menjerat Gea. Aku bersyukur, kini kamu sudah berpisah dengannya."
Gaza menepuk pundak David lalu pergi melewati David. David jadi mati kutu. Ia lupa kalau Gea punya seorang teman. Yang lebih membuat David kesal lagi adalah, ia tidak menyangka Gaza yang ia kira hanya pemuda kampung justru adalah saingannya dalam merebut proyek dari klien.
Sial! Harusnya dulu aku tidak memberikan uang pada Gea! Seharusnya aku buat wanita itu sengsara sampai tidak bisa menghubungi siapapun. Kalau begini jadinya. Aku yang ada dalam masalah. Sial! Sial!
Hatinya terus menggerutu. Namun, ucapan sekretarisnya membuatnya tersadar dan berjalan keluar dari tempat tersebut.
Sesampainya di rumah, Tuan Giandratama menanyakan tentang pertemuan dengan klien di ruang kerjanya yang ada di rumah.
"Bagaimana? Apa kamu bisa memenangkan proyek itu? Papa harap kamu bisa memenangkannya. Karena papa sangat benci dengan perusahaan Geo Corp. Perusahaan itu selalu saja mengambil proyek yang papa inginkan."
"Tenang saja pa, aku akan berusaha mati-matian untuk memenangkan proyek itu. Aku juga tidak suka dengan perwakilan dari perusahaan itu. Terlalu percaya diri dan sombong."
"Bagus! Papa percaya kamu bisa menanganinya."
David mengangguk lalu keluar dari ruang kerja papanya. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat. Emosi mulai menjalar ke dalam tubuhnya. Laki-laki itu sudah ikut campur urusan pribadinya juga urusan pekerjaan. David akan melakukan apapun demi bisa memenangkan proyek itu. Bahkan dengan cara licik sekalipun.
Kakinya terus melangkah hingga akhirnya sampai di kamarnya. Bukannya mendapat sambutan dari sang istri, David malah melihat Selena yang tertidur dengan pulas di atas ranjang. Ia mendekati istrinya disan. Mengelus kepalanya dan berbicara pelan.
"Kamu pasti kecapean mengurus Alwin setiap harinya," ucap David kemudian mencium kening Selena.
David menarik dasinya dan membuangnya ke atas sofa. Ia juga melepaskan kemejanya kemudian pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan kepalanya yang sudah panas.
Selesai mandi, David menghubungi seseorang. Obrolan keduanya terkesan sangat serius. Bagaimana tidak serius, David meminta orang tersebut untuk mencari Gea. David merasa ia salah perhitungan. Harusnya dulu Gea tidak ia tinggalkan begitu saja. Harusnya Gea tetap ia kurung supaya tak ada satu orang pun yang tahu sisi buruknya. Kalau begini jadinya, David merasa ketar-ketir. Apalagi Gaza sepertinya tahu banyak tentang rumah tangganya yang dulu.
"Arg! Sial! Kenapa aku jadi cemas begini sih! Gea! Awas kamu ya! Aku akan membuatmu tidak akan pernah bisa menemui Alwin. Jangan kamu pikir dengan kamu bercerita ada Gaza, kamu akan berhasil menemukan Alwin. Itu tidak akan terjadi, selama aku masih hidup."
Tangan David sudah terkepal dengan sempurna siap untuk melampiaskannya. Namun, suara leng*han Selena, membuat emosinya sedikit mereda.
"Sudah pulang kerja sayang? Maaf ya, aku ketiduran jadi tidak menyambut kepulangan mu," ucapnya sambil merubah posisi jadi duduk.
"Iya, tidak apa-apa sayang. Kamu pasti cape seharian. Makasih ya sudah mau menjaga dan merawat Alwin meskipun dia bukan darah dagingmu."
"Iya mas. Ini kan sudah rencana kita berdua. Aku harus menyayanginya juga. Karena kalau tidak, mama dan papa pasti akan curiga. Iya kan?"
"Iya kamu benar juga sayang."
"Peluk aku dulu dong sayang. Aku merasa energiku hari ini terkuras habis karena bertemu dengan orang yang tak ingin kutemui."
David mendekat ke Selena, Selena pun langsung memeluk David dengan erat.
"Memangnya tadi ketemu siapa mas?" tanya Selena yang penasaran.
"Ada lah. Pokoknya dia orang yang sangat membuatku kesal dan marah hari ini."
"Bagaimana jika kita pergi keluar saja mas untuk meredakan amarah mu? Selama kita berada di Jakarta, kita belum pernah pergi berdua mas. Kamu kan selalu sibuk dengan pekerjaan mu."
Ucapan Selena memang benar. Selama di Jakarta, tempat yang David kunjungi hanya kantor dan rumah. Laki-laki tak pernah pergi keluar kecuali jika hal tersebut adalah permintaan klien.
"Baiklah, nanti malam kita pergi keluar sayang. Tapi sepertinya Alwin tidak mungkin kita bawa. Udara malah sangat tidak bagus untuknya."
Memangnya siapa yang mau pergi dengan bayi itu? Aku kan hanya ingin pergi berdua saja denganmu.
"Itu memang lebih baik mas. Udara malam memang tidak bagus untuk bayi. Takutnya dia masuk angin dan flu. Biar nanti Alwin di jaga Santi saja."
David mengangguk.
"Ya sudah, mandi dan dandan yang cantik."
"Siap suamiku," jawabnya dengan senyum manis kemudian mencuri kecupan di pipi David.
Selena bangkit dari ranjang, lalu melepaskan kain yang melekat di tubuhnya di depan David begitu saja. Kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
David hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Istrinya memang selalu bisa membuatnya tak bisa menahan gairahnya. Tapi, ia tidak mungkin melampiaskan hal itu di kala emosinya sedang tak baik. Yang ada nantinya, Selena malah akan tersakiti olehnya. Ia sangat tahu betul batas kesabaran yang ia miliki. Karena sebenarnya David merupakan seorang yang mudah marah, kesal dan pendendam. Ia hanya pura-pura baik dan ramah di depan banyak orang.
David dan Selena sudah bersiap untuk pergi. Mereka berdua berpamitan pada mama dan papa.
"Kalau nanti Alwin menangis, minta tolong ya ma," pinta David.
"Iya tenang saja. Pergilah kalau mau pergi, tapi jangan pulang terlalu malam."
Keduanya mengangguk bersamaan.
Keduanya sudah keluar dari pintu dan masuk ke dalam mobil. David dan Selena pergi ke tempat mewah di malam itu.
*
*
Di rumah, Gaza sedikit bingung antara mau menceritakan pada Gea atau tidak kalau ia sudah bertemu dengan David. Ia bahkan sudah tahu dimana David tinggal. Hanya saja, ia tak pernah melihat keberadaan anak Gea.
"Duh, gimana ya? Ah, bodo amatlah. Aku kan memang harus memberitahukan semua ini. Tapi, Gea pasti akan bersedih kalau tahu selama ini dia dibohongi habis-habisan oleh suaminya. Oh, ya Tuhan!"
Gaza jadi bimbang sendiri. Ia tak tega dan tidak ingin Gea bersedih lagi. Namun, pada akhirnya Gaza tetap memberitahukan apa yang ia tahu pada Gea. Meski wanita yang ia cintai harus bersedih kembali.
*
*
TBC