Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menculik Anak Sendiri
18+ Istri Gelap #18
Oleh Sept
Wanita yang ada di atas ranjang rumah sakit itu tidak tahu, bila kehadirannya sempat membuat seseorang terusik. Mana Moza tahu, karena mereka hanya beberapa kali bertemu.
Ketika keduanya masih terlibat pembicaraan yang serius, seorang pengawal datang dan mengetuk pintu. Ia ingin menyerahkan ponsel Naga yang sudah ditemukan di rumah Moza. Begitu banyak panggilan tak terjawab dari Mama Ratih dan juga Sierra, istrinya.
Moza melirik sekilas saat Naga sedang mengetik pesan di ponselnya. Dengan hanya tangan satu sebab tangan yang lain sedang memegang Sendy yang masih dalam gendonggannya.
“Sendy akan ikut bersamaku besok, keputusan ada padamu. Ikut atau tidak!” Naga meletakkan ponsel di atas meja dekat ranjang. Kemudian menatap Moza, menanti keputusan yang Moza ambil. Sebab dia sudah memutuskan secara sepihak, Sendy akan ia bawa ke kota bersamanya.
“Kau mau menculik anakku?” Moza menatap tak percaya. Berharap ini hanya mimpi buruk dan ia akan segera bangun. Lepas dari Madam ia merasa akan terperangkap pada pria di depannya.
“Dia juga anakku!” timpal pria tersebut. Naga tidak akan melepas Sendy, apalagi ia memang tak memiliki anak.
Moza mengusap wajahnya dengan berat, “Mengapa jadi seperti ini?” gumamnya lirih.
“Moza katakan keputusanmu, pesawat kami akan berangkat pagi sekali. Bila kamu berpikir terlalu lama, mungkin kamu tak akan melihat Sendy lagi.”
Perkataan Naga bagai seperti ancaman bagi Moza, melihat betapa banyak pengawal Naga, dan betapa berkuasanya pria itu. Moza merasa sudah kalah bahkan sebelum bertanding.
“Bagaimana Moza? Waktumu tidak banyak, dan aku tak mau membuang waktuku di sini.” Naga terus mendesak agar Moza memutuskan pilihan.
Wanita itu kini memeras otak, harus bagaimana ia mengelak dan menghindar. Kemudian ia teringat dengan luka yang ia dapat. “Aku tidak bisa ke mana-mana, lukaku bahkan belum kering!” ucap Moza yang seperti mendapat jalan terang.
“Jangan khawatir, semua bisa aku urus!”
Deg
Moza mendadak seperti bertemu jalan buntu, Naga selalu dapat mematahkan harapan Moza untuk lari dari masalahnya.
Moza kini terdiam, membisu karena tak tahu lagi harus berkata apa. “Istirahatlah, penerbanganku tiga jam lagi. Kamu hanya punya waktu tiga jam.” Setelah mengatakan itu, Naga berbalik. Ia melangkah meninggalkan Moza sambil menggendong Sendy. Terang saja Moza panik, melihat putrinya dibawa pergi.
Dengan spontan, wanita yang baru mendapatkan jahitan di perutnya itu turun dari ranjang. Karena tak tahan dengan rasa perih yang tiba-tiba menyerang, Moza memegangi perutnya. Ada nyeri yang terasa ketika darah segar merembes lewat perban. Terlihat tembus pada pakaian rumah sakit yang ia kenakan.
“Tunggu!” ucap Moza dengan pelan karena menahan rasa sakit yang dirasa.
Naga yang sudah hampir sampai pintu, berhenti sejenak. Pria itu kemudian berbalik, betapa shocknya Naga. Ia langsung berjalan cepat mendekati Moza. Panik, ia menaruh Sendy terlebih dulu di atas sofa besar di dekat sana.
Diangkatnya tubuh Moza ke atas ranjang, “Kau mau mati konyol!” pekik Naga dengan nada penuh amarah, tapi sebenarnya cemas. Apalagi Moza mendapatkan luka itu untuk melindungi dirinya.
“Jangan bawa anakku!” di tengah rasa sakitnya, Moza memohon untuk tidak dipisahkan dengan putrinya.
“Aku tidak akan membawanya, selama kau ikut denganku ... Moza! Aku hanya ingin melindungi kalian. Tidakkah kamu kasian dengan nasib anak itu?”
Moza malah menangis, bagaimana ia ikut dengan suami orang lain? Ini pilihan yang sulit.
“Aku hanya ingin bertanggung jawab, karena tidak mungkin aku membiarkan Sendy tak jelas di luar sana. Sedangkan dia memiliki ayah yang jelas,” tambah Naga.
Moza mengusap matanya kembali, kemudian menatap Naga sembari bertanya. “Lalu bagaimana dengan istrimu? Kehadiran Sendy mungkin akan menjadi ancaman bagi keluarga kalian.”
“Itu urusanku!”
“Bila itu mengenai Sendy, berarti itu adalah urusanku.”
Tidak mau berdebat, karena Moza selalu membantah ucapannya. Naga langsung keluar, beberama saat kemudian. Naga kembali masuk dengan dokter serta perawat.
“Mengapa sampai seperti ini?” Dokter yang dibawa paksa oleh Naga protes. Luka Moza semula baik-baik saja, tapi kenapa sekarang makin parah?
Baik Moza dan Naga tak ada yang menjawab, membuat dokter tambah kesal. “Tolonglah, demi kebaikan pasien sendiri. Tolong hati-hati. Agar tidak memperlambat pemulihan.”
“Baik, Dok!” jawan Moza kemudian.
Setelah diperiksa dan ganti perban, Moza kini berbaring dengan tenang. Dokter mewanti-wantinya untuk tak sembarang bergerak. Setelah beres, dokter pun kembali meninggalkan ruangan bersama perawat yang ikut serta di belakangnya.
Beberapa jam kemudian.
Pukul sembilan pagi, Moza panik karena ketiduran. Ia semakin tambah panik ketika tak melihat seorang pun di dalam kamarnya. Hanya ia sendiri tak ada orang lain. Bibirnya bergetar memanggil nama putrinya, tangisnya pecah. Naga benar-benar menepati kata-katanya. Pria itu membawa Sendy dan memisahkan anak dari ibunya.
Saat ia sedang menangis sesengukan di atas ranjang rumah sakit, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka lebar. Sosok kecil berlari ke arahnya.
“Mama ...!”
Sendy berlari dengan membawa boneka besar setinggi tubuh bocah kecil tersebut. Wajahnya nampak berbinar-binar. Sepertinya putrinya sangat bahagia, dan di balik tubuh kecil itu. Datang sosok pria dengan pakaian rapi. Bukan baju rumah sakit seperti semalam.
“Mengapa ia masih ada di sini?” batin Moza sembari menatap Naga yang berjalan mendekat ke arahnya. Bersambung.
Yang punya instagram, yuk kenalan penulis ISTRI GELAP
Instagram : Sept_September2020
Terima kasih.