NovelToon NovelToon
Mas Dosen, Ayo Cerai!

Mas Dosen, Ayo Cerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: za.zhy

Nala Purnama Dirgantara, dipaksa menikah dengan Gaza Alindara, seorang Dosen tampan di kampusnya. Semua Nala lakukan, atas permintaan terakhir mendiang Ayahnya, Prabu Dirgantara.

Demi reputasi keluarga, Nala dan Gaza menjalani pernikahan sandiwara. Diluar, Gaza menjadi suami yang penuh cinta. Namun saat di rumah, ia menjadi sosok asing dan tak tersentuh. Cintanya hanya tertuju pada Anggia Purnama Dirgantara, kakak kandung Nala.

Setahun Nala berjuang dalam rumah tangganya yang terasa kosong, hingga ia memutuskan untuk menyerah, Ia meminta berpisah dari Gaza. Apakah Gaza setuju berpisah dan menikah dengan Anggia atau tetap mempertahankan Nala?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon za.zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Nasehat Bunda

Nala memainkan ujung selimutnya. Ia berusaha mengabaikan rasa tak nyaman di hatinya saat melihat reaksi Gaza tadi. Nala hanya menginginkan yang terbaik, baginya berpisah dengan Gaza adalah yang terbaik.

“Aku cuman mau kamu bahagia, Mas.” Nala berbicara pada dirinya sendiri. Ia meyakini apa yang sudah ia lakukan adalah yang terbaik.

Tak lama pintu ruang perawatan Nala terbuka, awalnya Nala mengira itu adalah Gaza tapi senyumnya seketika mengebang saat melihat Bunda dan tantenya berdiri dengan beberapa buah tangan.

“Assalamualaikum…” sapa Laras, Tante dari Nala.

“Waalaikumsalam, Tante…” Nala merentangkan tangannya meminta wanita cantik itu untuk memeluknya.

“Anak Tante sakit apa?” tanya Laras lembut, ia bahkan mengecup kening Nala.

“Sakit perut biasa.” Nala menjawab sambil melepaskan pelukannya. 

Ratih yang melihat interaksi anak dan adiknya hanya bisa tersenyum, Nala memang dekat dengan Laras. bahkan anaknya lebih senang saat bersama Laras ketimbang dirinya. Iri? tentu saja, tapi itu lebih baik dari pada Nala merasa dirinya tak ada yang menyayangi.

“Bunda…” panggil Nala, ia meminta agar Ratih mendekat.

Ratih menuruti, ia menghampiri Nala dan memeluk anaknya itu. 

“Kenapa bisa sakit?” tanya Ratih sembari menatap wajah Nala.

Nala hanya menggeleng. “Sudah waktunya untuk sakit saja, Bun.”

“Pucat banget wajah anak Tante,” ucap Laras sembari mengelus pelan pergelangan tangan Nala, matanya berkaca-kaca melihat kondisi Nala.

“Kakakmu ada  kesini?” tanya Ratih lagi.

“Ada tadi pagi, tapi kembali lagi karena pasien di poli nya banyak,” jawab Nala.

Ratih kembali mengangguk, ia ragu tapi sepertinya harus membicarakan ini pada Nala. Laras yang melihat Kakaknya ingin berbicara serius segera menggeleng pelan, momennya tidak pas. Nala sedang sakit.

“Nanti aja, Mbak.” Laras menyentuh tangan ratih.

Nala melihat keduanya dengan bingung, “ada apa?” tanya Nala akhirnya.

Ratih tersenyum, ia mendekat ke arah Nala dan menggenggam tangan putrinya.

“Kamu kelahi dengan suamimu, Nak?” tanya Ratih.

Nala mengerutkan dahinya, ia menatap Bundanya penuh teliti, ini bukan sekedar pertanyaan biasa, ia harus berhati-hati dalam menjawab.

“Tadi bunda dan Tantemu berpapasan dengan Gaza, wajahnya menyimpan amarah. Gaza bahkan tak menyadari kehadiran Bunda dan Tante.”

“Gak Bun, hanya salah paham sedikit saja.” Nala menjawab seadanya.

