"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Kalea di culik dan di bawa ke rumah kosong, rumah itu sudah lama terbengkalai dan lokasinya cukup jauh dari Ibu kota, tengah hutan.
"Akhirnya, sekarang kita bisa berduaan disini.." ucap pria itu dengan senyuman. Dia melihat Kalea dari atas hingga ke bawah, kemudian mendekati Kalea, pria itu mulai membelai pipi Kalea dengan tangannya.
Namun saat ingin mencium Kalea, seseorang muncul dan berkata. "Mana uangku..?" tanyanya.
"Sialan! Apa kau ingin ku bunuh?" tanyanya kesal.
"Aku tanya mana uangku?" tanya orang itu.
"Tunggu.. aku akan mengambilnya.." jawabnya.
Orang itu hanya diam dan hanya mengulurkan tangan meminta uangnya.
"Cih, sialan.. kalau begitu, tolong jagakan wanita ini dulu!"
"Uang.."
"Ah! Dasar kau ini, padahal masih baru.. tapi pikiranmu sudah tercemar oleh uang!" ucapnya, dia menggaruk kepala sambil berjalan mengambil uang untuk orang itu. 'Bahkan menjual salah satu matanya demi anak kecil yang di bawanya waktu itu.. Ngomong ngomong, kemana anak itu sekarang?'
Orang itu duduk sambil memakan roti dari saku baju, dia memakannya begitu lahap walaupun tangannya bersimbah darah. Sesekali dia memperhatikan wanita yang diikat disana, dia tidak peduli pada nasib wanita itu dan hanya peduli pada uangnya.
Tak lama dari itu, Kalea terbangun. Dia mengerjapkan beberapa kali matanya, membiasakan retina mata untuk menerima cahaya lagi. "Ughh.. Bau obat bius itu kuat sekali.." gumam Kalea, masih setengah sadar.
Kalea pun semakin sadar, dia berusaha menggerakkan tangan dan juga kaki. Kemudian menyadari dirinya tidak bisa bergerak karena diikat kuat. "Eh?? Ternyata benar benar diculik!!"
Di saat yang sama, Kalea menoleh ke kanan dan ke kiri. Disana dia melihat seseorang dengan jubah yang menutupi kepalanya. Dia sangat yakin, orang berjubah itu ialah penculiknya!
"Hei, brengsek! Lepaskan aku! Kau akan menyesal karena menculikku! Perbuatanmu ini sangat berdosa, kau bisa masuk neraka karenanya!" teriak Kalea.
Walaupun Kalea berteriak begitu keras, orang itu hanya diam dan terus memakan rotinya hingga habis. Kalea merasa kesal melihatnya. 'Menyebalkan!!'
"Tolong lepaskan aku, jika kau butuh uang.. aku bisa memberimu uang.. tapi aku harus kembali dulu ke rumah, ya?" Kalea mulai menawarkan uang padanya.
Orang itu mulai bergerak. Kalea merasa senang saat bersamaan, namun kembali kesal karena orang itu bergerak untuk mengambil roti lagi di dalam saku baju itu. "Si brengsek ini!!" Kalea kesal.
Kalea tidak menyerah dia terus mengoceh dan terus berusaha memujuk orang itu agar membebaskannya. "Oh! Ayolah! Bebaskan saja aku, aku bisa memberimu uang dan makanan, atau.. apa kau ingin sesuatu lagi, rumah? pakaian? aku bisa memberimu itu, karena aku ini kaya loh, setidaknya itulah yang dikatakan pelayan ku.."
Dia masih makan tanpa merespon Kalea. Di saat yang sama, perut Kalea berbunyi. Kruukkk~ lapar. 'Ah, masa aku tergiur saat melihatnya makan roti?'
Suara perut itu begitu nyaring, Kalea merasa sedikit malu dan canggung, karena situasinya begitu hening. "Ah! Hahaha.. itu suara kodok.." ucap Kalea.
Orang itu berdiri tanpa bicara, kemudian mengulurkan roti itu pada Kalea, dia melepaskan penutup kepalanya dan berkata. "Makanlah.. Jangan mati karena lapar.."
"Eh?" Kalea bingung.
Orang itu ternyata seorang wanita, sebelah matanya tertutup. Kalea yakin parut dibagian mata itu seperti bekas operasi. "Tidak.. Itu suara kodok kok.." ucap kalea. Suaranya pelan karena dia masih fokus melihat sebelah mata wanita itu.
"Makanlah! Setidaknya jangan mati karena kelaparan.. Itu sungguh menyedihkan.. Aku benci melihatnya!"
"Tapi.. aku tidak akan mati karena kelaparan.."
"Seperti itulah yang dia katakan padaku!!"
Kalea terlihat bingung, dan mau tidak mau dia mulai memakan roti yang di suapkan itu. "Terima kasih.." ucap Kalea.
Beberapa menit kemudian, pria itu kembali. Dia terlihat bersemangat saat itu. Membawa amplop tebal untuk wanita tadi. "Baiklah! Ini uangmu.." ucapnya.
Wanita itu mengambil cepat uang itu, kemudian mulai bergerak menjauhi mereka.
