Sheva harus memenuhi janji keluarganya dengan cara menerima perjodohan antara dua keluarga,sebagai pembalasan hutang pada masa lalu karena telah membantu membangkitkan perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut. Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun itu ia harus menerima di jodohkan dengan laki-laki yang dulu pernah ia kenal sebagai teman masa lalunya. Meski begitu karena sempat tidak bertemu selama lima tahun,sikap dan penampilan keduanya berubah drastis. Padahal di sisi lain Sheva telah memiliki seorang kekasih dan keduanya telah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun ini.
Akankah Sheva bisa memenuhi permintaan keluarganya itu?
Atau ia harus membuat keluarganya mengerti bahwa dirinya mempunyai pilihan lain untuk masa depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindu Setia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 18
"Rania,Hana,bagaimana ceritanya Sheva bisa pingsan disini?" tanya Steven
"Kita juga gak tahu kak,Sheva hanya pamit ke toilet tadi"
Morgan langsung menggendong Sheva dan membawanya ke rumah sakit
"Pakai mobil gue aja Gan" ucap Steven
Morgan segera masuk ke kursi belakang sementara Steven dan Hana berada di depan,Rania terus menangis oleh karena itu Alta mengajaknya menyusul yang lain menggunakan mobilnya.
Sesampainya di rumah sakit,dokter dan perawat segera membawa Sheva ke IGD untuk di periksa,semuanya yang berada di sana panik. Ponsel Sheva ada di tangan Hana,Morgan berniat untuk memintanya agar tidak ada sesuatu yang seharusnya tidak Hana lihat.
"Itu ponsel Sheva?"
"I iya kak"
"Bisa saya pinjam"
"Ini kak"
Setelah beberapa saat dokter keluar dari ruang IGD,
"Bagaimana keadaan Sheva dok?" tanya Morgan
"Kalian ini siapa pasien?"
"Saya calon suaminya dok"
"Pasien mengalami kecapean dan stress jadi itu yang membuat tekanan mentalnya agak terganggu. Untuk sementara ini pasien biarlah di rawat satu hari agar mendapatkan vitamin sebagai penguat dan obat penenang"
"Baik dok,terima kasih"
"Syukurlah Sheva baik-baik saja" ucap Hana
Ponsel Sheva berdering,dan itu adalah panggilan dari papinya. Morgan segera menjawabnya
"Halo om"
"Morgan,kok kamu yang angkat telfon Sheva"
"Iya om,ponsel Sheva ada sama saya"
"Kamu sama Sheva kemana,ini sampai acara sudah selesai kalian tidak kelihatan"
"Morgan ada di rumah sakit om,tadi Sheva pingsan di toilet"
"Apa? Sheva masuk rumah sakit?" teriak tuan Robert yang membuat nyonya Lista beserta keluarga William kaget
"Sheva masuk rumah sakit pi?"
"Ada apa Robert?" tanya tuan William
"Ya sudah kalau begitu kita susul ke sana"
"Baik om"
"Morgan membawa Sheva ke rumah sakit,katanya dia menemukan Sheva pingsan di toilet"
"Astaga Sheva,pi ayo kita ke sana sekarang" ucap Nyonya Lista histeris
Beberapa saat Alta,Rania,Ferly datang menghampiri mereka
"Gimana keadaan Sheva?" tanya Alta
"Dia hanya kecapean saja,dokter akan memindahkannya ke ruang perawatan dan keluarga kami juga akan segera datang. Sebaiknya kalian pulang saja,sudah malam juga"
"Tapi aku mau disini jagain Sheva" isak Rania
"Besok aja ya" jawab Hana
"Al,tolong kamu antar kan Rania ya. Dan Steven kamu antar kan juga Hana" ucap Morgan
"Oke Gan,loe yang sabar ya"
"Iya"
"Kita cabut dulu"
Morgan duduk di kursi tunggu di depan ruang IGD sambil menanti keluarganya yang lain datang,ia merasa cemas atas apa yang terjadi kepada Sheva. Ia merasa jika ini semua karena tekanan yang keluarga berikan kepada Sheva untuk segera menikah.
