NovelToon NovelToon
Jodoh Masa Kecil

Jodoh Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:299.4k
Nilai: 5
Nama Author: N. Mudhayati

Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan untuk Kesayangan

"Mas Lintang..." Gendhis memanggilnya.

"Ey... Dis... kamu di sini? Malam-malam gini? Emang Ibu kamu ngizinin? Hemmm... asyik nih, sekali-kali boleh dong ditemenin..." Ucap Lintang terkejut sekaligus bahagia melihat Gendhis yang tiba-tiba datang menemuinyamenemuinya di malam hari.

Gendhis berjalan menuju beberapa kursi taman dan satu meja yang terbuat dari akar pohon besar yang sudah disulap menjadi sangat cantik.

"Eh... jangan senang dulu Mas, cuma khusus malam ini aja..." Jawab Gendhis tersenyum-senyum.

"Oh, ya? Tiap malem juga boleh..." Lintang merayu.

"Hussss... Belum saatnya, Mas Lintang..." Jawab Gendhis sambil duduk di salah satu kursi itu.

"Iya deh... iya... besok kalau sudah saatnya juga kamu pasti temenin aku tiap hari di sini lihat bintang, seperti sekarang..."

Gendhis tersenyum bahagia.

"Dis... aku janji, pokoknya aku akan sungguh-sungguh menempuh pendidikan ku. Biar cepet lulus, dan kita... bisa segera menikah." Ucap Lintang serius.

"Iya, Mas Lintang... sudah berapa kali Mas Lintang ucap janji itu? Tak usah berjanji, karena aku sudah percaya sepenuhnya sama Mas Lintang." Kata Gendhis.

Lintang tersenyum.

"Dis... tahu nggak? Kamu terlihat cantik sekali malam ini..." Puji Lintang.

Rona di pipi Gendhis memerah dengar pujian Lintang. Kata-kata itu berhasil membuat Gendhis jadi salting. Memang, sebelum datang ke sini tadi sudah menghabiskan waktu hampir satu jam di depan cermin untuk bersolek dan memilih gaun muslim yang cocok. Ahirnya dia memilih satu buah gaun cantik warna merah maroon, senada dengan hijabnya. Dia sengaja memilih baju itu adalah baju pemberian Lintang.

"Berarti... biasanya nggak cantik nih?" Gendhis balik menggoda.

"Eh, ya nggak gitu... malem ini lebih... lebih... lebih cantik. Emang ada apa kamu nyariin aku? Kangen ya?" Tanya Lintang menggoda.

"Yyyeeee... , emang kenapa kalo kangen? Eh..., Gendhis sampai lupa niat Gendhis dateng ke sini." Dia baru ingat tujuan awalnya mencari Lintang malam ini.

"Ehem..." Gendhis pura-pura batuk.

"Iya, apaan?" Lintang penasaran.

Gendhis menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan sambil berkata,

"Barokallah... Mas Lintang... Selamat ulang tahun! Mudah-mudahan di sisa umur Mas Lintang kedepan, menjadi orang yang sukses, tercapai apa yang di cita-citakan, makin sayang keluarga, dan besok jika sudah jadi orang yang sukses kehidupannya, Mas Lintang akan ingat selalu orang-orang yang sayang sama Mas Lintang. Makin mencintai, dan makin menghormati mereka..." Ucap Gendhis sambil memberikan bingkisan kecil yang sudah ia siapkan siang tadi.

Lintang berkaca-kaca, seolah baru kemarin mereka bermain bersama, dan sekarang... mereka sudah benar-benar terikat oleh satu ikatan orang dewasa, yaitu... pertunangan yang sesungguhnya.

"Dis... makasih bangettt...! Kamu tahu? Sepanjang malam yang pernah aku lalui, ini adalah malam terindah yang pernah aku alami dalam hidupku."

Gendhis pun ikut terharu.

"Maaf ya Mas... Gendhis nggak kayak Mas Lintang yang pandai memilih hadiah. Ini mungkin tak seberapa dibanding apa yang sudah Mas Lintang kasih ke aku. Tapi setidaknya, ini bisa dijadikan pengingat, jika sewaktu-waktu Mas Lintang jauh dari aku." Ucap Gendhis.

"Sssttt... kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Meski nanti kita jauh, tapi hatiku kan tetap di sini... iya kan? Dan... soal hadiah, aku nggak peduli. Walaupun yang kamu kasih itu adalah sehelai daun kering sekalipun, aku akan tetap menyimpannya sampai kapan pun." Kata Lintang sambil menerima dan membuka hadiah dari Gendhis.

"Wah... sukaaa... sekali. Makasih ya, Dis... aku pakai sekarang juga." Lintang tampak menyukai hadiah itu.

"Sini aku bantu pakein..." Gendhis membantu memakaikan gelang itu. Lintang merasa sangat bahagia.

