Mencinta kembali, apakah mungkin bagi Dewi Bhuana Joyodiningrat. Diusianya yang sudah lebih dari kepala 4 sekarang, dirinya kembali dihadapkan oleh 2 pria dari masa lalunya.
Ditinggalkan begitu saja, membersarkan anaknya sendirian. Dan kini orang itu kembali hadir berbarengan dengan orang lain dari masa lalunya.
Hendra Kusuma dan Aji Kurniawan. Satu adalah mantan suaminya, dan yang satu adalah temannya.
Siapakah dari kedua pria itu yang bisa membuat Dewi kembali mencinta?
Akankah putri Dewi yang bernama Aisya menerima kembali sang ayah yang meninggalkan mereka bahkan saat dia tidak diketahui sudah ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loving Again 19
Jika Alifa tengah ketakutan karena kemarahan Hendra, maka Aisya tengah menikmati rasa penasaran yang dirasakan oleh Hendra.
Dia tahu betul bahwa pria itu begitu penasaran dengannya.
"Sebenarnya aku sangat kesal kenapa wajah ku ini lebih mirip dengannya ketimbang Ibu. Padahal aku lebih suka jika wajah ku mengambil Ibu lebih banyak dari pada pria itu, huft. Uhhh aku rindu Ibu. Ibu sedang apa ya? Telpon video ah."
Aisya tengah beristirahat di kamarnya. Dia senang sekali akhirnya hari ini bisa pulang ke rumah lebih cepat. semua itu atas kebaikan dokter utama di departemen bedah saraf.
Aisya dan rekan-rekannya sudah sangat bekerja keras dua pekan ini, sehingga mereka diberi reward untuk pulang lebih awal.
"Assalamualaikum ibu ... Ais kangen sama Ibu."
"Waalaikum salam Ais, anak kesayangan ibu yang paing cantik. Sama Ibu juga kangen. Bagaimana kegiatan kamu di sana, sayang? Kabar Pakde sama Bude juga bagiamana?"
Obrolan seru pun terjadi begitu saja antara Dewi dan Aisya. Tidak dipungkiri bahwa Dewi sangat rindu dengan putrinya itu. Namun memang waktu belum bisa membuat mereka bersama. Masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan oleh Dewi sehingga membuatnya harus menunggu untuk bisa kembali ke sisi putrinya.
"Dew, lagi telpon?"
"Iya Bang, anak aku."
Oooh
Aji muncul dari belakang. Rupanya tadi dia sedang izin menggunakan toilet rumah Dewi. Dan entah sejak kapan Aji menjadi sering mengunjungi Dewi.
"Bu, siapa?"
Aisya mengerutkan alisnya. Kemunculan Aji tadi ternyata masuk ke dalam frame, sehingga Aisya bertanya demikian. Dia memerhatikan samping-samping dimana Dewi berada. Dan itu jelas sekali teras rumah.
Namun Aisya tidak pernah menyangka bahwa akan ada sosok lain di sana. Terlebih itu adalah seroang pria. Selama ini Dewi tak pernah punya teman pria. Aisya tahu betul akan hal tersebut. Jadi tentu saja dia merasa heran, mengapa ada seorang laki-laki di sana.
"Oh ini, ini Om Aji namanya. Dia adalah kakak kelas Ibu jaman SMA. Bang, Aisya ingin tahu kamu."
"Halo Aisya, kenalkan aku Aji Kurniawan. Aku teman Ibu kamu dulu saat masih SMA. Semangat ya koas nya."
Degh!
Mata Aisya membulat sempurna ketika melihat wajah Aji. Wajah itu jelas sama sekali bukan asing di matanya. Meskipun tidak kenal secara personal namun wajah Aji jelas dia tahu betul. Dan apa yang terjadi, mulut Aisya menganga lebar.
"Dokter Aji Kurniawan? Dokter Aji yang itu? Ya Allah, Ibuuu itu Dokter Aji teman Ibu. Aaah Ibu, aku ngefans sekali sama Dokter Aji. Aaah sungguh tidak menyangka ternyata Dokter Aji teman Ibu."
Eh?
Aji dan Dewi saling pandang. Mereka terkejut melihat reaksi Aisya yang begitu heboh. Lihatlah, gadis itu bahkan sangat salah tingkah.
"Eh, Aisya tahu tentang aku?"
"Tahu lah Dok, saya ngefans sekali sama Dokter. Saya sering lihat Dokter jadi pembicara melalui youtube. Saya juga punya beberapa buku milik Dokter Aji. Dan saya punya cita-cita untuk ambil spesialis bedah jantung juga. Saya terinspirasi dari Dokter."
