Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arkana Jatuh Sakit
Jingga melirik cairan infus yang sebentar lagi habis, Arkana belum juga kembali sehingga membuatnya bingung harus melakukan apa. Tak lama berselang pintu kamar baru saja terkuak, sosok yang di tunggunya baru saja masuk dengan ekspresi yang sudah di hafal oleh Jingga sendiri.
“ Mas, cairannya udah habis bisa tolong dilepas nggak? Aku udah agak mendingan sekarang.” Lontar Jingga sangat berhati-hati.
Tadinya Jingga mengira akan membuat Arkana marah dan memukulnya, namun ternyata Arkana hanya melepaskan alat infus itu dari tangan Jingga. Kemudian dia memeriksa keadaannya sebentar hingga mengecek suhu tubuhnya.
“ Sudah normal, kamu boleh kembali ke kamarmu sekarang.” Ucap Arkana dengan nada yang datar.
“ Terima kasih mas, berkat kamu aku bisa kembali sehat.” Balas Jingga namun tak di gubris oleh Arkana sama sekali.
Jingga yang telah beranjak dari tempat tidur dan hendak meninggalkan kamar itu tiba-tiba berhenti saat Arkana memanggil namanya.
“ Kamu nggak kasih tahu mama soal kemarin kan.?”
“ Nggak mas, aku nggak bilang apa-apa ke mama.”
“ Bagus, awas aja kamu sampai ngadu ke mama.”
Jingga tersenyum simpul sebelum dirinya benar-benar keluar dari kamar suaminya, ketika dia sudah diluar dan berjalan menuju kamarnya cerita tentang Arkana dari mama Widya membuat Jingga paham kenapa Arkana bisa seperti ini sekarang.
**
Malam itu Arkana memanggil semua orang di rumah termasuk Jingga untuk berkumpul di ruang keluarga. Mereka langsung datang setelah mendengar suara Arkana tanpa tapi, dan sekarang Arkana terlihat dalam kondisi mood yang kurang baik.
“ Sekarang di rumah ini ada satpam, supir, dan dua pembantu. Semua kecuali pembantu baru di rumah ini adalah pilihan mama, jadi aku ingin kalian semua tetap diam dan tidak memberitahu apapun kepada mama tentang hubungan aku dan Jingga di rumah ini.”
“ Kalau aku tahu di antara kalian ada yang memberitahukannya kepada mama, siap-siap kalian angkat kaki dari rumah ini. dan jangan harap kehidupan kalian setelahnya akan lebih baik. Paham.?” Lanjut Jingga menatap kedua pembantu baru dengan tatapan yang tajam.
“ Paham pak.” Balas mereka dengan siap.
Arkana langsung beranjak dari sofa sambil berjalan menuju kamarnya, sedangkan Jingga masih duduk disana menemani mereka semua. Jingga pun meminta tolong kepada mereka agar tidak merasa kasihan kepadanya, entah apa yang akan terjadi ke depannya semua itu adalah urusannya dan Arkana seorang.
**
Sekarang pekerjaan rumah benar-benar telah di ambil alih oleh dua pembantu di rumah, namanya Bi Inah dan Bi Salma. Keduanya pun sangat baik kepada Jingga dan mereka bisa langsung dekat meskipun baru pertama kali bertemu.
“ Selamat pagi Bi, lagi buat apa untuk sarapan pagi ini.?” Tanya Jingga yang baru saja tiba di dapur.
“ Ada rending sama capcay Non.” Sahut bi Salma.
“ Wah, kayaknya enak. Aku mau cobain boleh.?” Pinta Jingga langsung di balas anggukan pelan dari bi Salma.
“ Enak banget bi, semoga mas Arkana suka sama masakannya.” Seru Jingga setelah selesai mencicipinya.
“ Semoga ya Non, bibi juga takut kalau masakannya nggak sesuai selera.”
“ Kalau aku sesuai kok, aku suka rasanya yang pas.”
“ Terima kasih ya Non Jingga, bibi jadi senang dengarnya.”
Jingga kemudian melirik jam, biasanya Arkana sudah keluar dari kamarnya tapi kenapa sekarang dia masih belum keluar? Hal itu membuat Jingga penasaran dan segera pergi menuju kamar utama.
