NovelToon NovelToon
AKU YANG DIANGGAP HINA

AKU YANG DIANGGAP HINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Pelakor / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Perut itu harusnya di isi dengan janin, bukan dengan kotoran mampet!”

Ara tak pernah menyangka, keputusannya menikah dengan Harry—lelaki yang dulu ia percaya akan menjadi pelindungnya—justru menyeretnya ke dalam lingkaran rasa sakit yang tak berkesudahan.

Wanita yang sehari-harinya berpakaian lusuh itu, selalu dihina habis-habisan. Dibilang tak berguna. Disebut tak layak jadi istri. Dicemooh karena belum juga hamil. Diremehkan karena penampilannya, direndahkan di depan banyak orang, seolah keberadaannya hanyalah beban. Padahal, Ara telah mengorbankan banyak hal, termasuk karier dan mimpinya, demi rumah tangga yang tak pernah benar-benar berpihak padanya.

Setelah berkali-kali menelan luka dalam diam, di tambah lagi ia terjebak dengan hutang piutang—Ara mulai sadar: mungkin, diam bukan lagi pilihan. Ini tentang harga dirinya yang terlalu lama diinjak.

Ara akhirnya memutuskan untuk bangkit. Mampukah ia membuktikan bahwa dia yang dulu dianggap hina, bisa jadi yang paling bersinar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Varell Wiratama melangkah dengan wajah angkuh, melewati Ara yang sedang mengatur jadwal meeting untuk Elan di meja kerjanya.

Tujuan pria itu adalah ruangan Elan. Namun, langkahnya jadi tertunda ketika Ara menghentikannya.

“Maaf, Pak Varell. Pak Elan sedang beristirahat,” dusta Ara.

Jauh-jauh hari, Davin sudah pernah memperingati Ara. Ada beberapa nama yang tidak diizinkan masuk ke ruangan Elan. Salah satunya—Varell Wiratama, Direktur Operasional.

“Gue mau ketemu Elan,” tutur sinis sepupu Elan.

Ara tetap setenang air. “Mohon maaf, Pak. Pak Elan nya sedang beristirahat. Apa Anda sudah buat janji?”

“Untuk apa gue buat janji temu? Lo ngeremehin posisi gue? Jangan songong lo jadi budak!” Varell menuding wajah Ara.

“Sebelumnya, saya mohon maaf, Pak Varell. Tapi, jika ingin bertemu Pak Elan—mohon terlebih dahulu membuat janji temu melalui Pak Davin ataupun saya, selaku Personal Assistant.”

Varell tersenyum remeh. “Lo pikir lo siapa?”

“Yang pasti bukan budak. Tapi, Personal Assistant.” Ara membalas senyuman remeh itu dengan tatapan tegas.

Varell mendekat, “angkuh juga ya lo. Mirip sama Tuan lo itu, cih!” Pria itu mendengus kasar. Matanya turun ke dada Ara, menatap tajam nametag yang melekat di sana. “Wajah lo bakal gue tandai. Gue pastiin, lo gak bakal lama mengais rezeki di perusahaan gue!”

Ara tetap menatap, tetap tersenyum sambil menahan degup jantungnya yang tak menentu.

Setelah Varell berlalu, Ara menghembuskan napasnya berkali-kali. Kakinya lemas dan bergetar, ia buru-buru duduk kembali ke kursinya.

“Bisa mati aku lama-lama kalau berurusan sama manusia congkak itu. Lagian, Pak Davin ke mana sih? Dari tadi siang nggak keliatan. Biasanya juga dia yang ngadepin tuh orang,” cicit Ara.

Sementara itu, Varell melangkah sambil mendengus kasar. Ia kira, ketidakhadiran Davin akan mempermudah dirinya untuk mengusik hari-hari Elan.

Namun ternyata, asisten pribadi Elan tak jauh berbeda dengan Davin. Tak gentar saat menghadapi dirinya, meskipun wanita itu tau—siapa Varell di perusahaan itu.

“Tapi, wajah si budak itu keliatan familiar. Gue pernah liat dia di mana ya? Club? Rumah bordil?” Varell bergumam sambil terus melangkah.

Namun, langkahnya terhenti kala ia teringat tulisan di nametag yang melekat di baju asisten pribadi Elan.

Senyuman di bibir Varell tiba-tiba mengembang, menyeringai. “Arawinda?! Ahahaha, ternyata kau ya?!”

...****************...

Di sudut kafe yang sepi, Harry duduk bersandar di kursinya, tangannya menggenggam cangkir kopi yang sudah tinggal separuh.

Meski gurat lelah dan amarah masih terlihat jelas di wajahnya, tetapi matanya tak lepas dari langit sore yang perlahan berubah warna—seolah menikmati rona merah yang merambat di antara awan.

