NovelToon NovelToon
Bukan Sebatas Impian

Bukan Sebatas Impian

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Wanita perkasa / Peningkatan diri-Perubahan dan Mengubah Takdir / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:398.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nadziroh

Kehidupan gadis yang bernama Renata Nicholas tak jauh dari penderitaan, wajahnya yang pas-pasan serta penampilannya yang kurang menarik membuat semua orang terus merendahkannya.

Setelah orang tuanya meninggal, Renata tinggal bersama sang bibi dan sepupunya. Namun, mereka selalu tak adil padanya dan mengucilkannya. Tak pernah mendapatkan kebahagiaan membuat Renata jenuh dan memutuskan pergi dari rumah.

Disaat itu ia bertemu dengan laki-laki yang bernama Derya Hanim, seseorang yang pernah ia kagumi, akan tetapi itu bukan akhir dari segalanya, ternyata Derya hanya memanfaatkan keluguannya sebagai pelukis yang hebat.

Setelah tahu tujuan Derya, Renata kembali bangkit dan pergi dari pria itu, dan akhirnya Renata bertemu dengan Bagas Ankara, dia adalah bos Renata, pria yang diyakini bisa membantu mengubah hidupnya, baik dari segi karir maupun wajahnya. Bagas yang ingin membalas mantannya pun mengakui Renata sebagai pacarnya.

Akankah cinta tumbuh diantara mereka?
Ataukah Bagas kembali memanfaatkan Renata seperti yang dilakukan Hanim?

Siapa sosok Bagas dan Derya, pria yang sama-sama hadir dalam hidup Renata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ungkapan Sena

"Bagas…" teriak Melinda menghentikan langkah Bagas. 

Seketika pria itu menoleh, begitu juga dengan Renata yang berjalan di depannya. 

Melinda mendekati Bagas yang sudah berada di belakang pintu, mereka berada di tempat yang sedikit jauh dari pesta. 

"Kamu mau ke mana?" Melinda mengangkat gaunnya, ia bersusah payah untuk bisa berjalan santai. 

"Aku __"

Apa yang harus aku katakan, kalau aku bilang mau pulang, pasti Melinda menganggap aku gak sanggup menyaksikan nya bertunangan.

"Ayolah, acaranya cuma sebentar. Masa kamu tega meninggalkan pestanya." 

Melinda meraih tangan Bagas, wajahnya nampak memelas membuat Bagas luluh. Apalagi nama gadis itu masih bersemayam dalam hati Bagas. Kenangan indah yang terukir beberapa tahun membuat Bagas sulit untuk melupakannya.

"Baiklah, aku panggil Renata dulu."

Bagas menghampiri Renata yang masih berdiri di ambang pintu, gadis itu sudah mendengar percakapan Bagas dan Melinda, dan terpaksa ia menyetujui permintaan Bagas.

Bagas dan Renata kembali ke tempat pesta. Acara demi acara yang tersusun mulai berjalan dengan lancar, disaat semua sibuk bertepuk tangan, tiba-tiba ada yang menarik rambut Renata dari belakang hingga membuat sang empu meringis.

Bagas yang sadar akan hal itu pun menoleh menatap Renata, ia bisa menyaksikan dengan jelas mata Renata yang digenangi cairan bening. 

"Sena, kamu ngapain?" Bagas mencoba melepaskan tangan Sena yang mencengkeram erat rambut Renata.

Sena langsung mendorong tubuh Renata hingga jatuh tersungkur. 

"Aaawwww… " pekik Renata untuk yang kedua kalinya, ia menjadi pusat perhatian semua tamu undangan. 

Bagas berjongkok dan membangunkan Renata, ia semakin tak mengerti dengan Sena yang terus ingin mempermalukan Renata. 

"Sekarang cerita, sebenarnya ada apa?" tanya Bagas dengan tegas.

Renata terus menggeleng, rasa takutnya kembali mengendap. Untuk saat ini, ia tak bisa menghindar lagi. 

"Kamu mau tahu, siapa Renata?" ulang Sena seperti yang ia ucapkan tadi.

Dada Renata terasa bergemuruh hebat. Ia terbelenggu di antara sebuah rahasia yang mungkin akan membuat Bagas malu. 

"Siapa dia? Cepat katakan!" ucap Bagas sedikit meninggikan suaranya. 

Derya hadir, tak seperti tadi yang dengan kilat mencegah aksi brutal Sena, kali ini pria itu diam seribu bahasa.

"Dia adalah cleaning service di perusahaan kamu." 

Duaaarrrr

Bak petir menyambar, dada Bagas meletup-letup, darahnya mendidih, matanya menatap Renata dengan tatapan tajam.

"Maafkan aku, Pak," ucap Renata dengan bibir gemetar.

Bagas melihat ada gurat ketakutan di wajah Renata hingga nampak pucat pasi.

Aku tidak  boleh marah padanya. Aku harus bisa mengontrol emosiku. Kasihan dia kalau sampai malu di depan semua tamu di sini.

Bagas berusaha memadamkan bara api yang hampir saja berkobar, ia membenarkan dasinya dan menatap semua sekelilingnya yang menatapnya dengan tatapan aneh.

Melinda yang ada di barisan paling belakang tersenyum puas bisa mempermalukan Renata yang kini bak anak ayam. 

"Kalau dia cleaning service kenapa?" Bagas merangkul pundak Renata dengan mesra, ia menunjukkan pada semua orang jika tuduhan Sena sedikitpun tak berpengaruh padanya.

Renata membulatkan matanya, ia tak percaya dengan itu semua, bahkan Renata rasa itu adalah mimpi. 

Ini beneran, Pak Bagas tidak marah padaku, bahkan dia membelaku di depan semua orang. Apa ini cuma triknya saja yang ingin menjatuhkanku?