“Yakin?” tanya ratih lagi.

Nala mengangguk, ia tahu Bundanya tak semudah itu percaya padanya. 

“Apa karena Anggia?” tanya Ratih masih mengulik, ia tak puas dengan jawab Nala.

“Gak Bun, gak ada hubungannya dengan Kak Anggia.” Nala membantah ucapan Bundanya.

“Nala, jangan seperti itu, Nak. Bunda tau, kamu cemburu dengan Anggia, tapi jangan bersikap tidak sopan dengan suamimu.”

Nala ingin membantah tapi ia mengurungkan niatnya saat melihat tantenya menggeleng pelan. Lagi dan lagi, ia akan tetap salah jika membela diri.

“Berbakti dengan suamimu. Gaza rela mengorbankan keinginan demi memenuhi amanah almarhum Ayahmu. Ingat, pernikahan kalian permintaan Ayah, jangan berfikir untuk meninggalkan Gaza, Ayah akan kecewa dengan kamu.” Ratih berbicara panjang lebar, nasehat terdengar pelan sangat kontras dengan apa yang Nala dengar, itu menyakitkan.

“Bun, bagaimana jika di pernikahan kami tak ada kebahagiaan?” tanya Nala datar.

Ratih menggenggam erat tangan Nala. “Cari, Nak. Kamu harus mencari kebahagiaan itu dengan Gaza. Berusaha, coba semuanya. Jangan menyerah hanya karena kamu gak bahagia. pernikahan bukan hanya soal kamu bahagia dengan dia atau tidak. Tapi bagaimana kamu tulus berbakti, ingat ridho suamimu itu penting,” ucap Ratih dengan menggebu-gebu.

“Lalu Kak Anggia? Bagaimana dengan bahagianya Kakak?” tanya Nala, suaranya bergetar menahan tangis. 

“Anggia akan bahagia, tapi tidak dengan mengambil apa yang menjadi hakmu. Anggia dan Gaza tidak berjodoh, itu cukup untuk membuat kamu mempertahankan pernikahan kalian!”

Nala ingin membantu tapi ia memilih bungkam, ia menggigit ujung bibirnya demi meredam sesak di dadanya. Mengingat Gaza dan Anggia, ia sangat egois.

Laras menggemukkan tangan Ratih. “Sudah Mbak, tunggu Nala sembuh ya. Gak kasihan apa sama Nala? wajahnya masih pucat seperti ini, badannya aja masih hangat.” 

Laras menyentuh kening Nala untuk membenarkan ucapannya. “Masih hangat banget ini Mbak.”

Ratih mengangguk, ia memilih menjauh dari Nala. Membiarkan Nala dan Laras menghabiskan waktunya berdua. 

Laras mendekat saat melihat Raih duduk di sofa dan memilih sibuk dengan telepon genggamnya.

“Jangan dimasukin kehati.” Laras mengusap dada Nala, meminta keponakannya untuk bersabar. Selalu seperti ini, Laras selalu menjadi penenang untuk Nala dan Anggia.

Nala menunduk, ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Malu, jika ia terlihat lemah. Semua orang akan semakin meremehkannya.

“Aku gak apa-apa, Tan.” Nala tersenyum, tapi tidak benar-benar tersenyum. “Peluk lagi dong, Tan.” 

Laras tersenyum, ia memeluk keponakannya itu dengan penuh kasih sayang. Ia yang belum merasakan memiliki seorang anak sudah dianggap Nala putrinya sendiri. Rasa sakit sakit yang Nala rasakan bahkan bisa ia rasakan.

“Sabar, Nak. Jika kamu bahagia pertahankan, jika tidak lepaskan. kamu lebih tahu apa yang membuat kamu bahagia.”

Nala mengangguk, setidaknya ada seseorang yang masih peduli dengan perasaannya dengan semua rasa sakitnya. Itu sudah cukup.

***

Anggia berjalan cepat, ia menyeret langkahnya menjauh dari ruangan Nala. Tanpa sengaja ia mendengar semuanya. Adiknya selama ini memikirkan dirinya, perasaannya. Tapi dirinya tak menyadari itu semua, bahkan membiarkan semuanya begitu saja, tanpa menyelesaikan apapun.