Kedua orang tua Sheva dan Morgan telah sampai di rumah sakit,mereka sangat panik setelah mendengar apa yang terjadi dari mulut Morgan. Nyonya Lista menangis di bahu suaminya dengan terus menyalahkan dirinya karena akhir-akhir ini jarang memberikan waktu untuk putrinya tersebut.Malam ini Sheva harus di rawat inap untuk memulihkan kondisinya,sementara itu Morgan berfikir kembali soal rencanya untuk menikahi Sheva. Ia merasa Sheva begitu stress menghadapi hal yang serba mendadak ini.
Siang ini Morgan kembali ke kampus,teman Sheva bertanya soal kondisinya sementara ini kepada tunangannya tersebut. Sore ini rencananya Sheva akan kembali ke rumah,masih dalam suasana tidak ingin melakukan apapun kecuali memikirkan hubungannya dengan Marcell dan bahkan sampai sekarang kekasihnya itu tidak dapat di hubungi. Hal itu semakin membuat Sheva gelisah dan bertindak ceroboh,saat kedua orang tuanya sedang mempersiapkan kepulangannya. Sheva justru kabur mendatangi apartemen Marcell,namun sepertinya tidak ada orang di sana. Ia segera pergi ke kampus dengan pakaian seadanya.
Alta yang melihat Sheva turun dari taksi segera menghampirinya
"Sheva,kamu ngapain kesini?"
"Ada sesuatu yang harus saya kerjakan kak"
"Tapi bukannya kamu masih di rawat?"
"Udah enggak lagi"
"Mau saya panggilkan Morgan?"
"Enggak jangan..."
"Kenapa?"
"Saya tidak mau mengganggunya,saya hanya mau bertemu Hana dan Rania"
"Ya sudah"
"Saya permisi kak"
"Iya Sheva,hati-hati"
Sheva segera pergi ke lift dan menekan tombol lantai tiga,sesampainya di sana ia masuk ke ruangan Marcell. Namun lagi-lagi ia tak mendapatinya di sana,ia menunggu di sofa berharap Marcell segera datang. Beberapa saat kemudian Marcell masuk dengan dosen lain
"Sheva???" ucap Mr.Marcell terkejut
"Mrs.Anggun???" ucap Sheva yang tak kalah terkejut mendapati Marcell dan Anggun bergandengan tangan
"Kamu ada perlu apa kemari?" tanya Marcell gugup
"Ada sesuatu yang ingin saya konsultasikan Mr"
"Saya permisi dulu kalau begitu" ucap Mrs.Anggun
Marcell memandang Sheva dari tempat duduknya,ia menatap dengan mata penuh kekecewaan
"Kak,kenapa nomer saya di blok?" tanya Sheva
"Karena saya tidak ingin berhubungan lagi dengan orang yang sudah membuat kecewa"
"Maksud kak Cello?"
"Semalam saya menunggu kamu sampai tengah malam Va,tapi kamu sekali tidak ada niat untuk mengunjungi saya. Bahkan setelah acara kamu selesai saya masih berharap kamu datang tapi apa kenyataannya?"
"Kak,semalam saya pingsan dan langsung di larikan ke rumah sakit. Ini saja saya baru keluar"
"Alasan,bilang saja kalau kamu memang sudah tidak perduli dengan hubungan ini"
"Kak Cello kok ngomongnya begitu?"
"Ya karena memang kenyataannya seperti itu"
"Hanya karena semalam saya tidak datang,kakak langsung blokir dan marah-marah seperti ini? lalu apa menurut kakak pergi selama dua tahun tanpa penjelasan adalah hal yang biasa?"
"Kok kamu jadi ngungkit sampai situ?"
"Ya karena kakak selalu merasa bahwa kesalahan aku yang terburuk,sementara kakak tidak memikirkan kesalahan kakak sendiri"
"Oh jadi kamu mau membandingkan antara kesalahan kamu dan kesalahan saya?"
"Kok makin kesini makin kesannya aku yang salah?"
"Karena memang kamu salah Va,buat apa kamu ngungkit-ngungkit masalah yang sudah selesai? kamu mau jadi yang seolah-olah tersakiti?"
"Aku sama sekali gak paham sama pola pikir kakak" ucap Sheva yang kemudian keluar dari ruangan Rektor
Ia berlari menuju toilet dan menangis di sana,ia tidak menyangka begitu munafik nya Marcell pada hubungan ini. Jelas-jelas Sheva tidak bermaksud melakukan ini semua dengan sengaja.