NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pengasuh / Chicklit
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

"Aku ingin kau menjadi orang yang menyusuinya."

Sienna menatap pria di hadapannya dengan mata membelalak, yakin bahwa ia pasti salah dengar. “Maaf, apa?”

Arsen Ludwig, pria yang baru diperkenalkan sebagai sponsor klub ice skatingnya, menatapnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia katakan adalah hal paling wajar di dunia.
“Anakku, Nathan. Dia menolak dot bayi. Satu-satunya cara agar dia mau minum susu adalah langsung dari sumbernya.”

Jantung Sienna berdebar kencang.
“Aku bukan seorang ibu. Aku bahkan belum pernah hamil. Bagaimana bisa—”

“Aku tahu,” potong Arsen cepat. “Tapi kau hanya perlu memberikan dadamu. Bukan menyusuinya secara alami, hanya membiarkan dia merasa nyaman.”

Ini adalah permintaan paling aneh yang pernah ia terima. Namun, mengapa ia tidak langsung menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Nikah aja sama aku."

Aku langsung terbatuk, nyaris keselek udara sendiri. Kutatap Arsen yang duduk santai di sofa, ekspresinya tenang seperti gak ngomong sesuatu yang mengejutkan barusan.

"Apa?" tanyaku setengah gak percaya.

"Ya, nikah aja sama aku," ulangnya, nada suaranya tetap datar seolah ini hal biasa.

Aku berdiri dengan tangan masih menggenggam ponsel. Berita konyol tentang aku yang menggoda duda kaya raya alias Arsen masih terpampang di layar. Aku mengusap wajah, mencoba menenangkan diri, lalu menatap Arsen dengan serius.

"Kamu sadar gak sih baru aja ngomong apa?"

"Sadar," jawabnya santai.

Aku mendengus frustrasi. "Arsen… kita baru kenal sebulan!"

"Terus?"

"Ya terus, nikah itu bukan solusi buat ngilangin gosip!" seruku kesal.

"Bukan cuma soal gosip," ucapnya, kali ini nadanya lebih dalam. "Aku memang ingin menikahimu."

Aku ngerasa AC di ruangan ini tiba-tiba gak berfungsi. Dadaku naik turun, mencoba mencerna kata-katanya barusan.

"Kamu bercanda, kan?" bisikku, masih berharap ini cuma lelucon absurdnya.

"Aku gak pernah bercanda soal hal kayak gini," balasnya dengan nada serius.

Aku menatapnya lama, mencoba mencari jawaban di wajahnya. Tapi Arsen tetap sama—dingin, misterius, dan sulit ditebak.

Aku mengalihkan pandangan ke ponsel. "Siapa yang buat berita ini?" tanyaku, masih mencoba mencari logika dalam situasi aneh ini.

Arsen mengangkat bahu. "Aku lagi cari tahu. Tapi kupikir, gak ada gunanya marah atau menyangkal. Kita buat aja jadi kenyataan."

Aku menghela napas panjang, kepalaku mendadak berat. "Aku butuh waktu buat mikirin ini," gumamku, berbalik menuju kamar.

"Jangan terlalu lama, Sienna," ujar Arsen pelan, tapi cukup jelas untuk kudengar.

"Kenapa kamu mau nikahin aku?"

Aku berhenti di depan pintu kamar, menoleh ke arah Arsen yang masih duduk santai di sofa. Sebenarnya, aku ingin langsung pergi dan pura-pura gak dengar, tapi pertanyaan itu terlalu mengganggu buat diabaikan.

Arsen menatapku sebentar sebelum akhirnya berdiri. Dia memasukkan tangan ke saku celana, lalu berjalan mendekat dengan langkah pelan.

"Aku gak tahu…" gumamnya. "Tapi aku merasa bersalah."

Aku mengernyit. "Bersalah? Maksudnya?"

"Nathan." Arsen menghela napas, lalu mengusap tengkuknya. "Aku gak sadar sejak kapan, tapi anak itu sepertinya bergantung banget sama kamu. Dia lebih tenang kalau ada kamu. Bahkan waktu aku gendong pun, dia masih nyari kamu."

Aku terdiam. Itu memang benar. Nathan selalu lebih nyaman sama aku dibanding siapa pun, bahkan dibanding ayah kandungnya sendiri.

"Tapi itu kan bukan alasan buat nikah," bisikku, lebih ke arah meyakinkan diriku sendiri.

"Menurutmu?" Arsen menatapku lebih dalam. "Aku gak mau Nathan ngerasa kehilangan atau bingung. Aku juga…" Dia berhenti sebentar, lalu mengalihkan pandangan. "Aku gak tahu harus gimana kalau kamu tiba-tiba pergi."

Jantungku mencelos. Entah kenapa, kalimat terakhirnya terasa berbeda.

Aku menggigit bibir, mencoba menenangkan diri. "Arsen… pernikahan itu bukan hal sepele."

"Aku tahu."

Aku mendesah panjang. Rasanya pikiranku semakin kacau. Nathan memang selalu mencari aku, tapi apakah itu cukup buat aku menerima lamaran ini?

