NovelToon NovelToon
Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Janda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Gresya Salsabila

Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila

"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."

Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.

Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Tak Mengenakkan

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.15 malam, tetapi Mauren masih berada di kantornya. Dia duduk di teras sambil memandangi Yohan yang sedang memijit kepala Andika.

Beberapa menit lalu, Andika pingsan dan tak jua siuman meski Mauren memanggil dan mengguncang tubuhnya berulang kali. Akhirnya, dia meminta pertolongan kepada Yohan, yang kebetulan sedang shift malam.

"Kok belum bangun-bangun? Apa tidak sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja?" tanya Mauren. Dia sedikit khawatir karena mata Andika masih menutup rapat.

"Tidak usah, Bu, nanti merepotkan. Jika terlalu lama menghirup wewangian, dia memang seperti ini. Tidak apa-apa kok, dipijit sebentar pasti siuman," jawab Yohan.

"Begitukah?"

"Iya, Bu. Tapi___"

"Tapi apa?" Mauren bertanya cepat.

"Sebelumnya maaf ya, Bu. Mmm, sebaiknya Bu Mauren menjauh dulu karena Anda memakai parfume. Bukan apa-apa, Bu, biar dia lekas bangun."

Mendengar ucapan Yohan yang sangat serius, Mauren bangkit dan berjalan menjauh. Namun, tidak sampai meninggalkan tempat tersebut. Dia masih memantau dari kejauhan.

Sebagai atasan yang bertanggung jawab, Mauren tidak tenang jika meninggalkan Andika ketika dalam keadaan pingsan, walaupun sudah ada Yohan yang menemaninya.

Lima menit kemudian, tangan Andika mulai bergerak. Mata pun perlahan mengerjap dan kemudian membuka sempurna. Yohan tersenyum lebar. Dia sangat lega karena temannya baik-baik saja.

Di kejauhan, Mauren juga bernapas lega. Tanpa sadar bibirnya mengulas senyuman ketika menatap Andika mulai bangun dan berusaha duduk. Entah mengapa Mauren turut senang, padahal hubungan mereka sekadar atasan dan bawahan.

"Jelas lah aku senang dan lega, karena seenggaknya uangku aman, nggak berkurang untuk ngobatin dia," batin Mauren, dia berusaha berkilah dari apa yang ia rasakan.

Jauh di hadapannya, Andika sudah duduk sempurna. Bahkan, ia tampak berbincang dengan Yohan. Hanya saja suaranya terlalu pelan, jadi Mauren tak bisa mendengar dengan jelas.

Sesaat kemudian, Yohan bangkit dan berjalan ke arah Mauren. Wajahnya penuh dengan keraguan ketika tiba di depan Mauren, seakan-akan dia ingin bicara, tetapi tak bisa memulainya.

"Ada apa? Dia baik-baik saja, kan?" tanya Mauren.

"Baik, Bu, tapi ... tidak terlalu baik juga. Saya ... saya masih tidak tega membiarkannya naik motor." Yohan menjawab sambil menunduk.

Mauren menarik napas panjang. Sedikit-banyak dia tahu apa yang akan dikatakan Yohan. Lantas, Mauren melipat tangan di dada sambil menatap Andika yang masih memasang tampang malas.

"Bantu dia ke mobil, aku akan mengantarnya pulang!" perintah Mauren yang langsung ditanggapi dengan anggukan oleh Yohan.

"Atasan yang sangat peka, nggak salah aku mengabdi lama di sini. Semoga suatu saat dia bisa melupakan Pak Jeevan dan membuka hati untuk laki-laki lain, syukur-syukur bisa berdampingan dengan Pak Rendra," batin Yohan. Kemudian, dia berbalik dan berjalan cepat ke tempat Andika.

"Bu Mauren akan mengantarmu, ayo kubantu jalan!" ajak Yohan sembari mengulurkan tangan.

"Benarkah?" Andika menatap tak percaya.

"Iya." Yohan mengangguk. "Lekas pakai maskermu dan jangan banyak tingkah. Kasihan nanti merepotkan Bu Mauren," sambungnya.

Tanpa banyak protes, Andika memakai masker dan kacamatanya. Lalu, bangkit dan berjalan menuju parkiran. Berkat bantuan Yohan, Andika tidak kesulitan mencapai sana.

"Saya .... saya naik di sini, Bu?" tanya Andika dengan sedikit gugup.

Saat itu Mauren hanya membuka pintu depan. Andika merasa sungkan jika duduk berdampingan dengan Mauren, meski sebenarnya sangat mengharapkan hal itu.

"Menurutmu aku sopir?" jawab Mauren dengan nada tinggi dan mata pun turut menatap tajam.

Entahlah, mengapa Mauren bersikap demikian. Untuk menutupi rasa senangnya karena Andika baik-baik saja, atau memang masih memendam kesal karena kejadian sesaat yang lalu.

Tanpa memedulikan Andika yang masih kebingungan, Mauren bergegas masuk dan duduk di depan kemudi, lantas segera menghidupkan mesin mobil.

"Buruan masuk sana! Kasih alamat yang jelas, jangan membuat Bu Mauren menunggu lamal!" ujar Yohan.

Andika pun mengangguk dan kemudian masuk mobil. Dia duduk di samping Mauren dengan kepala yang menunduk. Bahkan, saat menyebutkan alamat kosnya pun Andika tidak mengangkat wajah.