Tok..tok…tok..
“ Mas Arka? Sarapannya udah jadi, yuk sarapan bareng.?” Sahut Jingga dari luar.
Tidak ada balasan sama sekali, Jingga sudah sering mengalami hal ini namun dia merasa sedikit cemas kali ini. Mungkin karena semalam Arkana tidak ikut makan malam dan langsung masuk ke dalam kamar, dia takut sesuatu terjadi padanya saat ini.
“ Mas? Aku buka pintunya ya.?” Jingga akhirnya membuka pintu kamar Arkana dan masuk ke dalam sana dengan langkah yang hati-hati.
Jingga masih melihat sosok Arkana terbaring di balik selimutnya, bahkan gorden jendela kamarnya masih tertutup dengan rapat yang itu artinya dia belum bangun sejak tadi.
“ Mas, bangun. Sudah pagi, kamu nggak mau berangkat kerja.?” Sahut Jingga yang berdiri di samping tempat tidur dengan menatapnya lurus.
“ Mas Arka? Bangun mas.”
Tak kunjung mendapatkan jawaban membuat Jingga bergerak menyentuh tubuh Arkana, dia kaget setelah mendapat tubuh Arkana yang begitu panas.
“ Kamu demam mas, sini aku lihat.” Jingga menarik tubuh Arkana sehingga dia bisa berbaring dengan normal.
Suhu tubuhnya sangat panas yang membuat Jingga segera mencari thermometer di tas kerja milik Arkana, setelah mendapatkannya dia langsung mengecek suhu tubuh Arkana.
“ Ini pasti karena kamu ketularan aku kemarin, maafin aku ya mas.” Jingga tak berhenti terlihat khawatir saat mengecek keadaan Arkana, sementara Arkana masih belum bisa membuka kedua matanya meski dia sadar bahwa di sampingnya ada seseorang yang setia menemaninya.
“ Ya ampun, 39 derajat.” Jingga ingin segera keluar untuk menyiapkan kompres namun Arkana menahan tangannya untuk tetap tinggal.
“ Jangan pergi.” Ucapnya dengan memeluk lengan Jingga cukup erat.
“ Aku nggak akan pergi mas.” Balas Jingga yang akhirnya menyuruh bi Inah untuk membawa peralatan kompres.
Bi Inah masuk ke dalam kamar membawa pesanan Jingga, kemudian Jingga juga menyuruhnya untuk membuat bubur. Selebihnya Jingga yang akan merawat Arkana, meskipun dia bukan seorang dokter tapi dia cukup tahu merawat seseorang yang sedang demam.
Jingga telah selesai memasang kain kompres di kening Arkana, dia juga menonaktifkan AC dan membuka jendela agar udara segar bisa masuk ke dalam kamar Arkana.
“ Mama.., Arka Cuma mau,, mama ngertiin Arka.., Arka sayang.., sama mama.” Jingga terkejut mendengar Arkana mengatakan kalimat seperti itu.
Jingga ingat kemarin mama Widya bilang kalau Arkana sedang sakit, dia akan menjadi sangat manja. Tapi hal itu tidak membuat mama Widya memenuhi keinginan Arkana, dia akan langsung membawanya ke rumah sakit dan menyerahkan semuanya kepada dokter.
“ Apa aku telpon mama Widya sekarang.?” Ucap Jingga namun setelah melihat keadaan Arkana, entah mengapa dia mengurungkan niatnya tersebut.
Perlahan namun pasti Arkana membuka kedua matanya meski terlihat sedikit berat untuk melakukannya. Arkana menyebut Jingga adalah mama Widya, terlihat air mata yang mengalir di pelipisnya saat ini.
“ Mama, jangan bawa Arka..ke rumah sakit.” Ucapnya dengan nada yang begitu pelan.
“ Kamu nggak akan ke rumah sakit mas, aku yang akan rawat kamu disini.” Balas Jingga sambil meraih tangan Arkana dan meyakinkannya dengan sungguh-sungguh.
Mungkin saat ini di pandangan Arkana sosok Jingga adalah mama Widya, sebisa mungkin Jingga mengatakan kata-kata yang akan membuat Arkana merasa lebih nyaman sehingga dia bisa beristirahat tanpa rasa takut lagi.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.