Aku menatap Arsen sekali lagi. Matanya yang biasanya sulit ditebak kini sedikit lebih terbuka. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang membuatku semakin sulit untuk menolak.

"Aku butuh waktu," gumamku akhirnya.

Arsen gak langsung jawab. Dia cuma menatapku sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Oke," balasnya. "Tapi jangan kelamaan."

Aku mendengus kecil. "Kenapa? Takut aku kabur?"

Arsen mengangkat bahu. "Bisa jadi."

Aku mendecak, lalu berbalik menuju kamar. Tapi sebelum benar-benar masuk, aku menoleh lagi.

"Jadi… kalau misalnya aku nolak, kamu bakal gimana?" tanyaku pelan.

Arsen terdiam. Matanya menatapku dalam, seolah sedang menimbang sesuatu. Lalu, dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya, dia menjawab, "Aku bakal terus cari cara biar kamu gak bisa nolak."

Jantungku mencelos. Buru-buru aku masuk ke kamar dan menutup pintu, berusaha mengabaikan betapa panasnya pipiku saat ini.

Sial. Kenapa kata-katanya barusan terdengar seperti ancaman… tapi juga sedikit menggoda?

...****************...

Aku menghabiskan sepanjang hari di kamar hotel, hanya bermain dengan Nathan yang sesekali merengek minta digendong. Bocah ini benar-benar lengket padaku, seperti lem.

Sementara itu, Arsen entah ke mana. Aku tahu dia pasti sibuk mengurus pekerjaannya atau mungkin mencari tahu siapa dalang di balik berita yang beredar.

"Papa kamu tuh ya, selalu pergi kerja terus," gumamku sambil mencubit pipi Nathan pelan.

Dia hanya mengoceh kecil, tertawa tanpa beban, seolah gak peduli dengan drama yang sedang terjadi di sekitarnya.

Aku menghela napas. Sejujurnya, aku juga gak tahu harus berbuat apa. Berita tentang aku dan Arsen masih terus menyebar, dan meskipun aku mencoba mengabaikannya, tetap aja rasanya gak enak.

Tiba-tiba, ponselku bergetar. Aku melirik layar dan langsung mengerutkan kening. Arsen? Tumben banget dia nelpon.

"Kamu di kamar?" tanyanya begitu aku mengangkat telepon.

"Ya," jawabku singkat.

"Jangan ke mana-mana," katanya tegas. "Aku dalam perjalanan ke sana."

Aku mengernyit. "Kenapa? Ada apa?"

"Ada yang mau kubahas," balasnya. "Tunggu aja."

Aku belum sempat bertanya lebih lanjut, telepon sudah diputus.

Perasaanku langsung gak enak. Ada sesuatu yang terjadi… dan aku yakin itu bukan hal sepele.

Ponselku kembali bergetar. Aku menghela napas, mengira itu Arsen lagi, tapi ternyata nama yang muncul di layar adalah Coach.

Aku buru-buru mengangkatnya. "Coach?"

"Kau sudah lihat berita terbaru?" tanyanya tanpa basa-basi.

Aku mengerutkan kening. "Berita apa lagi?"

Coach menghela napas panjang. "Arsen baru saja mengeluarkan pernyataan ke media. Dia bilang wanita dalam foto itu adalah istrinya."

Aku terdiam sejenak, otakku seakan berhenti bekerja.

"Tunggu... apa?" suaraku nyaris melengking.

"Iya. Dia bilang itu istrinya," ulang Coach dengan nada frustrasi. "Aku nggak tahu apa yang dia pikirkan, tapi sekarang media makin heboh. Mereka mulai mencari tahu identitasmu lebih dalam."

Darahku langsung mendidih. Apa-apaan ini?! Kenapa dia bisa seenaknya bilang begitu tanpa bicara dulu denganku?

"Coach, aku nggak ngerti lagi," ujarku dengan suara tercekat. "Kenapa dia bilang begitu?!"

"Itu yang seharusnya kau tanyakan langsung padanya," balas Coach. "Tapi menurutku, ini semakin rumit, Sienna."

Aku mengepalkan tangan. Jantungku berdebar kencang, antara marah dan panik. Aku bahkan belum pulih dari berita pertama, dan sekarang dia malah menambah masalah baru?!

Saat aku masih mencoba mencerna semua ini, suara pintu kamar terbuka. Aku menoleh cepat.

Arsen berdiri di sana dengan ekspresi datar, sementara aku berdiri terpaku dengan ponsel masih menempel di telinga, menatapnya dengan sorot mata penuh amarah.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Semangat
lanjut thor
Alen's Vy: Iyaa ntar sore yakk
total 1 replies
Alen's Vy
Bagusss
Anonymous
Yang baca juga shock ko sienna, ga kamu doang/Facepalm//Awkward/
Semangat
jahat bgt. untung putus ya thor
Alen's Vy: Iya ih, untung aja.
total 1 replies
Semangat
modus duda ini pasti.
Semangat
luar biasa
Semangat
Hahahaa Thor😭😭
Alen's Vy: Sstt🤫🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!