Mauren tak mempermasalahkan hal itu. Dia hanya fokus dengan jalanan di depan, karena kebetulan sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Malam sudah sangat larut, Mauren tak ingin berlama-lama di jalanan.

Hampir separuh perjalanan tidak ada perbincangan di antara Andika dan Mauren. Keduanya sangat betah bersahabat dengan sunyi.

Di antara suasana yang berselimut hening, Andika mengambil ponsel dari saku celana. Entah siapa yang dia hubungi, yang jelas sangat serius dalam beberapa saat.

"Teman sekamar yang saya hubungi, Bu. Tadi ada kirim pesan, bertanya kenapa saya belum pulang," kata Andika sambil menyimpan kembali ponselnya.

"Hmm." Mauren hanya menanggapinya dengan gumaman pelan.

Andika tidak bicara lagi, hanya matanya yang melirik Mauren.

"Sebentar lagi," batinnya.

Seiring detik yang terus berdetak, mobil Mauren melaju kencang di antara kendaraan yang masih berlalu lalang. Kota yang dia tempati memang nyaris tak pernah tidur. Jangankan larut malam, dini hari pun masih banyak aktivitas di jalanan.

Beberapa menit kemudian, Mauren membelokkan mobilnya menuju jalan yang lebih sepi. Tempat kos Andika memang tidak berada di pinggir jalan raya. Wajar, hanya tempat kos yang sederhana dan murah. Tidak beda jauh dengan tempat tinggal Jeevan yang sekarang.

"Depan ini lurus, kan?" tanya Mauren ketika hampir tiba di perempatan.

"Iya, Bu."

"Masih jauh?"

"Tidak, Bu. Sudah hampir sampai kok," jawab Andika.

Hening. Tak ada lagi sepatah kata yang keluar dari bibir mereka. Andika sibuk menunduk, sedangkan Mauren sibuk dengan kemudi.

Tak lama setelah melewati perempatan, ada mobil hitam yang melaju di belakang Mauren. Karena kecepatannya cukup tinggi, maka Mauren memberi jalan untuknya agar bisa mendahului. Mauren tak merasa curiga karena itu adalah hal wajar.

Namun, perasaan tenang Mauren hanya bertahan beberapa saat. Ketika tiba di jembatan, mobil yang tadi melaju kencang kini mengimpit dan membuatnya merapat di pagar pembatas. Karena tidak ada ruang lagi untuk melaju, maka mau tidak mau Mauren menghentikan mobilnya.

Perasaan Mauren makin tak karuan ketika melihat empat orang bertubuh kekar keluar dari mobil tersebut. Mereka berpenampilan sangar dan berjalan mendekati mobilnya. Mauren menoleh ke sana kemari dan sialnya tempat itu cukup sepi.

Selain jembatan yang lumayan panjang, yang ada di pinggir jalan sana hanya ada toko-toko kecil yang sudah tutup, sedangkan perumahan warga ada jauh di belakang toko. Mauren berharap ada satu-dua kendaraan yang melintas, tetapi sayangnya harapan hanya tinggal harapan. Jalan itu tetap sunyi.

"Kamu tahu siapa mereka?" Mauren menoleh dan menatap Andika, lelaki itu sedang menatap lurus ke depan dengan ekspresi wajah yang seakan-akan memendam rasa takut.

"Tidak, Bu. Tapi ... kelihatannya seperti preman," jawab Andika dengan suara lirih.

Mauren kesulitan menelan ludah, pendapat Andika ternyata sama dengan pendapatnya.

Tak lama kemudian, salah seorang dari mereka sudah tiba samping mobil Mauren. Dia memukul-mukul kaca mobil dengan keras.

Mauren gemetaran dan menggenggam tasnya dengan erat, sementara Andika menunduk sambil tersenyum puas.

*Andika jahat atau baik?

Corat coret yuk di kolom komentar.

Bersambung...

1
Yani Mulyani
Kecewa
Yani Mulyani
Buruk
nobita
siapa lagi klau bukan Rendra
nobita
aku jadi penasaran siapa sosok Andika??? apa mungkin salah satu penggemar nya Maureen... sewaktu di dunia model???
nobita
jangan mau Maureen kembali pada suami mu yg penghianat itu... suatu saat akan terjadi lagi...
nobita
siapakah gerangan??? pemilik mobil tersebut??
nobita
siapakah dia??? jreng.. jreng.. jreng...
nobita
wow.. aku suka karakter nya si Maureen... benar benar wanita berkelas
nobita
jangan ada maaf... perselingkuhan harus dj berantas ke akar akarnya
nobita
bagus... Maurreen... balas dendam.. lanjutkan
nobita
makin tegang aja nihh.. alur ceritanya... mantapp
nobita
ya ampun aku gak bisa membayangkan... bagaimana perasaan kecewa nya Maureen pada sahabat dan suami itu
nobita
aku mampir kak... awal yang menarik
Irlindawati
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Azzahra Putri Ar
aku bacanya "Jahena" 🤭😁
IG👉Salsabilagresya: Jahena jahena... 🎤🎼🎹🎶
total 1 replies
Ashila Intan
Luar biasa
Agustina Fauzan
Lumayan
Sity Herfa
rasain..
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂
Ledy Gumay
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!