Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 17. Bukan Disekap, tapi Mau Didekap.
"Buka! Buka pintunya!!" teriak Ruby.
Ruby tak lagi dapat mendengar suara Roger. Pria yang merupakan ayahnya itu sudah pergi setelah mengurung Ruby di dalam kamar.
"Kalian tidak akan bisa memperlakukanku seperti ini lagi!" geramnya. Ruby berbalik, menuju tempat tidur, ia menyikap bantal dan lekas meraih ponselnya.
Ruby menghubungi seseorang.
"Hallo, Ruby? Kau baik-baik saja? Bagaimana rencananya? Apa berhasil? Apa pria itu memilihmu?"
Suara di seberang sana terdengar begitu bersemangat, seakan panggilan dari Ruby memang telah ia nanti-nantikan.
"Aku baik-baik saja, Airis. Jangan khawatir," jawab Ruby dengan terkekeh kecil. "Emer memilihku karena itu aku menghubungimu. Aku membutuhkan nomornya. Bisakah kau mengirimkannya, Airis? Ada yang harus aku bicarakan dengannya."
Airis di seberang sana merasa lega saat mendengar keadaan Ruby yang baik-baik saja. Ia dengan cepat memberikan nomor ponsel Emer yang sempat Emer berikan saat Airis membantu Ruby menyampaikan pesan sampai harus mendatangi kediaman keluarga Rykhad.
"Terima kasih, Airis. Kau sangat banyak membantuku," ucap Ruby pada sahabatnya yang begitu baik itu. Ruby mengakhiri panggilan setelah Airis berpesan agar ia bisa menjaga diri.
Setelah mendapatkan nomor Emer, Ruby dengan cepat menghubungi tunangannya itu.
"Hallo?"
"Aku dikunci di kamar. Aku tidak bisa keluar," ucap Ruby langsung saat panggilannya sudah diterima oleh Emer.
Emer terkejut, ia memeriksa ponselnya karena ingin memastikan siapa yang menghubunginya saat ini. "Ruby?" tanya Emer karena merasa mengenal suaranya.
"Ya, ini aku. Tunanganmu. Daddy mengunciku di kamar. Aku tidak bisa keluar." Ruby mengadu dengan suaranya yang terdengar geram.
Dan Emer yang baru saja merebahkan diri di kasur empuknya itu langsung bangun, wajahnya memerah saat mendengar aduan dari sang tunangan.
"Daddymu mengurungmu?! Kenapa? Apa yang sudah terjadi, Ruby?" tanya Emer khawatir.
Sulit dipercaya bahwa Roger ternyata bisa mengurung putrinya sendiri. Emer merasa pasti ada yang tidak beres, ia harus segera membantu Ruby dan mendatangi kediaman keluarga Sanders untuk membebaskan sang tunangan.
"Bisakah kau datang? Bukakan pintu ini."
"Iya-iya, Sayang. Aku akan datang. Tunggu aku." Emer bergegas keluar dari dalam kamar dan langsung menuju kediaman keluarga Sanders.
Sedangkan Ruby, ia terdiam mematung saat panggilan sudah diputuskan sepihak oleh Emer.
"Sayang?" gumam Ruby heran. Telinganya ragu bahwa tadi telah mendengar panggilan itu dari Emer.
*
*
*
Emer melajukan kembali mobil sportnya hingga tiba di kediaman keluarga Sanders. Baru beberapa saat yang lalu Emer pulang dari tempat ini, tapi kini ia sudah kembali menginjakkan kakinya di rumah Roger setelah dihubungi oleh Ruby.
"Kak Emer?" Rachel terkejut saat melihat keberadaan Emer di ruang tamu. Pria yang harusnya menjadi tunangannya itu dengan cepat menghampirinya.
"Di mana Ruby? Kalian mengurungnya di kamar?" Wajah Emer sudah memerah saat bertanya. Netranya menatap Rachel dengan tajam.
Rachel jelas terkejut mendengar ucapan Emer. Dan merasa heran mengapa Emer bisa mengetahui jika Ruby tengah dikurung oleh Roger.