Aji sangat speechless dengan apa yang dikatakan oleh Aisya. Jujur dia sangat senang karena dirinya bisa mengisnpirasi anak-anak muda seperti Aisya. Lihatlah wajah bangga nya itu dan Dewi bisa melihatnya dengan jelas.
Sedangkan Dewi, dia sangat senang karena putrinya begitu bersemangat.
"Kalau begitu, yang rajin ya belajarnya. Yang rajin juga koas nya agar kamu bisa mewujudkan cita-cita kamu."
"Siap, terimakasih banyak Dokter Aji untuk semangatnya. Terimakasih banyak. Ibu terimakasih juga. Aaaah aku senang sekali bisa bicara dengan Dokter Aji."
"Next time mari bertemu dan bicara banyak hal. Tapi Aisya tidak keberatan kan kalau aku berteman kembali dengan ibu mu."
"Tentu tidak, Ibu mau berteman dengan siapa saja itu hak ibu kok, Dok."
hahahha
Aji tertawa puas. Dia seolah mendapat jalan terang untuk berteman kembali dengan Dewi. Dan entah mengapa rasanya menyenangkan bagi Aji mendengarkan hal tersebut langsung dari mulut Aisya.
"Kalau begitu Ibu sudah dulu ya, Aisya dipanggil Bude. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Laah sudah begitu. Kenapa malah banyakan ngobrolnya sama Abang dari pada sama aku?"
Hahahah
Lag-lagi Aji tertawa puas. Memang benar tadi malah dirinya yang banyak bicara dengan Aisya ketimbang Dewi. Dan ternyata sikap Aisya menyenangkan juga sepeti Dewi.
"Dia terlihat begitu cerdas, sama sepertimu."
"Eiii bisa saja Abang ini. Tapi aku sungguh tidak menyangka dia begitu menyukai Abang Lho."
"Laah apalagi aku. Anak kamu, ternyata ngefans sekali sama aku. Duuuh jadi bagaimana gitu rasanya."
Dewi tersenyum lebar. Tapi dia suka karena menurutnya Ais mengidolakan orang yang tepat. Aji selain cerdas, dia juga baik dan tidak neko-neko. Hanya saja sifatnya saja yang kadang slengekan dan itu agaknya tidak berubah hingga sekarang.
"Jadi apa kamu juga akan pindah lagi ke Jakarta, Dew?"
"Iya Bang, rencananya sih gitu. Kalau dihitung mungkin 2 bulan lagi."
"Oh begitu ya, cepat juga. Kalau gitu kamu harus main ke rumah aku gantian lho ya sebelum pindah."
"Iya, nanti aku bakalan main ke sana. Tapi Bang apa tidak ada masalah kita sering bertemu begini."
Tanpa harus dijelaskan, Aji mengerti maksud yang terkandung dalam ucapan Dewi. Pria itu pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada masalah, dan tidak ada siapapun yang mempermasalahkannya, Dew. Aku adalah pria single yang sedang tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Jadi aman jaya sentosa. Kamu juga demikian bukan?"
"Ya betul. Kalau begitu aku tenang. Aku tidak ingin dianggap macam-macam. Aku menegaskan seperti ini karena jika kamu tengah punya seseorang yang dekat, hubungan kita yang hanya teman ini pasti akan mengganggu pikirannya."
"Eii sudah kukatakan aku ini tidak laku, Dewi."
Dewi mengerucutkan bibirnya, jelas saja itu tidak mungkin. Dulu ketika masih SMA saja penggemar Aji begitu banyak. Dia yakin sekarang pun demikian.
Aji berkata sepeti itu ya karena memang dia tidak pernah menanggapi mereka. Jika ditanggapi, yakinlah bahwa dia akan dicap sebagai pria playboy.
"Coba kutanya, sudah ada berapa orang yang melamar mu, Bang?"
"Ehh berapa ya, entah lah."
"Tuh kan."
Hahhaha
Sudah berapa kali Aji tertawa hari ini saat bersama Dewi. Pun dengan Dewi, ketika bersama Aji, Dewi seperti mendapat dunia baru yang menyenangkan.
Ada hal yang Aji tidak sadari, bahwa dia senang melihat Dewi tertawa dan dia ingin selalu membuat Dewi tertawa.
"Apa kamu tahu Dew, tawa mu itu sama sekali tidak berubah. Entah itu dulu atau sekarang, keduanya sama-sama cantik."
Degh!
TBC
Jatuh cinta berjuta rasanya
Biar siang, biar malam terbayang wajahnya
Jatuh cinta berjuta indahnya
Biar hitam, biar putih manislah tampaknya
🎶🎶🎶🤣
emng y,yg nmanya jth cnta tu ga pndang usia....brsa msih 17 thn....mga jdoh sm dewi y bang....