NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:935
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 Rahasia Lucien

Matahari mulai menyingsing diufuk timur, cahaya menyelinap melalui celah-celah jendela kaca membuat siapapun yang tengah berbaring didalam selimut akan terusik, terutama seorang wanita yang masih berada dibawah kasur.

Dughh

Spontanitas tubuhnya yang sudah kembali sadar membuat kepala itu terbangun dengan tergesa hingga bersentuhan dengan bagian bawah papan yang ditumpangi oleh kasur, menimbulkan suara keras hingga sakitnya terasa menjalar di sekitar ubun-ubun.

Liliana langsung membelalakkan mata mengatahui keberadaannya masih sama seperti semalam, tidak ada yang berubah.

Dengan perlahan ia menggeser tubuhnya untuk dapat keluar dari kolong yang penuh dengan debu itu. Begitu tubuhnya benar-benar bebas, ia langsung melesat kearah pintu tanpa menghiraukan keberadaan Lucien yang berbaring diatas tempat tidur.

"Hei! What are you doing here?"

Suara itu—suara Lucien yang terdengar lebih berat dari biasanya. Mendadak tubuh Liliana kaku ditempat, ia tidak membalikkan tubuhnya hanya bergeming.

"Sorry, tuan saya tadi baru dari luar—sedang mencari anda," dalih Liliana yang perlahan membalikkan tubuhnya menghadap Lucien.

Lucien yang masih dengan wajah bantal menatap nanar kearah Liliana, "Dengan penampilan kotor itu? Apa sekarang pekerjaan anda bertambah menjadi tukang bersih gudang?"

Lucien bergerak membenarkan duduknya yang bersandar di sisi ranjang. Matanya menatap Liliana dari atas hingga bawah, penampilan kotor dengan bau debu yang menyengat.

"Iya tuan, saya ijin keluar," jawab Liliana dengan senyum, terasa sangatlah canggung.

Saat gadis itu ingin membuka pintu ia mulai bertanya, "Ada perlu apa?"

Liliana menoleh, kali ini ia benar-benar terjebak dalam kalimat nya sendiri, tetapi ia masih berusaha santai dan membalas, "Hanya meminta tolong memasangkan foto diatas lemari, tapi sepertinya saya bisa melakukan sendiri terimakasih."

Gadis itu segera pergi keluar dan menutup pintu dengan sedikit keras. Lucien tersenyum, tampak senyuman remeh, "Sangat tidak masuk akal."

Matanya bergerak ke bawah, menatap lembaran cek senilai 500 juta rupiah di tangannya. "Cukup berani, tetapi tidak akan semudah itu untuknya bisa merebut kembali Aehara."

Lucien bangun dari ranjangnya, kakinya melangkah menuju balkon disisi kanan meja kerjanya. Tangan yang berurat itu bergerak mengambil korek api yang tergeletak diatas meja bundar. Sejenak membiarkan cahaya matahari menyapu kulit wajahnya, sebelum kedua tangannya mempersiapkan untuk membakar lembaran tersebut.

Bibirnya mengerucut, meniup abu yang mulai melayang jatuh didepan matanya.

"Aku rasa harus lebih tegas memperingatimu Liliana, untuk percobaanmu berikutnya," gumamnya.

Tak lama usai memandangi langit, pria dengan jenggot yang mulai tumbuh lebat itu berbalik masuk kedalam kamarnya.

Ia akan bersiap untuk membersihkan dirinya kemudian pergi ke kantor. Hari-harinya hanya akan dia lakukan untuk bekerja dan belajar, tiada hal yang lebih menarik dari dua hal itu baginya.

Lucien tumbuh besar dilingkungan yang memaksa dirinya untuk selalu belajar dan belajar, tidak ada kata malas dalam mendidik anak cucu dikeluarga Dravenhart. Hingga tumbuhlah ia menjadi sosok dingin yang hanya menghabiskan waktu untuk berbisnis dan membaca buku.

Menit demi menit berlalu, kini Lucien telah siap dengan setelan serba hitam kecuali kemeja bagian dalamnya yang berwarna putih. Ia mengamati pantulan wajahnya di cermin. Beberapa tahun yang lalu ialah masa ketika terakhir kalinya ia memuja wajah tampannya sendiri, tapi sepertinya kini ia sudah muak memujanya.

Lucien melangkah keluar dari kamarnya, tidak melupakan untuk menguci. Ditakutkan jika gadis tetangga itu akan menerobos untuk kedua kalinya.

Bertepatan dengan keluarnya Lucien, tidak lama kemudian Liliana ikut keluar dengan setelan blazer berwarna cream serta bawahan warna senada. Keduanya saling bertatapan dalam beberapa detik sebelum Liliana memilih untuk berjalan mendahului Lucien.