Taman belakang adalah favorit semua orang. Bukan hanya Bu Parti saja yang memiliki aset besar di taman itu, tapi juga Pak Argo. Diberi nama Argo oleh orang tuanya, rupanya sangat sesuai dengan kepribadiannya. Argo yang dalam bahasa Jawa berarti gunung, karena Pak Argo tinggal di puncak gunung. Selain itu, Pak Argo adalah pewaris ladang nan luas di puncak Sumbing yang kelak Lintanglah yang akan melanjutkan orang tuanya.

Karena ladang yang cukup luas, tak mungkin mengurus ladangnya sendiri. Hanya sebagian kecil saja yang bisa ia kerjakan sendiri. Sebagian besar lainnya dipercayakan kepada warga Desa Sekar Wangi untuk mengurusnya.

Sama dengan Bu Parti juga Gendhis, Pak Argo pun punya kegemaran yang sama, cuma Pak Argo tak se tlaten istri dan calon menantunya. Dia hanya memfasilitasi semua kebutuhan yang berkaitan dengan tanaman kesayangan istrinya. Mulai sejak beli, perawatan, juga tempat, semua Pak Argo yang atur. Termasuk kolam buatan yang ada di taman itu. Suara gemericik air curug buatan mengalir dari ketinggian dan bermuara di kolam kecil, dilengkapi dengan rumput nan hijau, juga bebatuan alami dipadukan dengan desain batu buatan. Di dalam kolam, terdapat ikan koi berwarna warni. Sangat sedap dipandang saat hati sedang resah, atau badan letih, menyaksikan koi menari dari dalam kolam membuat resah dan letih itu seketika lenyap.

"Mas Lintang dari tadi di sini ngapain?" Gendhis bertanya.

"Oh, iya... aku mau tunjukin sesuatu sama kamu." Lintang membuka laptopnya lalu menunjukkan pada Gendhis.

"Apa ini Mas?"

"Ini link pendaftaran calon taruna Akmil. Aku sudah isi semua kolomnya, sudah upload dokumen yang diminta, tinggal menunggu informasi apakah aku bisa ikut seleksi masuk apa nggak. Doakan aku ya Dis, agar aku bisa lolos seleksi..." Ucap Lintang penuh harap.

Gendhis bahagia, namun ada setitik rasa cemas yang tersimpan dari lubuk hatinya yang terdalam dan sulit untuk diungkapkan. Sesegera mungkin ia menepis rasa cemas itu. Ia tak mau rasa itu menjadi boomerang yang bisa menghambat cita-cita Lintang.

"Tentu, Mas...! Doa terbaik selalu untuk Mas Lintang...." Jawabnya.

Senyum manis mengembang dari wajah tampan itu.

"Itu berarti... malam ini menjadi malam yang pertama dan terakhir kita bersama di ulang tahun Mas Lintang ya? Karena kemungkinan, tahun depan, kita belum tentu mendapatkan kesempatan seperti sekarang." Tanpa sengaja ucapan itu keluar dari mulut Gendhis.

"Gendhis... ya belum tentu juga lah, siapa tahu bisa keluar...! Buat ketemu kamu..." Jawab Lintang.

"Eh... ya nggak bisa gitu lah Mas. Di asrama nanti Mas Lintang nggak bisa sembarangan keluar, apalagi tanpa izin... bisa kena masalah nanti." Kata Gendhis.

"Lha terus, kalau aku kangen kamu gimana dong? Emang kamu nggak kangen sama aku?" Lintang bertanya pura-pura tak tahu kehidupan di asrama militer seperti apa.

"Ya kangennya di simpen dulu dalam bag besar, kalau sudah ada libur untuk pulang, barulah di bawa ke sini... nanti aku buka bagnya dengan senang hati, hhii... hhii..." Jawab Gendhis sambil bercanda.

"Eehhh... Ya nggak bisa gitu lah... itu nggak adil namanya. Jahat banget sih kamu..., ditanya kangen pa nggak masa jawabnya gitu..." Protes Lintang.

Gendhis hanya tertawa melihat tingkah lucu kekasihnya yang tiba-tiba berubah menjadi sangat manja itu.

"Udahan ah Mas bercandanya. Aku sampai lupa, di bawah ada Bapak, Ibu, Pak Argo, Bu Parti dan yang lainnya sudah menunggu kita dari tadi." Gendhis baru inget kalau di bawah sudah banyak yang menunggu mereka untuk segera turun.

"Oh, ya? Emang mau ngapain? Ada pak penghulunya juga pa nggak?" Lintang bercanda.

"Tuh... kan, mulai lagi... udah ah... yuk... buruaaan..." Kata Gendhis.

"Iya... iya, bentar. Aku matiin laptop dulu." Kata Lintang.