Perasaannya pada Gaza benar masih ada, masih nyata, masih menuntut balas. Tapi apa yang diucapkan Bundanya tak ada yang salah, ia tak berhak atas apa yang dimiliki Nala.

Brak!

“Aw!” Anggia tak fokus hingga menabrak seseorang, ia berusaha menghapus air matanya. Tak nyaman jika orang lain melihatnya menangis.

“Anggia…”

Anggia menoleh, ia melihat orang yang menabraknya adalah Gaza. Seseorang yang harus dihindari. 

“Kamu nangis?” tanya Gaza, suaranya lembut menyapa telinga Anggia.

“Gak kok,” ucap Anggia bohong.

“Ada apa?” tanya Gaza lagi.

Anggia memperhatikan keadaan lorong rumah sakit, sepi. Hanya ada beberapa perawat yang berlalu lalang. 

“Kita bicara di lain saja,” ajak Anggia.

Gaza setuju, ia mengikuti langkah Anggia menuju taman di rumah sakit itu. Keduanya duduk di salah satu kursi nyaris tak berjarak.

Cukup lama keduanya diam hingga Anggia menatap ke arah Gaza.

“Kamu merokok?” tanyanya setelah menghirup aroma rokok dari tubuh Gaza.

“Satu batang,” jawab Gaza akhirnya.

Anggia hanya mengangguk, ia tahu Gaza sedang banyak pikiran. Ia membiarkan saja, sudah bukan haknya lagi mengingatkan pria itu 

“Apa yang terjadi antara kamu dan Nala? aku tau kalian lagi ada masalah.” Anggia langsung pada intinya.

“Salah paham, biasa dalam rumah tangga.” Gaza menjawab, tatapannya kosong ke arah taman.

“Za, sepertinya ini salah. Aku dan kamu,” ucap Anggia, suaranya tercekat. “Kita belum selesai, Za. Kita terkurung dalam perasan kita yang belum selesai.” 

Gaza diam, apa yang dikatakan Anggia semuanya benar, mereka berdua dalam perasaan yang belum usai. Perasaan ingin memiliki satu sama lain.

“Selesaikan Za, jangan jadikan Nala sebagai korban dari ini semua. Dia keras kepala, jika sudah memilih pergi, dia gak akan kembali. Kamu akan menyesal, Za.”

Gaza menatap Anggia saat mendengar ucapan wanita itu, ini yang ditakutkan. Nala tak sabar menunggu dan memutuskan untuk pergi.

“Kenapa dulu mengabaikan ku? kenapa tiba-tiba meminta aku memilih Nala? Padahal kamu tahu, aku mencintaimu?” tanya Gaza akhirnya.

Anggia diam, ia hanya merasa tidak pantas untuk pria di hadapannya ini. Gaza terlalu baik padanya dia tak bisa membalasnya hanya dengan cinta, ia ingin merasa pantas, ia ingin membawa dirinya menjadi lebih baik lagi, tapi wasiat ayahnya menuntut untuk segera diwujudkan.

“Kita terlalu mengabaikan perasaan kita dulu, Aku merasa tak pantas dan memilih fokus menyelesaikan pendidikan kedokteran. Aku tau, aku salah. Tapi kamu juga salah, membiarkan aku menunggu hingga aku lelah dan memilih karirku.” Suara Anggia tenang, tapi berhasil menyentil hati Gaza.

“Perjanjian keluarga harus dijalankan saat itu, Ayahmu meminta segera. Tapi kamu menolak. Saat itu aku sadar, aku menggantung hubungan kita terlalu lama dan semua sudah terlambat saat itu, aku bersalah.” Gaza mengingat semuanya, situasi saat itu sangat rumit untuk ia menentukan pilihan.

“Tapi saat itu Ayah menyuruhmu memilih, jika kamu tidak bisa memilih, Ayah membebaskanmu. Aku memang memintamu memilih Nala, tapi…” Anggia menatap Gaza. “Dengan syarat kamu mencintainya dan membahagiakannya. Kamu memilih Nala dengan kesadaran penuh, Za.” Tangis Anggia pecah.