Sena tersenyum sinis. Ia mengepalkan kedua tangannya lalu maju satu langkah mendekati Bagas.

"Jadi ini selera kamu, perempuan kampungan. Aku nggak percaya, seorang Bagas, CEO perusahan Ankara, berpacaran dengan cleaning service," ucap Sena dengan lantang, seolah-olah ia ingin mempermalukan Bagas di depan umum.

Suasana pesta yang tadinya meriah kini sedikit mencekam. Melinda sebagai tuan rumah tak bisa apa-apa, karena ia sangat mendukung apa yang dilakukan Sena saat ini. Sebab, dalam hatinya masih merasa cemburu pada Renata. 

Bagas mengangkat tangannya, ia menunjuk wajah Sena dengan jari telunjuknya.

"Aku tidak peduli dengan apa yang kamu omongin. Ini bukan urusan kamu, jadi lebih baik kamu urus diri kamu sendiri daripada ngurus orang lain."

Sena menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ia langsung pergi begitu saja tanpa pamit. 

Bagas membalikkan badannya menatap Renata yang terus menundukkan kepalanya. 

Ia melepas jas nya dan memakaikan di tubuh Renata.

"Kita pulang, sepertinya tempat ini tidak cocok untuk kamu." 

Bagas dan Renata langsung keluar dari ballroom itu. Setelah tiba di mobil, Renata menatap Bagas yang hampir saja menyalakan mesinnya.

"Aku minta maaf, Pak. Gara-gara aku semua jadi kacau," ucap Renata pelan, ia merasa bersalah dengan apa yang terjadi tadi. 

Bagas mengendurkan dasinya dan memejamkan mata. Ia menghela napas panjang lalu menghembuskan pelan, mengusir apa rasa kesal yang menjanggal dalam hatinya. 

"Bukan salah kamu, aku yang sudah memaksamu ikut denganku."

Bagas menghentikan mobilnya di depan sebuah mini market.

"Kamu tunggu sebentar!" Bagas keluar dan masuk ke supermarket yang ada di depan, beberapa menit kemudian ia kembali membawa dua cup es krim di taangannya.

"Apa kamu suka es krim?" tanya Bagas.

Renata mengangguk pelan. Wajahnya masih nampak kusut dan tak bersemangat. Bagas duduk di depan setir dan memberikan satu cup es krim nya untuk Renata. 

"Aku selalu makan es krim kalau lagi suntuk," ucap Bagas membuka tutup es krimnya.

Renata melirik Bagas dari samping, "Maafkan aku, Pak. Ini semua salahku, karena tidak bilang yang sebenarnya."

"Sekarang katakan! Bagaimana Sena bisa tahu kalau kamu itu bekerja di perusahaanku, dan sepertinya dia juga mengenalmu."

Renata menceritakan semua yang dialaminya, baik di rumah bibi maupun di kantor. Pembullyan beberapa waktu lalu, hingga membuatnya pergi dari rumah dan bertemu Derya.

"Jadi kamu pernah tinggal di rumah Derya?" tanya Bagas memastikan.

Jadi pak Bagas benar-benar tidak mengingat ku? 

"Iya, sampai akhirnya aku keluar dari rumah mas Derya dan bertemu dengan Bu Nurmala."

"Itu berarti kamu sekarang tidak bekerja di kantor lagi?" tanya Bagas antusias.

Renata menggeleng. 

Berarti Renata tidak tahu kalau kantor sempat bangkrut.

"Sejak mereka menuduhku menyimpan foto bapak, aku tidak masuk lagi," jawab Renata ragu-ragu. 

Bagas tersenyum nakal, ia punya kesempatan untuk menghibur hatinya dengan menjahili Renata yang nampak polos. 

"Apa kamu mengajukan surat pengunduran diri padaku?" tanya Bagas. 

Renata menggeleng tanpa suara.

"Kalau begitu kamu tahu kan, hukuman bagi orang yang sudah melanggar peraturan kantor?"

Renata mengangguk dan menangkupkan kedua tangannya.

"Aku minta maaf, tapi untuk saat ini aku tidak punya uang untuk membayar denda."

Bagas mencondongkan kepalanya tepat di telinga Renata yang membuat gadis itu bergidik ngeri dan melepaskan stiknya yang ada di bibir.

"Kamu bisa membayarnya dengan yang lain," bisik Bagas menyeringai. 

Eh, apa maksudnya yang lain, apa pak Bagas akan mempekerjakan aku sebagai cleaning service lagi.

 

1
arniya
bagus
arniya
ternyata Renata cucunya
arniya
Bagas jangan php
arniya
mampir kak
arniya
ternyata ad udang di balik batu....
nia kurniawati
Luar biasa
Bunia raditya
bagus cerita nya
Bunia raditya
hallo
Nay Sha
Luar biasa
Nay Sha
Lumayan
Anonymous
keren
Sativa Kyu
👍
Nana Bati
selamat thor... sukses ceritanya 👍👍👍
Nana Bati
maju terus bagas, abaikan kakek liam dan hina
Nana Bati
semoga bagas dan renata berakhir dengan bahagia... lanjut thor 👍👍👍
fadhila
sabar Bagas... sesuatu yg didapat dg cara merebut itu tidak akan awet ibaratnya tu hasil curian psti g berkah...
fadhila
baru bab 1 tapi dh penuh air mata🥺🥺😭😭
En
mantap
En
seruu sekali
Sumardani Yati Ori
cuih...ra sudi kalo w gantiin biarpun bos....model kayak gitu....model nippon sapu bersih kalo ga dapat hidayah kejedot ketiban duren segerobak ga bakal baik sorry thor ane julid
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!