Assalamu'alaykum
Selamat datang di karyaku dan terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini.
🌺
WARNING!!
KARYA MENGANDUNG BAWANG DAN KEHALUAN TINGKAT TINGGI BAHKAN DILUAR NALAR MANUSIA NORMAL!
Pernahkah kalian berfikir jika anak genius itu ada? Jika di film mungkin sudah kita temui, yang berjudul baby bos.
Di dalam dunia nyata, kehadiran anak jenius memang jarang terjadi, namun mereka juga memiliki bukti Ekisitensi yang dapat dilihat dari begitu banyaknya kemajuan yang terjadi saat ini.
Namun bagaimana ketika kalian dipertemukan dengan anak genius berusia 2 tahun yang bisa menggebrak dunia dengan hasil ciptaannya.
🌺🌺
Fajri Hanindyo. Sang Anak genius, memiliki IQ yang sangat tinggi Yaitu 225. Ia lahir dari malam dimana rusaknya mahkota Fajira, sang ibunda. Dengan otak yang genius tanpa sadar, ia bekerja sama dengan Ayahnya dan membuat Fajri menjadi anak yang kaya raya dalam waktu singkat ketika berhasil memproduksi mesin rancangannya sendiri.
Irfan yang yang begitu mendambakan sentuhan Fajira berusaha untuk membuat gadis itu kembali kedalam pelukannya. Keegoisannya runtuh, ketika ia berhasil menemukan Fajira dan juga mendapatkan bonus seorang anak yang tampan yaitu Fajri.
bagaimana kisah selanjutnya? yuk baca cerita ini.
terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Aku Harus Mencarinya (Irfan)
Di belahan dunia lain, Irfan masih berkubang dengan dokumen-dokumen yang sangat membuatnya pusing dan lelah. Ia kembali lagi lagi dan lagi memikirkan perempuan yang sudah menembus dinding hatinya dan perlahan membuat nama Vina terhempas jauh ke dasar jurang siapa lagi kalau bukan Fajira.
Dimana dia sekarang? aku harus mencari dimana perempuan itu berada.
Jeritan Irfan di dalam hati sukses membuat emosinya keluar. Ia membanting pena mahal yang sedang dipengang lalu memijat pelipisnya.
"Ray tolong keruangan saya sebentar" ucapnya melalui panggilan telefon.
"baik tuan"
Sudah hampir satu bulan ini ia menghentikan kebiasaannya bermain dengan wanita, karna salah satu temannya terpapar penyakit menular yaitu HIV/AIDS. Ada sedikit ketakutan dalam hatinya sehingga ia memilih untuk berhenti bermain dengan para wanita-wanita itu gar tidak terjangkit penyakit yang mematikan itu.
Namun disinilah dia sekarang, dengan beban yang begitu banyak di tambah dengan hasrat yang membuncah. Ia harus mencari perempuan itu dimanapun dia berada.
tok...tok...tok...
"masuk"
"ada yang bisa saya bantu tuan?" ucap Ray sopan.
"duduk dulu Ray"
Mereka berjalan ke arah sofa dan duduk di sana, Ray mengernyit melihat keadaan Irfan yang sangat kacau dengan rambut yang sudah berantakan, dasi yang tidak lagi rapi, sehingga menimbulkan spekulasi jika tuannya sedang mengalami stres berat.
Apa ini masih tentang perempuan itu?.
"Ray, saya mau kamu mencari perempuan itu" ucap Irfan frustrasi.
"apa nyonya Vina tuan?"
"bukan! biarkan jal*ng itu bersenang-senang. Aku ingin kamu mencari pegawai resto itu, dimana dia sekarang"
"baik tuan, secepatnya akan saya bawa dia ke sini"
"bagaimana menurutmu apakah aku harus menikahinya?" ucap Irfan menatap Ray yang terkejut.
"tu-tuan serius ingin menikahinya?" pekik Ray membuat Irfan terlonjak.
