Seorang gadis sebatang kara, harus berjuang sendiri menghadapi pahitnya dunia.
Hingga takdir yang membawanya jatuh kepelukan pria dingin dan kasar dalam sebuah ikatan pernikahan
Akankah kehidupan mereka akan berakhir bahagia?
Ikuti terus ceritanya
Selamat membaca!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon St khadijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berduka 2
***
Beberapa jam yang lalu Jenazah oma Susi sudah tiba di tanah kelahirannya.
Rintik hujan membasahi bumi ikut mengiringi kepergian oma Susi ketempat peristirahatan terakhirnya.Bumi dan langit seakan ikut merasakan apa yang kini dirasakan keluarga Wijaya terlebih Danil.
Diatas gundukan tanah yang masih basah tampak Danil bersimpuh dengan air mata yang masih membasahi wajahnya itu, wajah yang dulunya angkuh kini hanya tersirat kesedihan.
Ia kembali merasakan apa yang pernah ia rasakan saat kepergiannya ayahnya.Sandra yang melihat putranya itu hanya bisa mengusap lembut tubuh yang gemetar itu.
Anita hanya mampu menitikan air mata, ia masih tidak percaya orang yang pernah menolongnya dan membawanya masuk kedalam keluarga wijaya kini telah meninggalkannya untuk selama lamanya.
"Nil kita pulang yah".Ajak Sandra lembut pada putranya yang enggan beranjak dari sana.
"Danil masih mau disini ma".
"Mama tau kamu sedih tapi kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu nak, badanmu sudah basah semua".Sandra masih berusaha membujuk putranya.
Seketika hening Danil hanya menunduk dengan air mata yang masih menenetes seiring tetesan air hujan.
Tidak lama kemudian akhirnya Danil beranjak meninggalkan pemakaman dengan langkah berat.
KEDIAMAN WIJAYA
Sesampainya dari pemakaman ketiga manusia itu memilih kembali ke kamar masing masing untuk membersihkan diri.
Danil yang selesai mandi hendak keluar tempat yang di tuju adalah ruang kerja.Sedangkan Anita hanya diam melihat suaminya yang hendak keluar.
Pov Anita
Setelah selesai membersihkan diri aku hendak pergi kedapur untuk menyiapkan makan siang, suasana rumah yang sepi tidak begitu aku pedulikan karena fokusku sekarang adalah memasak.Sampai di dapur aku melihat bi Sumi yang hendak memasak juga.
"Bi biar aku yang masak ya".Kataku kepada bi Sumi.
"Biar saya saja non itukan tugas saya".Balas bibi.
"Biar aku aja bi". Ucapku lagi."Baiklah non biar saya bantu".Balas bibi.
Aku dan bibi sangat menikmati kegiatan memasak kami dan sesekali mengobrol untuk mengisi kejenuhan saat menunggu masakan kami matang.
"Menurut non..nyonya Susi itu seperti apa".tanya bi Sumi padaku.
Kami memang sangat akrab makanya bi Sumi sudah tidak terlalu canggung padaku.
"Bagi aku oma itu segalanya bi, dulu oma sempat nolong aku dari kecelakaan dan oma baik banget".Ucapku dengan raut wajah sedih mengingat betapa baiknya oma padaku.
"Ya ampun non..jadi non pernah hampir kecelakaan ya".Bibi terkejut dengan penuturanku.
"Iya bi dan disitulah awal mula aku bertemu dengan oma".
Tak terasa makanan yang kami masak sudah matang semua tinggal ditata di meja makan.
"Bi aku keatas dulu ya mau panggil mama dan mas Danil.
Tok tok tok...
“Mas makan malam yuk”,Ajakku dari luar dan itu tidak mendapat sahutan dari dalam.
“Masss”,Panggilku lagi".
"Saya tidak mau diganggu”.Teriak mas Danil dari dalam.
“Tapi kan Mas belum makan dari pagi”. Ucapku lagi berusaha membujuk".
" Kamu itu bodoh atau gimana sih saya bilang tidak ya tidak dasar bodoh”.Maki mas Danil padaku sungguh membuat hatiku kembali teriris.
“Huffffgggh”.Aku memilih pergi dari sana sebelum mas Danil benar benar marah dan tujuanku lagi adalah kamar mama.
Tok tok tok
“Mahh ini Anita”,Ucapku dari luar
“Masuk aja nit ngak dikunci”.Jawab mama.
"Ma sudah waktunya makan malam,makan yuk”,Ajakku saat sudah masuk kekamar mama.
“Mm kamu duluan aja ya nit mama lagi ngak mood untuk makan”.Jawab mama memelas.
“Tapikan mama harus makan”.Aku mengelus tangan mama aku tau saat ini mama masih sedih dengan kepergian oma.
“Enggak deh kamu duluan saja mama nanti yah”.Lagi lagi mama menolak.
“Tapi kan Ma.. ”.Sebelum aku menyelesaikan ucapanku tiba tiba mama bicara.
"Anita saya tidak mau makan kalau kamu mau makan Silahkan saja jangan memaksa saya”. Potong mama dengan sedikit membentakku.
“Baiklah ma maafkan Nita karena mengganggu istirahat mama”.Ucapku sedikit sedih mendengar ucapan mama.
Pov Author
Anita menuruni Anak tangga dengan perasaan sedih sekaligus bingung dengan ucapan mama mertuanya yang sedikit membentak tadi, namun ia tetap berusaha untuk berfikiran positif.
“Mungkin mama lelah aku tidak boleh berfikiran yang enggak enggak".Ucap Anita pada dirinya sendiri.
Di meja makan Anita hanya seorang diri tanpa suami dan mertua, Anita makan dalam keheningan hanya ada suara dentingan sendok yang menemaninya, rumah besar itu seperti tak berpenghuni.
.
.
.
.
"*K*ita boleh bersedih tapi tak boleh berlarut larut dalam kesedihan".
-St khadijah-
Bersambung💚
Mksih yaa thor uda suguhkan bacaan yang baik...🙏🫰🥰