"Wah, sayangku sudah bangun ya.. sebenarnya aku ingin melakukan itu saat kau pingsan, kemudian aku mengejutkanmu saat bangun, tapi sepertinya akan menyenangkan kalau bermain saat kau bangun, akan ada perlawanan diantara kita.. Hihi.."
Kalea meneguk ludahnya dengan payah. Kemudian dia melirik arah wanita tadi dan berkata. "Tunggu!" Kalea berusaha menahan wanita itu.
Wanita itu hanya berdiri diam, mengepal tangannya dengan erat.
Kalea segera berbicara lagi. "Seperti yang aku bilang sebelumnya.. aku kaya, aku bisa memberimu uang dan juga tempat tinggal, jika kau membantuku.. aku janji.. aku janji kau tak akan kelaparan lagi.." ucap Kalea, dia merasa sedikit malu saat mengatakan dirinya kaya, hanya saja demi menyelamatkan diri, dia hanya perlu mengetepikan rasa malu itu.
"Seberapa kaya dirimu?" tanya wanita itu.
"Oh? Ayolah.. Kalian berdua mau apa sekarang?" tanya pria itu, dia terlihat kesal dan emosi.
"Aku lebih kaya dari pria ini?" jawab Kalea.
"Tidak. Kau harus bilang kau lebih kaya dari Raja di wilayah ini!" ucap wanita itu, Duaghh!! Dia memukul telak wajah pria itu.
"Argh!! Sialan, kau mau cari mati ya?!" tanya pria itu, dia segera membalas pukulan wanita itu, Buagh! Dia berhasil memukulnya.
Wanita itu tetap tangguh, dia berdiri tegap dengan hidung yang berdarah. Pria tadi tersenyum kesal saat melihat ketangguhan wanita itu.
"Mati kau!"
Sett! Wanita itu bersiap, kemudian berbalik cepat dan melayangkan tinju. Pria itu segera menangkap tubuh wanita itu, namun diluar dugaan wanita itu menyiku punggungnya dengan begitu kuat.
"Ohokk!!" Pria itu terbatuk hingga muntah.
Setelah mengalahkannya, wanita itu segera berlari ke arah Kalea. Dia berusaha melepaskan ikatan tali yang mengikat Kalea, namun disaat yang sama pria itu lagi lagi bangun dan tersenyum lebar.
"Tunggu, belakangmu!!" ucap Kalea.
Dugh! Pria itu memukul wanita itu dengan bongkahan kayu yang ada disana. Karena pukulan itu, dia pingsan dan jatuh.
"Arghh!! Sialan! Padahal aku ingin bersenang senang!" teriak pria itu, dia terlihat kesal dan marah. Memegang bagian wajah yang terluka akibat pukulan wanita tadi.
Kalea sedikit takut, ikatan ditangannya sudah lepas. Namun dia berpura pura untuk tetap diam, memikirkan cara lain untuk mengalahkan pria itu.
Pria itu kembali menatap Kalea. Tatapannya berubah menjadi tatapan yang menjijikkan. Kalea memejamkan matanya, kemudian membukanya kembali.
"Sayang, ayo lakukan sekarang.. aku ini tidak sabaran loh!" ucap Kalea dengan nada manja.
"Wah? Wah!! Hebat! sekarang kau berubah pikiran ya?"
"Ya, sayang.. apa untungnya aku melawanmu, ayo kita bersenang senang saja?"
"Sial, aku suka sikapmu itu, aku datang sayang!"
Kalea bersiap siap menggenggam erat tali itu, begitu pria itu mendekat Kalea akan merobohkannya dengan tali itu. 'Aku tidak begitu yakin akan menang darinya, namun.. aku harus mencobanya! Berdiam saja tidak akan mengubah apapun!'
Pria itu mulai membelai wajah Kalea, kemudian mulai memeluk tubuh Kalea dengan penuh nafsu. 'Satu.. Dua..' Kalea menghitung dalam hati, dia melilitkan tali itu pada leher pria itu.
"Apa..?" pria itu mulai menyadarinya.
Namun dengan sigap, Kalea menahan dan menarik talinya. Pergerakannya terbatas. Kalea mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkannya. Tapi mereka jatuh bersama, tali itu sedikit longgar, membuat pria itu bergerak lagi dan nyaris memukul Kalea, beruntung Kalea menarik tali itu lagi, dia menariknya sekuat tenaga.
"Lepaskan akh!! aku.. tidak bisa bernafas!"
"Haa!!!" Kalea menarik tali itu terus.
"Kau.. Kau.. ugh!!" pria itu melotot ke arah Kalea.
Kalea begitu takut saat melihatnya, dia mengalihkan wajahnya ke arah lain. Pria itu mulai kejang dan sulit untuk bernafas. Seketika Kalea tidak yakin dengan dirinya sendiri, tali itu kembali longgar. Memberi waktu untuk pria itu bernafas, namun karena lama tak dapat menghirup oksigen, pria itu pingsan.
Kalea menangis, tubuhnya terasa lemas. Dia nyaris merenggut nyawa seseorang dengan tangannya, dia bergerak pelan dan berdiri. Kalea harus melarikan diri secepatnya, saat di ambang pintu Kalea menoleh ke arah wanita yang ingin menolongnya tadi.
'Bagaimana ini? apa aku harus menolongnya?'
.
.
.
Bersambung!