NovelToon NovelToon
ZONA AMAN DAVINA

ZONA AMAN DAVINA

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: timio

Kisah cinta mama dan papa cukup membuatku percaya bahwa luka terkadang membawa hal manis, bagaimana mama pergi agar papa baik-baik saja, tanpa mama tahu, papa jauh lebih terluka sepeninggalnya.

Begitu juga dengan Tante Tania dan Appa Joon, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja, tidak ada perpisahan yang benar-benar ikhlas. Bedanya mereka berakhir bersama, tidak seperti mama dan papaku yang harus berpisah oleh maut.

kukira kisah mereka sudah cukup untuk aku jadikan pelajaran, tapi tetap saja, aku penerus mereka dan semua ketololannya.

Aku, Davina David.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Confess

"Kayanya kamu memang masih sakit deh, sana balik lagi ke ruangan kamu. Istirahat aja, aku ngga perlu dibantuin disini, biar ngga se cepet kamu, aku masih bisa handle semua."

"Vina..."

Jangankan menoleh melirik saja tidak, ia malah dengan santainya melangkah keluar ruangan. Turunan Tania memang, sebisa mungkin ia mengelola ekspresinya, padahal jantungnya sudah jungkir balik didalam sana.

Sapp...

"Mmmmpph... K-kaimmph... "

.

.

Davina membuka matanya lebar-lebar masih berusaha memastikan yang sedang terjadi ini nyata, atau ia sedang delusional.

"Anjir.... Baru semalem gua judge Claire pekara kokopan padahal belum sebulan pedekate, lah guaaaa pedekate aja kaga... !!! ", batinnya, sambil terus merasakan bagaimana ranum Kai terus menempel padanya. "Ngga munafik ini seru banget... ", batinnya lagi, tanpa sadar memejamkan matanya.

"Permisi... Dokter Davina... ". Suara syaland dari luar ruang stok obat.

Grepp... Spontan Davina melepas tautan mereka sepihak. Ia jelas merasakan bibirnya agak membengkak, begitupun Kai yang ada di hadapannya. Jarak mereka hanya beberapa centi saja bahkan deru napas mereka saling terdengar satu sama lain.

Davina langsung memalingkan wajahnya dan keluar dari ruangan itu. Entah kenapa Kai merasa sangat tidak terima di abaikan begitu saja.

"Vina...", serunya agak keras.

Sementara Vina tidak perduli dan terus melangkah hingga menemukan seorang kurir berdiri di pintu masuk pos mereka tanpa membawa apapun.

"Saya Davina, mana paketnya mas?", heran Vina.

"Di sana mba, di pos anak katanya ya namanya. Paketnya dua truk mba."

"Hah?", kagetnya sejenak, tapi tiba-tiba ia teringat permintaan eksklusifnya pada kedua ayahnya.

"Ahh... Kebutuhan bayi ya."

"Iya mba. Boleh tanda tangan disini."

Kai yang kepo pun ikut mendekat, bahkan wajah prengat-prengutnya kembali dan kini sudah berada tepat dibelakang Davina. Ia menyipitkan matanya untuk memperhatikan paket apa yang sampai dua truk banyaknya.

"Terima kasih mba, saya permisi."

"Iya, Sama-sama."

Lalu sang kurir pun pergi meninggalkan mereka berdua.

"Vina...".

"Kai, ngga ada terjadi apa-apa sore ini, paham."

"A-APA?! ".

"Ngga ada yang terjadi." Tegas Davina.

Kai tidak habis pikir, ia sudah minta maaf, sudah memohon, sudah mencium gadis itu tapi si gadis malah bilang tidak terjadi apa-apa? Gila.

"Davina... Apa kamu ngga bisa pertimbangkan perasaan aku?."

Davina menatapnya, memaksa dirinya untuk menatap mata sendu itu. Mencoba mencari sesuatu yang bahkan ia sendiri juga tidak paham apa yang ia cari dari mata Kai. Ia hanya ingin saja.

"Aku akan minta maaf setiap hari, setiap detik, setiap saat sampai kamu maafin aku. Kalau kamu belum bisa nerima aku, aku tunggu sampai kamu mau."

"STOP...! Stop ngomong ngga penting, aku ngga peduli perasaan kamu, dan ngga ada yang terjadi antara kita hari ini, ini semua hanya karena kamu pingsan terus suster kepala minta tolong ke aku buat gantiin kamu di pos, cuma gara-gara itu aku ada disini. Ingat Kai, ngga ada yang terjadi. Permisi."

Patah, patah sekali.

Lemas sudah dokter spek dewanya Safe Zone. Apakah di tolak memang se-patah ini. Untuk pertama kalinya ia ditolak dalam hidupnya, pertama kalinya jatuh cinta, pertama kalinya menyatakan perasaan, dan langsung ditolak.

"Nyerah? Nggak... Nggak akan...!", seru Kai pada dirinya sendiri.

