Kisah bermula dari seorang mahasiswa yang tiba tiba batal menikah, penyebab batal, tunangannya memilih membatalkan pernikahan karena mencintai pria lain dan sudah berselingkuh lama dengan pria itu.
Walau hatinya hancur, sang mahasiswa mengijinkan tunangannya pergi dan tentu saja tunangan nya langsung pergi dengan laki laki barunya tanpa mengetahui kalau sebenarnya dia salah memilih dan salah mengambil keputusan.
Alasannya karena sang mahasiswa yang di hina bukanlah mahasiswa dan pemilik kafe biasa, dia memiliki rahasia yang tidak pernah terbayangkan siapapun di belakang layar.
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, healing, psikologi, ceo.
100% fiksi ya, murni hasil pemikiran author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Lima jam kemudian, jet pribadi mendarat di sebuah pulau yang berada di sebuah kepulauan tropis yang berada di samudra pasifik. Pulau itu memiliki sebuah lapangan terbang sendiri dan sebuah menara pengawas. Setelah pesawat berhenti, Liam menoleh melihat Luna yang tidur bersandar pada dirinya dan Laura yang tidur bersandar ke dinding, tangan Liam terangkat dan mengelus rambut Luna,
“Luna, kita sudah sampai,” ujar Liam.
“Um,”
Luna membuka matanya, kemudian dia berkedip beberapa kali dan menoleh melihat Liam dan tersenyum,
“Udah sampai ya ?” tanya Luna.
“Yup, sekarang kita bangunin Laura,” jawab Liam.
Setelah Laura terbangun, mereka turun dari pesawat di bantu oleh seorang pramugara. Monica dan keluarganya sudah turun terlebih dahulu. Ketika berdiri di pintu, Luna dan Laura tercengang melihat sebuah landasan pesawat kecil di tengah pulau, sebuah bangunan yang agak jauh di depan mereka, bangunan itu terlihat memiliki enam lantai seperti gedung dan terlihat luas membentang dari kiri ke kanan.
“I..ini dimana ?” tanya Luna.
“Oh selama datang di pulau ku,” jawab Liam sambil menoleh berdiri di tangga dan memegang kepalanya karena rambutnya yang panjang tergerai tertiup angin.
“Pulau...mu ?” tanya Laura.
“Iya, lokasinya tidak jauh dari resort tujuan kita kok, ayo turun,” ajak Liam.
Liam kembali berjalan turun dari tangga di ikuti Luna dan Laura yang terus menoleh memeriksa sekitarnya, landasan di kelilingi rerumputan dan beberapa ratus meter kemudian terhampar hutan tropis penuh pohon kelapa. Mereka berjalan di jalan setapak yang berbukit dan menurun menuju bangunan, ketika mereka menoleh ke kanan, terlihat dermaga kecil dengan beberapa kapal yacht berada di tambatan. Setelah berjalan selama 20 menit melintasi jalan setapak dari batu yang indah, mereka akhirnya sampai di sebuah villa yang nampak seperti gedung enam lantai dan sangat lebar.
Di sekitar villa juga ada beberapa bungalow kecil mirip resort yang langsung berada di sebelah pantai. Liam menoleh melihat Luna dan Laura yang berdiri mematung melihat villa besar itu,
“Oh ini villa perusahaan ku yang biasa di pakai untuk retreat karyawan, meeting dengan para investor besar dan kalau kita membuat gala atau pesta untuk sosialisasi dengan perusahaan perusahaan lain. Di dalam ada restoran, ballroom, kasino dan sport center, tapi biasanya di buka khusus kalau ada acara sih,” ujar Liam.
“Oh...begitu,” gumam Luna dan Laura.
“Ayo, kita di bungalow,” ajak Liam.
“Ok,” balas Luna dan Laura.
Mereka terus berjalan, setelah melewati villa, mereka bisa melihat ada beberapa lapangan olah raga seperti lapangan golf mini, tenis, basket, volly dan kolam renang ukuran internasional yang luas. Mereka sampai di sebuah bungalow yang cukup luas, dua lantai, memiliki kolam renang di belakangnya dan langsung berhadapan dengan pantai pribadi di bagian depannya.
Luna dan Laura menoleh melihat deburan ombak di pantai dan samudra yang luas, keduanya tersenyum dan saling menoleh melihat satu sama lain karena sudah jelas liburan ini lebih dari yang mereka bayangkan. Keduanya berlari masuk ke dalam bungalow yang berbentuk seperti rumah tradisional namun kokoh dan baru, menyusul Liam yang sudah masuk ke dalam.
Ketika masuk, mereka melihat bagian dalam tertata dengan rapi, perabot perabot modern dengan casing tradisional, dapur yang luas, ruang tengah yang rapi dan dua kamar di atas. Mereka melihat Liam duduk di ruang tengah dengan dua koper, tas punggung dan kantung tergeletak di depannya. Tapi mereka menoleh melihat sekitar dan tidak melihat Monica juga keluarganya di dalam bungalow, keduanya menghampiri Liam.
“Liam, kak Monica di mana ?” tanya Luna.
“Dia di bungalow sebelah sama keluarganya,” jawab Liam sambil menunjuk jendela di belakangnya.