"Pakai ini," ucap Lucien yang tiba-tiba berjalan disampingnya seraya menyodorkan kunci mobil pada Liliana.

Liliana menghentikan langkah, ia tidak paham dengan maksud Lucien yang hanya mengatakan hal sepatah kata tanpa memakai keterangan. Liliana menatap penuh tanda tanya pada pria itu.

"Tidak mungkin saya selalu mengantar anda, atau mau pakai supir?" tanya pria itu dengan nada datar.

Gadis itu menggeleng pelan, lalu menjawab, "Saya belum memiliki sim A dan saya juga belum bisa mengendarai mobil."

"Baiklah—" Lucien menarik tangan Liliana, menjatuhkan kunci mobil itu ditelapak tangan gadis yang lebih muda darinya. "Tunggu dimobil itu, nanti supir saya akan mengantar anda."

"Terimakasih tuan Lucien."

Sementara pria itu tidak membalas dan memilih meninggalkan Liliana.

...~• suddenly become a bride •~...

Langkah tegap yang ditimbulkan dari penyatuan lantai dan sepatu pantofel milik Lucien terdengar memecah kebisingan ruangan para karyawan, sejenak tidak ada suara lain yang mengganggu jalannya Lucien menuju ruangannya.

Para karyawan seketika terdiam, beberapa dari mereka memandangi Lucien dari sudut kemunculan nya hingga dinding tebal seolah menelan tubuh yang bak dewa itu. Seperginya Lucien, hiruk pikuk kembali muncul perlahan, dan pastinya pembahasan mereka kurang lebih sama mengenai sudut pandang terhadap CEO mereka.

Selain pemilik kharisma yang luar biasa, Lucien juga dikenal sangat tegas dan banyak mau dikalangan karyawan nya, tetapi tidak menutup kemungkinan hal itu membuat karyawannya berkerja dengan lebih baik. Hal yang pastinya ialah Lucien mampu mempertahankan perusahaan itu untuk tetap berada di puncaknya, atau mungkin lebih baik lagi.

Dengan diiringi sekretaris perempuannya menuju ruangan CEO, ia masih memasang raut datar. Duduk dikursi yang sempat diperebutkan oleh beberapa pihak. Ia menatap sang sekretaris. Beberapa file yang berada digenggam sekretaris itu diserahkan ke meja Lucien.

"Baik terimakasih," ucap Lucien sembari membuka satu persatu file tersebut. Lalu tangannya meraih kacamata yang sudah tergeletak diatas mejanya.

"Saya ijin kembali ke meja pak," ijinnya pada Lucien lalu menatap area bawah meja Lucien, alisnya sedikit terangkat beberapa detik kemudian kembali menatap Lucien mengharapkan jawaban.

"Silahkan." Seketika sekretaris itu berbalik pergi dari ruangan Lucien.

Ditengah tengah suara kertas dibalik yang memenuhi ruangan itu, secara tiba-tiba suara cekikikan layaknya hantu terdengar ditelinga Lucien. Hal itu membuatnya langsung menatap ke bawah meja. Sedikit terkejut namun ekspresinya masih dapat terkendalikan.

"Arion?" panggil Lucien pada seorang anak kecil yang tengah terduduk memegang lutut dibawah mejanya.

Lucien bergerak memundurkan kursinya, memberikan ruang untuk anak laki-laki itu dapat keluar dari sana. Tatapan yang biasa diperlihatkan begitu datar, dan seolah enggan untuk berekspresi. Kini berubah, tatapannya menjadi melembut dengan senyuman yang tulus tercetak jelas dibibirnya.

"Kamu kebiasaan ya, kesini gak bilang dulu." Lucien menjepit hidung bangir anak itu dengan kedua jarinya yang tertekuk. Lalu mengacak-acak puncak rambut anak yang dipanggil Arion itu.

"Habisnya papa sibuk terus," protes Arion dengan mem-pout kan bibir.

Anak kecil dengan tahi lalat dibawah mata kanannya itu masih berusia 7 tahun, tubuhnya yang kecil diangkat ke pangkuan Lucien. "Kan buat uang jajan Arion, mau jajan kan?"

"Mau tapi gak boleh banyak nanti sakit," sahutnya sambil bermain tangannya sendiri, berusaha tidak menggangu Lucien.

Lucien menggangguk, ia mengecup singkat surai blonde milik Arion, "Nanti ya kalau udah waktunya makan siang."

"Okey—" anak kecil itu tersenyum, lalu tak lama berkata, "Arion bosen di rumah besar terus."

Lucien yang mulai memabaca beberapa file itu kembali mengalihkan pandangannya ke Arion, "Maunya dirumah kecil?"

"Mau aja, biar kalo abis main terus ke kamarnya gak jauh," ucapnya terlontar begitu saja membuat Lucien sedikit terkekeh gemas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!