"eh maaf tuan"
"kamu tau kan semenjak kejadian itu saya tidak pernah merasa puas bermain dengan wanita, dua tiga wanita dalam semalampun tidak bisa membuatku mendapatkan kenikmatan yang di suguhkan dari perempuan itu. Kamu tau Ray rasanya berbeda, saat itu dia masih perawan, berbeda dengan wanita malam yang sudah di coba oleh banyak laki-laki" ucapnya sambil menerawang membayangkan kejadian malam itu.
Ray hanya mengamati wajah tuannya yang berangsur memerah, dengan duduk yang tidak lagi nyaman.
ap-apa ini? apa tuan sedang membayangkan kejadian dulu bersama dengan perempuan itu?.
Mata Ray membola melihat tonjolan besar di pangkal paha irfan yang mulai terlihat. Sejurus kemudian ia terlonjak ketika Irfan beranjak dari kursi dan berjalan ke dalam kamar.
"keluar lah dulu Ray, saya yakin kamu paham" ucap Irfan sebelum menutup pintu kamar itu.
"apa tuan serius menginginkan perempuan itu untuk ia nikah atau hanya sekadar pelampiasan. Semoga saja tuan memang menginginkan dia menjadi pendamping hidupnya" ucap Ray sebelum berlalu dari sana.
Di dalam kamar mandi Irfan sudah membuka seluruh pakaiannya. Dalam keadaan naked, ia menghidupkan air untuk meredamkan suara yang ia timbulkan nanti.
"bisa-bisanya aku menegang karna membayangkan wajah perempuan itu, tetapi rasanya baru kemarin aku merasakan kenikmatan yang selalu membuatku frustrasi"
Racaunya sambil memijat pisang laras panjang yang sudah berdiri tegak di bawah sana. Ia memberikan beberapa macam pijatan untuk memberikan sensasi lebih liar agar bisa menuntaskan permainannya dengan baik tanpa hambatan.
"aakhh... Fajira..." desahnya disela-sela nikmatnya memijat batang pisang yang sangat keras itu
"kenapa kau selalu memenuhi fikiranku... aarkhh...."
"Fajiraaaa...." lenguhnya panjang ketika mencapai puncak kenikmatan yang selalu membuatnya sedikit lebih tenang.
Ia bersandar sebentar di kamar mandi dengan mata yang memerah, ia merasa ingin menangis saat ini karna sudah lelah dengan rasa yang membelenggunya.
Setelah Fajira berhasil menembus tembok hatinya, Irfan perlahan menyadari kesalahan fatal yang perbuat dulu kepada Fajri.
"betapa sakitnya yang engkau rasakan malam itu. Maafkan Aku hiks..." pecah sudah air mata yang selalu ia tahan semenjak ia menyadari betapa terlukanya Fajira pada malam itu. Dan dengan teganya ia memberikan cek kepada perempuan itu seolah memperlakukan Fajira sebagai seorang jal*ng.
"AAARRGGHHH.....HIKS..."teriaknya di dalam kamar mandi dengan frustrasi.
"dimana kamu saat ini Fajira" isaknya.
"aku harus mencarimu di manapun kau berada" ucapnya dengan mata setajam elang walaupun tidak bisa di pungkiri jika air mata itu terus mengalir di pipi mulusnya.
Ia segera bangkit dan menyelesaikan mandi pada tengah hari itu. kemudian ia segera mengenakan pakaiannya. Namun ketika hendak membuka lemari, ponsel Irfan berdering menandakan ada panggilan masuk disana.
ddrrtt.... ddrrtt...
Ketika irfan melihat ponselnya, tidak terdapat nama pada nomor tersebut. Sehingga ia memilih untuk mengabaikannya, hingga dua panggilan terlewatkan begitu saja.
tring.... tring...
Ponsel kembali berbunyi menandakan ada pesan masuk di ponsel Irfan dari nomor yang sama, Karna cukup penasaran ia segera melihat pesan itu, dan sepersekian detik matanya membola melihat siapa yang mengiriminya pesan.