“Maaf, aku memang salah. Aku membiarkanmu menunggu dalam ketidakpastian, baik itu dalam ketegasan perasaanku dan juga hubungan. Anggia, aku ingin ini selesai.”

Anggia mengangguk, ia rasa dirinya dan Gaza harus melepas semua perasaan yang membelenggu. Ia tak mau menjadi orang jahat untuk adiknya sendiri. Ia ingin melihat Nala bahagia.

Gaza tersenyum kala membayangkan wajah Nala. “Aku ingin membahagiakan Nala. Jadi, tolong maafkan aku. Izinkan aku melepas semua perasaanku padamu. Carilah kebahagiaanmu, karena sejujurnya selama ini aku merasa bersalah, melihatmu terkurung dalam kesendirian, itu membuatku merasa semua karena ulahku.”

Anggia menangis, entah kenapa ada perasaan sakit bersamaan dengan perasaan lega yang menyusup ke hatinya.

“Mari saling melepas, Gaza. Kamu baik, terima kasih atas cintamu dulu. Sempurnakan semua cintamu dan berikan pada Nala, ia berhak atas itu. Jangan lepaskan ia, karena kamu akan menyesal jika itu terjadi.”

Anggia mengulurkan tangannya, ia anggap semuanya selesai di sini. Tak ada lagi cinta belum usai yang menyesakkan.

Gaza menyambut uluran tangan Anggia, ia tersenyum melihat gadis yang dulu mengisi hatinya. Saat ini ia sadar, perasaannya tak lagi sama. Selama ini ia hanya memendam perasaan bersalah, ia merasa Anggia menderita karena ulahnya.

“Pergilah, temui Nala…” 

Gaza mengangguk, ia beranjak dari duduknya. Ia meninggalkan semua perasaannya di tempat ini dan memulai hal baru dengan Nala.

“Nala, tunggu aku!” bisik Gaza.

1
Agunk Setyawan
👍
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
kalea rizuky
bertele tele mau cerai ya gugat ke pengadilan agama alasannya uda g cocok g ada nafkah batin bilang aja suami mu masih suka kakak mu selingkuh secara gak langsung alias sembunyi2
partini
wih siang udah up ,,nek gimana mau dapat cicit orang mereka aja belum belah duren ,,ayo nek gercep
DewiKar72501823
author nya the best 👍🏻
partini
nafkah batin weh. ayo kalau kamu mau merek ga cerai cari cara dong biar ga jadi pasti tau lah dengan sedikit bubuk pasti bisa malam pertama
TRI FAA
ribet thorr,,coba drama ny d buat agar mreka sling mncintai😄
Reni Anjarwani
semanggat doubel up trs thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya
Wayan Sucani
Kisahnya keren... yuk lanjutannya Thor
kalea rizuky
ngapain bertahan pasangan selingkuh mereka itu
kalea rizuky
egois bgt ajuin cerai kn bisa jangan goblok mertuamu aja suka ma kakak mu kan kakakmu jg lagaknya kayak pelakor munafik suamimu jg bloon
kalea rizuky
)cari pcr aja beres nala
Mundri Astuti
tuh Gaza, mang kamu doang yg tampan, Nala dikelilingi cogan", rasain cembokur cembokur dah
partini
aduh pak dosen wkwkwkk itu baru meeting sebelum KKN kalau dah KKN apa kamu bisa tidur teringat banyak cogan yg bersama istri mu
Mundri Astuti
mang aneh si, kesannya ada maksud lain dan ngga tulus
partini
terlalu cepat perubahan nya pasti rasanya aneh,,gaza jg belum menyadari rasa di hatinya kalau terbakar cemburu mungkin baru sadar dia menunggu part di mana Nala KKN
partini
ga usah ada rencana nanti jg ada sendri bukannya nanti mau KKN banyak cogannyan otomatis banyak interaksi kalau Gaza tau pasti cemburu
partini
good story
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!