Ia tidak tersenyum, tidak juga berbicara, hanya menatap diam-diam seolah mencari jawaban di balik semburat cahaya senja yang merayap di cakrawala.

“Kenapa sih, Mas? Mukanya kok bete begitu?” Tanya Puspa yang sejak tadi memperhatikan betapa masamnya ekspresi wajah Harry.

Pria itu tersentak, lalu mendengus sambil menatap Puspa yang duduk di hadapannya. “Mas ditipu habis-habisan sama Ara, Pus.”

Kening Puspa sontak berkerut. “Ditipu? Maksudnya ... ditipu gimana, Mas?”

Puspa beranjak, menarik kursinya dan meletakkan tepat di sebelah kursi Harry. Ia pun lekas duduk, tak lupa ia menghadiahkan belaian lembut di paha Harry.

Pria itu balas membelai, tetapi, dengan belaian lebih nakal.

“Ara rupanya bekerja di perusahaan ternama. Aku kira dia kerja di Toserba. Berani banget dia nipu aku,” jelas Harry.

“Perusahaan ternama?” air muka Puspa berubah drastis, jelas ia tak suka—merasa tersaingi. “Perusahaan mana, Mas?”

“SW Group, jadi asisten pribadi pula. Dia bener-bener licik. Padahal dia tau, kalau aku dari dulu kepengen banget kerja di perusahaan itu. Kayaknya dia sengaja ngelamar di sana, buat manas-manasin aku, Pus.” Harry memukul pelan meja cafe.

Puspa menggigit ujung bibirnya, ia tampak gelisah. “Kok bisa sih, orang nggak berpendidikan kayak Mbak Ara lolos kerja di sana?”

“Ngawur kamu. Gitu-gitu, Ara S1 lho,” sanggah Harry tak setuju.

Bibir Puspa maju lima centi. “Kok Mas belain dia sih?”

“Bukan belain, tapi, emang itu faktanya,” tukas Harry.

Kedua tangan Puspa bersedekap di dada. “Terus, kok kamu nggak ngelamar di sana, Mas?” tanyanya meskipun masih kesal.

“Ngapain aku repot-repot ngelamar? Kalau SW Group ingin lebih berkembang, mereka dong yang harus nyari keberadaan orang secerdas aku, Pus,” kilahnya angkuh.

Padahal yang sebenarnya terjadi, Harry sudah berkali-kali mengajukan surat lamaran kerja ke perusahaan itu. Namun, berkali-kali juga ia ditolak.

Puspa hanya manggut-manggut, layaknya domba yang mudah diperdaya.

“Tapi ngomong-ngomong, kamu tau dari mana kalau Mbak Ara kerja di sana, Mas?”

“Mas ngikutin dia diam-diam.”

“Ngapain mesti diikutin segala? Segitu cintanya?”

Perempuan yang sedang dikuasai cemburu itu menelisik sang kekasih lewat tatapan tajam.

Harry menghela napas panjang. “Mas niatnya mau jumpain bos nya. Mau ajukan pinjaman pakai nama Ara. Eh, malah aku yang dibikin kaget.”

Puspa memejamkan matanya sejenak, ia mendengus kesal. “Bukannya kamu kemarin mau minjam sama aku lagi? Kok jadi larinya ke Mbak Ara lagi sih?! Kamu rela-rela izin libur cuma buat buntutin si mandul itu! Bilang aja, kalau kamu tuh masih peduli sama dia—masih penasaran, iya kan?!”

“Sayang, bukan gitu. Kamu tau kan, aku udah kepepet banget. Di otak ku saat itu cuma nyari jalan tercepat, apalagi ... Ibu udah nanyain terus. Maaf ya? Lagian, kamu juga belum ngasih kepastian tentang pinjaman itu.” Harry menggenggam lembut jemari mulus Puspa.

‘Lembut banget, beda sama jemari Ara yang banyak kapalan. Udah kayak tangan kuli aja. Perempuan kok tangannya kasar begitu.’ batin Harry.

“Yaudah, aku maafin. Lain kali, jangan ngeharapin apapun dari Mbak Ara lagi ya. Aku nggak suka,” wajah Puspa masih cemberut. Kemudian ia mengeluarkan amplop yang cukup besar dari dalam tasnya.

“Iya, Sayang.” Harry mengecup lembut pipi Puspa.

“Ini.” Puspa menyodorkan amplop tersebut.

Harry lekas menyambar nya. Sebenarnya, pria itu bisa menduga—apa isi amplop tersebut. Namun, ia memilih untuk berbasa-basi. “Apa ini, Sayang?”

“Pinjaman yang kamu butuhkan lah. Tadinya aku mau ngasih di kantor, tapi, kamunya milih libur dan pergi ke tempat istrimu,” Puspa tersenyum kecut.