Keduanya pun akhirnya meninggalkan taman belakang, lalu turun menuju ruang tamu. Ketika menuruni tangga yang terhubung dengan ruang tamu, Lintang terkejut melihat anggota keluarganya dan keluarga Gendhis sudah berkumpul di sana. Ada banyak orang, banyak makanan, kudapan dan buah-buahan. Yang paling spesial adalah nasi kuning cantik bikinan calon ibu mertua Lintang, Bu Sari dan juga Gendhis. Bu Sari yang merancang acara ini sudah sejak lama. Pak Argo dan Bu Parti sih ikut-ikut aja selagi itu baik untuk anaknya. Apalagi yang mengusulkan calon besannya. Tak banyak pertanyaan langsung acc aja.

Setelah melihat Lintang dan Gendhis turun dari tangga, serempak mereka semua langsung berdoa dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Lintang.

..."Mabruuk alfa mabruuk ‘alaika mabruuk...

...Mabruuk alfa mabruuk ‘alaika mabruuk...

...Mabruuk alfa mabruuk yawm miiladik mabruuk...

...Selamat hari milad...

...Semoga dapat rohmat...

...Selamat hari milad...

...Semoga dapat rohmat...

...Dari Allahu Ahad...

...Hingga hidup selamat...

...Mabruuk alfa mabruuk ‘alaika mabruuk...

...Mabruuk alfa mabruuk ‘alaika mabruuk...

...Mabruuk alfa mabruuk yawm miiladik mabruuk...

...Selamat ulang tahun...

...Semoga berkah turun...

...Selamat ulang tahun...

...Semoga berkah turun...

...Dari Allah Pengampun...

...Sehingga hidup rukun"...

Lintang sangat bahagia. Dia bersyukur karena dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang begitu menyayanginya. Segera ia menemui orang-orang yang sudah merancang pesta ini untuknya, lantas mengucapkan terimakasih.

Setelah tumpeng dipotong dan doa dipanjatkan, semua yang hadir lantas menikmati makan malam bersama.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sudah saatnya mereka beristirahat untuk menyambut esok yang cerah. Gendhis dan keluarganya pun berpamitan lantas kembali menuju rumah yang hanya berjarak beberapa meter itu.

*****

1
Nur Mashitoh
Riko cocoknya jd sahabat
Hairun Nisa
Kalau Lintang n Arnold masih Taruna, berarti Gaby yg sudah jadi Dokter... usianya jauh lebih tua donk ya?
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?
Nur Mashitoh
Tah jodohmu yg nolongin Dhis
Nur Mashitoh
kasihan Gendhis..beruntunglah nanti yg dpt jodoh Gendhis
Nur Mashitoh
Gala jodohnya Gendhis nih..sama² hatinya suci
Nur Mashitoh
pantaslah klo Lintang ga berjodoh dgn Gendhis yg sholeha karna Lintang punya sisi liar yg terpendam
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ruzita Ismail
Luar biasa
⚘Senja
alur critanya mirip sinetron india "Anandi". ini menurutku ya kakak.
Afida Punya Hayat
bagus, ceritanya menarik
Sandisalbiah
penyesalan itu emang dari dulu selalu gak patuh dgn peraturan krn dia selalu datang terlambat dan sayangnya sampe sekarang gak ada yg bisa menegurnya buat sadar... hadehh.. lintang.. terima nasib aja deh...
Sandisalbiah
nah lo... sakit gak tuh... kamu yg menabur angin lintang, maka kamu yg akan menuai baday... tinggal nunggu karma buat si geby...
Sandisalbiah
karma mulai mereyap mendekat kehidupan lintang.. hemmm... selamat menikmati.... hubungan yg diawali dgn yg salah dan kebohongan juga hanya berlandaskan nafsu yaaa.. endingnya begini... rumah tangganya kacau...
Sandisalbiah
simalakama gini mah....
Sandisalbiah
nah.. makan yg kenyang hasil karya mu lintang... biar warga tau semua kebobrok kan mu... enak aja mau ngikat Ghendis, gak rela Ghendis diambil cowok aini... situ waras.... dasar kang selingkuh...
Sandisalbiah
thor.. enaknya si lintang ini kita ceburin ke kawah merapi yuk... udah egois, songong pula... pengen tak pites itu org...
N. Mudhayati: 😆😆😆 setuju bangeeet kakak.... 👍👍
total 1 replies
Sandisalbiah
pengecut berkedok pahlawan bertopeng kamu Lintang.. banci yg berkaris atas dukungan Lintang tp kamu bagai kacang lupa akan kulinya... jd gak sabar pengen lihat karma apa yg akan kamu terima karena tega menyakiti gadis yg tulus seperti Ghendis
Sandisalbiah
gak gampang buat nyembuhin luka hati pak dosen... se enggak nya perlu waktu dan kesabaran... semangat pak Gala... obatin dulu luka hati Ghendis baru rengkuh hatinya...
enokaxis_
bagus
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!