Luna dan Laura berjalan ke jendela, mereka melihat sebuah bungalow lagi tepat di sebelah bungalow mereka dan di antara kedua bungalow itu ada sebuah taman kecil dengan sebuah gazebo, tempat pembakaran untuk membuat barbeque, sebuah meja kayu juga kursi nya yang panjang dan beberapa permainan anak anak seperti perosotan, junkat jungkit dan ayunan. “Byurrr,” “hahaha,” terdengar suara di belakang bungalow sebelah, keduanya menoleh melihat kolam renang dan suara terdengar dari sana.
Keduanya berjalan masuk melalui pintu di sebelah dapur kemudian keluar dan menemukan sebuah kolam renang kecil pribadi, kolam jacuzzi di sudut nya dan beberapa kursi malas di teras tempat mereka berdiri. Area kolam renang di batasi oleh dinding dari bambu yang tinggi dan tanaman rambat untuk menghalangi pandangan dari luar.
“Wow,” ujar keduanya dalam hati.
“Mau berenang ?” tanya Liam yang berdiri di belakang keduanya.
“Yuk, berenang,” ujar Laura yang langsung membuka kausnya, dia sudah memakai bikini berwarna biru tua polos dari sejak berangkat.
“Langsung ?” tanya Luna.
“Iya, (menoleh mendengar suara ribut di sebelah dan terdengar suara Monica juga Matthew yang menasihati anak anak mereka) mereka saja sudah berenang tuh,” ujar Liam menunjuk ke dinding sambil tersenyum.
“Duluan ya,” ujar Laura yang sudah membuka celana nya dan lari menuju ke kolam renang.
“Byuuuur,” Laura melompat ke dalam kolam dan muncul kembali sambil mengusap rambutnya yang panjang dan mendadak menjadi lurus tidak bergelombang.
“Ayo dong,” teriaknya sambil melambaikan tangannya kepada Liam dan Luna.
Liam membuka kausnya dan membuka celana panjangnya, kemudian dia berjalan perlahan ke arah kolam sambil mengikat rambutnya dan turun masuk ke dalam kolam, kemudian dia menoleh melihat Luna yang masih berdiri di tepi kolam.
“Ayo Luna,” ajak Liam.
“Iya,” balas Luna.
Laura langsung mendekap Liam dari belakang dan tertawa senang, kemudian dia menoleh melihat Luna,
“Ayolah, kenapa bengong,” ujar Laura.
Luna tersenyum kemudian dia membuka kausnya dan memperlihatkan bikini merah yang juga sudah di pakainya sejak berangkat tadi. Kemudian ketiganya berenang dan bermain main di dalam kolam renang. Ketiganya nampak riang dan bercanda, tiba tiba “byuuur,” mereka di siram air dari sebelah,
“Hahaha perang air,” teriak Monica dari sebelah.
“Siapa takut,” balas Liam.
Dia keluar dari kolam dan berlari ke dalam ruang sauna, kemudian dia mengambil ember air dan mengisinya, “byuuuur,” “waaaaaaaa....awas ya,” teriak Monica di sebelah.
“Berenang sama sama aja kak di sini,” teriak Liam.
“Ok, kita kesana ya,” teriak Monica.
Tak lama kemudian, Monica membuka pintu pembatas di dinding bambu dan masuk bersama kedua anak nya, Matthew menyusul sambil menelpon kemudian setelah selesai dia berbaring di kursi malam mengenakan kacamata hitam menikmati siraman sinar matahari sore. Luna dan Laura melihat Monica yang memakai bikini seperti training vest dan celana nya berwarna hitam, tapi lekuk tubuhnya sangat indah dan nampak jauh lebih dewasa dari keduanya.
Karena merasa di perhatikan oleh Luna dan Laura, Monica menoleh melihat keduanya, dia tersenyum dan menghampiri keduanya,
“Kenapa ? bodi ku bagus ya hehe,” ujar Monica.
“Hehe iya kak, kayak model,” ujar Luna.
“Kakak kayak selebriti, beneran,” ujar Laura.
“Bisa aja kalian, yuk lomba berenang sama aku,” ujar Monica.
“Hmm ga mau ah,” balas Luna.
“Yang menang dapat Liam,” ujar Monica berkedip.
“Loh kok ?” tanya Luna dan Laura.
“Gini gini aku juga suka sama Liam loh, kita sepupu dan berbeda usia jauh, tapi itu bukan halangan kan ?” tanya Monica tersenyum.
“Loh kakak kan udah ada suami ?” tanya Laura.
“Memangnya kenapa kalau ada suami, kalau sama Liam sih dia pasti ok ok aja, malah kadang aku di suruh nemenin Liam berdua aja hehe,” balas Monica berbisik santai dan terus memprovokasi dengan sengaja bergoyang memamerkan tubuhnya.
Luna dan Laura tidak bisa membalas lagi, mereka menoleh melihat Liam yang sekarang sedang duduk sambil mengobrol dengan Matthew yang berbaring santai di kursi malas. Kemudian mereka menoleh melihat Monica,
“Ayo, siapa takut,” ujar keduanya.
“Hehe sip,” balas Monica.
Akhirnya mereka bersenang senang di kolam renang dan bermain sampai menjelang malam, tanpa memikirkan apa apa.
αყσ ƚɾιρʅҽ ʅ ʅαɳʝυƚƙαɳ...
ʂҽɱαɳɠαƚ υρ ɳყα ƚԋσɾ