📩 from +62**********
"siang om, ini Fajri. Aji sudah setuju mengenai kerja sama kita untuk memproduksi mesin cuci dan mesin ginset milik Aji. Telefon Aji kalau om sudah senggang"
"tuhan aku hampir saja melewatkan kesempatan emas ini" Irfan yang masih menggunakan boxer itu segera menelfon Fajri kembali.
tuut....tuut....
Telefon berdering menandakan panggilan terhubung kepada nomor tujuan.
"halo om?" terdengar suara imut nan merdu di telinga Irfan membuatnya merasa lebih tenang.
Kenapa suara Fajri selalu membuat ku merasa lebih tenang. Batinnya dengan mata yang berkaca-kaca
"iya Fajri, Apa kabar? maaf ya tadi om lagi di pakai baju. Jadi Fajri setuju dengan tawaran om?"
"iya om, Aji setuju. Tetapi apa nanti ada MOU nya om? Aji kan masih kecil jadi Aji takut tertipu nanti om"
"astaga Fajri, om bukan penipu nak. Tentu kalau kerja sama pasti ada MOU nya. Nanti sebelum Kita tanda-tangani perjanjiannya om kirimkan terlebih dahulu kepada Fajri, jika nanti ada yang tidak sesuai bisa kita bicarakan lagi ya"
"iya om. Hmm Bunda juga gak mengizinkan Aji untuk menemui om di sana, Apa bisa om atau perwakilan om yang datang kesini?"
"bisa nak, bisa. Nanti om Ray akan kesana ya. Om lagi gak enak badan, kapan-kapan kita bertemu lagi ya nak"
"iya om. cepat sembuh ya biar kita bisa bertemu lagi. Bunda juga mengucapkan terima kasih karna om sudah memberikan Aji tabungan untuk sekolah"
"iya sama-sama nak, Jadi anak yang pintar ya, bahagiakan Bunda se mampu Aji nak. Karna kebahagiaan Bunda adalah kunci sukses kita"
"iya om terima kasih banyak. Semoga kerja sama pertama kita ini bisa berjalan dengan baik dan bisa di pasarkan"
"aamiin. Huh Bunda kamu Ngidam apa sih sampai Aji bisa sepintar ini? haha"
"hehe gak tau om, Bunda Aji juga pintar sih, bisa mendapatkan beasiswa kuliah kedokteran dengan nilai sempurna om"
"wah pantas saja anaknya sehebat ini. Semoga Aji besar nanti menjadi orang yang sukses ya nak. Bahagiakan bunda, Capai cita-cita Fajri"
"iya om terima kasih"
"ya sudah om mau menghubungi om Ray dulu ya nak, mungkin besok atau lusa dia akan menemui kamu di sana"
"iya om, sekali lagi terima kasih sudah memberi Aji kesempatan untuk memproduksi hasil tangan Aji. Nanti seandainya om Ray mau meminta komponen yang Aji pakai untuk merakit mesin cuci, tolong bawa satu orang teknisi atau siapa om. Soalnya ada bagian yang aku bikin sendiri"
"betul nak? ya sudah nanti om beritahukan kepada om Ray untuk ini ya nak"
"iya om terima kasih, selamat siang"
"selamat siang nak"
tut.
Irfan mematikan sambungan telefon itu dan tersenyum manis.
"Akhirnya proyek itu akan aku dapatkan. Betapa beruntung ibu yang sudah melahirkan Fajri. Anak yang pintar dan sangat cerdas bisa membuat terobosan baru dengan sangat sempurna tanpa cacat sedikitpun"
Irfan segera memakai bajunya kembali dan memanggil Ray untuk mengurus segala keperluan mereka dalam proyek kerja sama bersama dengan Fajri.
"aku yakin ini akan meledak di pasaran. Produk ini bisa menjadi produk unggulan dengan mengusung tema hemat energi"
Ia bergegas mengenakan pakaiannya dan segera menghubungi Ray untuk mengurus segala keperluan kerja sama ini. Bukan hal yang lain, Irfan hanya ingin membantu Fajri agar kemampuannya dilirik oleh banyak orang.
💖💖💖
TO BE CONTINUE