Harry membuka amplop tersebut, sibuk menghitung isinya. Setelah selesai menghitung, ia lekas memeluk Puspa. “Sayang, makasih banyak ya. Memang cuma kamu yang bisa Mas andalkan. Berbeda banget sama istriku yang pelit itu. Mas janji, bakal Mas balikin uang ini. Kamu tau kan? Lusa Mas bakal naik jabatan.”

Jemari Harry mulai meraba di bawah meja, Puspa mendesah pelan. Wanita itu pun mulai mengimbangi permainan, tangannya meremas lembut tongkat Harry yang mulai menegang. Keduanya, layaknya hewan yang tengah birahi, sampai-sampai tidak tau tempat untuk menyalurkan hasrat.

Sesekali, Harry memantau cctv di area tersebut. Ia sedikit cemas, takut aksi mereka terekam dan berujung viral di sosial media.

Dia tidak tau saja, di meja sudut belakang—seseorang tengah merekam aksinya sejak tadi sambil menghisap rokoknya dalam-dalam. Davin menatap jijik pada dua insan yang sedang melakukan aksi tak terpuji.

“Brengsek! Mesti gue juga yang turun tangan sendiri!” gerutu Davin nyaris tak bersuara. “Sial banget mata gue!”

Sementara itu, Puspa yang sudah basah—menatap Harry dengan wajah merah padam. “Mas, kita cari tempat yuk! Aku bener-bener udah nggak tahan lagi! Kita ke hotel.”

“Mas nggak ada uang, Pus. Tinggal ini uang yang aku punya.” Harry menunjuk amplop yang tadi diserahkan Puspa.

“Ah gampang itu, pakai uang ku aja. Yuk, Mas, keburu kering.”

.

.

Langit sore sudah semakin dilahap senja, Ara sudah bersiap-siap untuk pulang. Ia mengemas beberapa barang yang berserakan di atas meja kerjanya.

Namun, sebuah notifikasi yang muncul di ponsel Ara—menghentikan aktivitas nya.

Serangkaian nomor tak dikenal mengirim satu pesan: “Sampai kapan ingin terus dibodohi?”

Satu foto menyusul. Ara mengatup bibirnya rapat-rapat. Foto tersebut, menunjukkan betapa mesranya pelukan Harry dan Puspa di sebuah kamar. Lalu, beberapa detik kemudian—sebuah video percakapan antara Harry dan Puspa masuk ke ponsel Ara.

Dan dalam beberapa detik kemudian, share location pun menyusul. Ara menggenggam ponselnya dengan kedua tangan yang bergetar.

“BIADAB KAMU, MAS!”

*

*

*

1
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kamu kan levelnya makan masakan makmu, masakan istri mah, buat makan gukguk komplek.. 🏃🏃🏃
💕Bunda Iin💕
waktu kerja kantoran gaya lo pongah har...boro² nyukupin nafkah istri...giliran kerja kyk begini ngeluh...dasar manusia bersyukur kau har
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂 ( ketawa jahat )
💕Bunda Iin💕
🤣🤣🤣🤣🤣
istianah istianah
apa" jngan" si erlan dan ara mau di makcomblangin sama si davin ya ,kalau bener bgitu se 7 aq , tak pantau terus sampe mereka menikah
Tini Ratnadilla
wulan sama Davin aja, aku merestui....
Mba Ayuu
the real karma yang sering dituduhkan sama ara
Miaaaoowww😸
si wulan disuruh ngapain itu sama si davin???
pinisirinnnnnn🤭🤭🤭
Miaaaoowww😸
bolehkah saya menculik yang namanya Hary???
Miaaaoowww😸
gendeng banget jadi cowokk, pengen tonjok dehhhhh🤬🤬🤬
Sayur segar
ya gapapa sih. yg pnting kan tangan istrimu mulus. kau kan suka?
Sayur segar
dsr gk tw brsyukur kau
Star Ir
suaminya keponakan saya aja buruh angkut di pasar gak kekurangan makanan kok, gpp gak bakal kelaperan. 😁😁
Sayur segar: betul tuh. memang si harry nya aja yg suka memandang rendah pekerjaan org.
total 1 replies
Sayur segar
ngomongin apa kalian woy 🤣
Sayur segar
😆😆😆😆😆😆😆
Sayur segar
apa jgn2 bapaknya elan ngejodohin sama cwe ini?
Sayur segar
aku rasa si harry ngelarang ara kerja karna takut tersaingi
Tini Ratnadilla
selamat ara atas perceraiannya, semoga dapat ganti yang lebih baik
Mba Ayuu
siapa yang ingin diposisi ara, pasti semua wanita ingin lMenikah sekali seumur hidup. tapi kalau suaminya modelan Harry ya, nggak usah mikir 2 kali sih untuk pisah.
💕Bunda Iin💕
klo macam² manusia kadal ini dipenjarakan aj ra😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!