Dengan kesadaran penuh ia menyusul Davina ke Kids Camp, jika perlu ia akan menyatakan perasaannya disana se lantang yang ia bisa, jika perlu terdengar sampai ke pos Ortopedi, agar si Ricky syaland itu mendengar pengakuannya.

Setengah berlari Davina menuju Kids Camp, ia sadar diikuti dari belakang oleh Kai. Sappp... Ia menarik tangan gadis yang baru saja menolaknya itu.

"Vina please ... "

Davina menghentikan langkahnya, untunglah suasana sudah sangat sepi, karena memang mendekati malam semua orang di Pandora memilih untuk tetap dalam ruangan karena udara sangat dingin kala itu.

"Nanti kita bahas itu lagi, aku ada urusan." Jawab Vina akhirnya, meski bukan jawaban yang diinginkan Kai, setidaknya Davina mengatakan "nanti", berarti akan ada lain kali mereka bertemu dengan sengaja.

"Aku ikut." Putus Kai dengan senyum tipisnya.

Ekspresi Davina datar sekali lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju Kids Camp, padahal jantungnya sedang berdebar tak karuan, apalagi setelah Kai tersenyum tadi, ia ingin... Ah sudahlah.

Baru saja langkah kakinya menapak di pintu Kids Camp, ia melihat sesuatu yang sangat tidak ia duga-duga, ia sempat melirik bahwa benar truk besar sudah terparkir di sisi kiri tenda raksasa yang ia dirikan 4 bulan terakhir ini, tapi... Ada seseorang yang membelakanginya, duduk bersama anak-anak didalam sana seolah sedang memeriksa anak-anaknya yang duduk manis sembari mengantri.

Bibirnya gagap, air matanya lolos, ada rindu yang tiba-tiba saja menyeruak.

"Kenapa Vin?", heran Kai.

"A-aa-ppa.... APPAA..... HIKSS... APPA....... ", teriaknya berlari menuju pria yang membelakangi mereka.

Deg

Jantung Kai berdegup melihat pria yang membelakangi mereka spontan berbalik segera setelah Davina berteriak. Pria itu melebarkan tangannya.

Itu, DOKTER IDOLANYA!!!!

Dokter Bedah Anak Idolanya sejak dulu, yang menjadikannya motivator untuk fokus pada Bedah anak. Dokter Jung Joon Young. Ia masih membeku melihat Davina menangis keras memeluk pria tinggi yang ia sebut Appa itu. Bagaimana juga pria itu langsung menyambut Davina dah menyembunyikannya dalam pelukan lebarnya, menciumi pucuk kepala gadis yang tadi di ciumnya itu.

"Astaga dunia sempet bener. Sekarang muka gua mau di taro dimana...?". Bisik Kai masih mematung di pintu Kids Camp.

Hingga...

Seseorang lain masuk melewatinya yang masih setia di ambang pintu, matanya kembali melotot, pria lain yang sama tinggi dan terhormatnya, dokter jantung yang sangat di hormati di seluruh Seleste Ville, dan terkenal sampai kemana-mana. Itu, Dokter Bryan David.

"Tunggu? Bryan David, Davina Dav... Anjir... ", pekiknya dalam hati, ekspresinya tidak bisa bohong ia sangat terkejut.

"Heh... Papamu disini loh cantik... ", seru Bryan disampingnya. Tidak menjawab apapun lagi, Davina beralih kepada Bryan dan menubruk pria yang ia klaim sebagai papanya itu dan menangis terisak-isak disana.

"Papa....", tangisnya menyembunyikan wajahnya di dada Bryan.

Kai tertegun, ia merasa malu pada dirinya sendiri. Bagaimana gadis itu di perlakukan kedua ayahnya, bagaimana penerimaan yang mereka lakukan pada nya, bagaimana tatapan sayang keduanya, bagaimana hangatnya pelukan yang bahkan hanya bisa ia lihat tapi entah kenapa begitu terasa, dan seketika ia membandingkan bagaimana dirinya memperlakukan Davina 6 bulan belakangan. Jauh sekali, bahkan lebih jauh dari Mithnite ke Pandora.

"Aduh... Malu tahu, cengeng banget anak papa, itu diliatin anak-anak. Katanya punya banyak bayi disini, tapi sendirinya malah kayak bayi... ", ejek Bryan mencubit pelan ujung hidung mancung anaknya. Vina tidak menjawab, ia masih sibuk sesegukan, membuat Bryan kembali memeluknya.

"Udah gua bilang Juni kita ngga usah ikutan, gua udah tahu bakal begini. " Ujar Bryan pada Joon Young yang masih terkekeh.

Hampir dua puluh menitan Bryan menenangkan putri kesayangannya itu, hingga pandangannya teralih pada seorang pria jangkung yang baru disadarinya berdiri disampingnya.