"Apa maksud, Kak Emer? Kenapa kami mengurung Ruby?" Rachel balik bertanya, ia memasang ekspresi heran. Dan sedetik kemudian raut wajahnya tiba-tiba berubah kesal. "Aaa...apa jangan-jangan sekarang Ruby ingin berusaha mengambil perhatian Kak Emer dengan cara memfitnah kami? Menjelek-jelekkan keluarga Sanders demi bisa menjadi bagian dari keluarga Rykhad."
"Jangan mengelak! Ruby sendiri yang mengatakan padaku jika kalian mengurungnya di kamar!"
"Terserah Kak Emer mau percaya dengan gadis penipu itu!" Rachel mencoba untuk membuat Emer meragukan cerita Ruby. "Ruby sangat pintar memainkan peran sebagai korban. Dia tidak benar-benar dikurun, dia hanya ingin membuat Kak Emer percaya pada semua kebohongannya."
Rachel terus melancarkan aksinya mempengaruhi Emer. Ia bisa melihat Emer yang berusaha mengintimidasinya melalui tatapan tajam pria itu, tapi Rachel berusaha tetap bertahan dengan aktingnya.
"Tidak mungkin," ucap Emer. "Ruby tidak mungkin berbohong tentang apa yang terjadi. Aku akan memeriksanya sendiri!" Emer tetap percaya pada Ruby dan tidak mudah dipengaruhi oleh kebohongan Rachel. Ia melewati keberadaan Rachel dan langsung menuju ke lantai dua, di mana kamar Ruby berada.
Namun, ketika Emer sudah naik menuju kamar Ruby dan belum sempat ia meraih gagang pintu untuk dibuka, pintu kamar itu sudah lebih dulu terbuka dari dalam. Dan Ruby lah yang membukanya.
"Emer?" Ruby terkejut saat melihat Emer yang berada di luar pintu. Ia sedikit tersenyum—mengira jika Emer lah yang sudah membebaskannya.
"Kau tidak dikurung? Kau membohongiku?" tanya Emer, suaranya terdengar tajam. Saat bisa menemukan Ruby ternyata bisa membuka pintu kamarnya sendiri, Emer seketika merasa dipermainkan. Ia sudah datang ke kediaman keluarga Sanders dengan terburu-buru akibat rasa khawatirnya pada Ruby.
Ruby belum mengerti apa maksud pertanyaan Emer, hingga ia bisa melihat sosok Roger dan Rachel yang berdiri di ujung sana dengan bersembunyi, tengah menahan tawa seraya menutup mulut mereka dengan memainkan kunci di tangannya.
Roger lah yang sudah membuka pintu itu. Ia bergegas membebaskan Ruby setelah melihat kedatangan Emer saat bicara dengan Rachel di lantai bawah.
"Mampus!" Rachel mengolok Ruby tanpa suara, tapi Ruby mengerti dengan gerakan bibirnya.
"Aku tidak membohongi..."
"Jadi ini apa?!" tunjuk Emer pada pintu kamar yang terbuka. Ia langsung memotong ucapan Ruby karena amarahnya. "Maksudmu apa dengan bilang kau dikurung? Dan membuatku datang ke sini lagi?!"
"Aku ingin kau datang karena rindu."
Deg!
"Rindu?" tanya Emer, suaranya kembali berubah. Kesal, iya, tapi juga tergelitik.
Ruby mengangguk cepat. Kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya sudah mengepal. Mereka (Roger dan Rachel) pasti sudah menjebak Emer untuk membencinya, batin Ruby yakin. Ruby tidak akan membiarkan apa yang diinginkan dua orang itu terjadi.
"Kau sebelumnya pergi dengan raut wajah kesal. Aku memikirkan itu. Jadi...aku ingin kau datang lagi, tapi aku tidak memiliki alasan yang kuat."
Emer memicing pada Ruby. Berusaha mencari kebenaran dari ucapan tunangannya itu. Ia memang kesal saat Ruby tidak ingin bercerita tentang hubungannya dengan keluarga Sanders.
Namun, belum sempat Emer menelisik Ruby, bola matanya sudah melotot ingin keluar saat Ruby melakukan sesuatu yang begitu implusif
"Maaf karena aku belum bisa terbuka padamu, Emer. Beri aku waktu menyesuaikan diri," kata Ruby sebelum menempelkan bibir mereka dan membuat Emer mematung melupakan amarahnya.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