"Kamu? Kamu anaknya dokter Joseph bukan? Bener kan?". Seru Bryan to the point masih memeluk Davina yang kini perlahan keluar dari pelukan papanya.

"I-iya dok, saya Kai."

"Wahhh... Kamu relawan juga?".

"Iya dok." Jawab Kai dengan senyum tipis.

"Papa kenal?", heran Davina masih dengan mata bengkaknya.

"Kenal dong, dia ini cucu dari pemilik Timio Medical Centre di perbatasan Mithnite - Orion, papanya Don Joseph temen papa waktu masih pendidikan dulu. Kalian kerja bareng? Satu tim?"

"Ngga pah."

"Iya, dok."

Jawaban serentak tapi berbeda membuat Bryan menaikkan satu alisnya.

"Tante Tania ngga mau ikutan juga? Atau kita mau piknik sekalian disini, udah Vina bilangin juga ngga usah muncul malah collab sama sebelah." Sindir Vina, Bryan hanya terkekeh.

"Ayo kita makan malam, papa bawa makan malam buat semua penghuni tenda nyaman ini. Ayo, Kai."

"Iya, Dok."

"Panggilnya Om aja, saya itu sohibnya papa kamu."

"I-iya Om." Sambil melirik Davina yang sama sekali kelihatan tidak perduli.

.

.

Semua orang yang ada didalam Kids Camp yang kebanyakan anak-anak itu makan dengan tenang, dan tertib. Para bayi sudah tidur di tempat tidur mereka masing-masing, kedatangan dua ksatrinya Davina benar-benar meringankan beban mereka yang terdampak bencana, khususnya anak-anak. Untuk beberapa waktu panjang kedepan, mereka tidak akan kesulitan lagi soal makanan, diapers bayi, dan sebagainya, sudah tersedia.

Diam-diam Kai semakin terpesona pada gadis yang masih menggantung status nya itu. Sejauh ini kah ia tertinggal dari gadis ini, yang ia kira hanya manis, anak manja, yang disukainya, tapi ia benar-benar malu sekarang. Ia tidak bisa mendefinisikan Davina se simple itu, Davina lebih luas, seluas yang tidak bisa ia perhitungkan.

Pantas saja, ia mematok kriteria yang lebih untuk calon prianya, ternyata ia sudah mendapatkan yang seperti ini, cinta kasih, semangat, dukungan, materi, semuanya, ia sudah dapat dari pria yang menjadi ayahnya, kedua ayahnya. Dan sekarang, ia merasa kecil jika dibandingkan itu semua. Ternyata ia tidak sehebat yang dibayangkannya.

"Davi..... ".

"Wohhh... Rame bener?".

Itu Claren dan Ricky.

"Ayo duduk sini." Senyum sumringah Davina menyambut kedua sahabatnya, tapi Kai langsung terdiam dan lebih tenang dari sebelumnya.

"Om Joon... Om Iyan.... ", kaget Ricky ketika mendekat.

"Kamu kenal ta?", heran Claren, karena Ricky juga mengenal dua petinggi di Emery Hospital itu.

"Ya kenal lah, mereka berdua sahabatnya tante gua, Claire."

"Yaaahh... Astaga...", Bryan langsung memeluknya dan mengacak-acak rambut Ricky.

"Eoh... Dasar anak nakal ini. tante mu juga semenjak pindah keluar negeri sombongnya minta ampun." Ejek Joon Young sambil menarik tangan Ricky untuk duduk di sampingnya. Davina hanya senyum-senyum melihat adegan itu, siapa sangka Pandora Town yang penuh bencana ini malah jadi tempat reuni.

"Vina, ingat tante Yona ngga? Ini keponakannya. Dia juga kerja di rumah sakit Timio, tapi tante Yona pindah ke Westminster ikut suaminya, lah kita malah ketemu disini."

"Hehehe, tante ngajak pindah kerja disana, tapi aku nyaman di Mithnite, Om."

"Ahh... Kamu pasti kenal dia kan? Anaknya pemilik rumah sakit Timio, Kai Joseph." Tanya Bryan.

"Iya kenal om." Jawab Ricky datar dan melanjutkan makannya.

"Dok, ada Claren loh disini...", Claren mengalihkan pembicaraan karena ia melihat Kai dan Ricky sudah saling melotot.

"Kamu kekecilan, makanya susah diliatnya." Ejek Bryan. Lalu semuanya kembali sibuk dengan makanan masing-masing. Bryan melihat ada sesuatu antara putrinya dan anak pemilik rumah sakit itu. Bryan juga buaya rawa pada masanya, tidak mungkin ia tidak paham dengan situasi aneh antara Davina dan Kai, apalagi setelah kehadiran Ricky.

"Vinaya mau balik sekarang?".

.

.

.

TBC... 🍁

1
Mamah Mput(Bilanoure)
huwaaaaa Dady namu 💜💜💜
Timio: hehehe blio debut 💜
ikutin terus ya my 💜
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!