NovelToon NovelToon
Ketika Takdir Memilihku

Ketika Takdir Memilihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: MauraKim

Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.

Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.

Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.

Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Harus Terbiasa

"Ra, Maafkan aku."

Nayra mengernyitkan dahinya mendengar permintaan maaf Aditya. Nayra binggung, kiranya apa yang membuat Aditya meminta maaf. Apa karena Aditya pingsan di hadapannya tadi atau karena perbuatannya selama ini.

"Minta maaf untuk apa, Mas?" tanya Nayra pada akhirnya.

Aditya terdiam sejenak, ia binggung harus menjelaskan seperti apa. "Maaf karena sudah merepotkanmu,." ucapnya.

Nayra menghela nafasnya pelan dalam hati ia sedikit kecewa karena sempat berpikir Aditya akan meminta maaf tentang perbuatannya selama ini.

"Tidak perlu minta maaf, Mas. Ini memang tugasku untuk merawatmu. Kamu kan suamiku." jawab Nayra dengan santai.

Berbeda dengan Nayra yang berkata dengan santai, Aditya merasa terkejut mendengar ucapan Nayra. Nayra bahkan masih menganggap dia suami setelah apa yang sudah terjadi selama ini. Dia bahkan tidak pernah sekalipun memenuhi kewajibannya sebagai suami Nayra.

"Ra, Maafkan aku." ucap Aditya lagi.

"Mas, aku kan sudah bilang tidak usah,," ucapan Nayra terputus karena Aditya kembali berbicara. "Aku minta maaf atas semua perlakuan burukku selama ini, Ra."

Nayra seketika melebarkan matanya, benarkah apa yang ia dengar? Aditya meminta maaf padanya atas apa yang ia lakukan selama ini.

Nayra akhirnya menyunggingkan senyumnya menanggapi ucapan Aditya, " Tidak perlu minta maaf, Mas. Karena aku juga salah. Seharusnya sebagai istri aku berkewajiban mengurus semua keperluan kamu. Tapi aku malah mengabaikan kamu, Maafkan aku, Mas." Nayra merasa beban dalam hatinya sedikit berkurang, setelah ia meminta maaf pada Aditya.

"Tidak, Ra. Ini semua salahku, aku yang memintamu melakukan itu. Aku sudah memperlakukanmu dengan buruk selama ini, pernikahan ini,,"

"Sudah ya, biar sama-sama impas kita saling memafkan saja. Sebaiknya sekarang kamu makan dulu, mumpung buburnya masih hangat. Setelah itu, minum obat dan istirahat." Nayra memotong ucapan Aditya karena ia tahu kemana arah pembicaraan itu selanjutnya. Nayra hanya belum siap membahas tentang itu, biarlah semua mengalir apa adanya seiring dengan berjalannya waktu.

Dalam hati Aditya sedikit merasa kecewa karena Nayra yang sepertinya mengalihkan pembicaraannya, tapi ia mencoba terlihat biasa saja. Pria itu tersenyum lemah, lalu dengan sedikit usaha, ia beringsut duduk. Nayra buru-buru meraih bantal tambahan dan menyandarkannya ke kepala tempat tidur agar Aditya merasa lebih nyaman.

"Aku bisa makan sendiri, Ra." ucap Aditya setelah melihat Nayra yang akan menyuapinya.

Nayra tidak langsung menyerahkan sendok kepada Aditya. Ia menatap pria itu ragu-ragu sebelum akhirnya mendesah dan menyodorkan sendok bubur ke bibir Aditya.

"Lebih cepat kalau aku yang menyuapimu, Mas. Lagian kamu pasti masih lemas."

Aditya menatap Nayra dalam diam. Lalu akhirnya tersenyum kecil, sebelum membuka mulutnya.

Suasana di antara mereka terasa lebih hangat, tetapi juga di penuhi sesuatu yang tidak terucapkan.

Setelah beberapa suapan, Aditya tiba-tiba bergumam. "Nayra,, kamu mau jadi temanku?"

"Teman,,?" Nayra mengulang ucapan Aditya karena binggung.

"Ya aku tahu kita berdua masih belum bisa menerima pernikahan ini. Kalau kita belum bisa menjalin hubungan sebagai suami istri, bagaimana kalau kita mulai dengan pertemanan? Anggap saja kita baru menikah kemarin dan kita dalam proses pengenalan layaknya teman baru. Bagaimana?" jelas Aditya dengan suara lemah.

Nayra mengelengkan kepalanya sembari tersenyum. Di kedua tangannya, ada beberapa butir obat yang akan ia berikan pada Aditya.

"Kamu ada-ada saja, Mas. Aku rasa tidak perlu seperti itu. Kita jalani saja semua ini apa adanya, Mas. Karena menurutku, hubungan antara teman dan suami istri itu ada batasnya sendiri-sendiri. Kalau aku temanmu, mana mungkin aku boleh ada di kamar yang sama denganmu. Apalagi kalau harus sampai mengurusmu seperti ini. Sementara kalau aku jadi istrimu, ini justru kewajibanku untuk mengurus kamu, Mas." jelas Nayra dengan nada lembut.

"Tapi Ra, yang aku maksud bukan seperti itu. Aku cuma ingin kita menganggapnya seperti itu, itu bukan berarti kita jadi teman sunguhan kan?" protes Aditya.

"Aku tahu, Mas. Tapi sebaiknya kita jalani saja semua ini seperti air yang mengalir. Mulai saat ini, aku tidak akan peduli jika kamu melarangku untuk peduli dengan urusanmu. Aku akn tetap melakukan semua kewajibanku sebagai istrimu, apa kamu mau terus-terusan membuatku berdosa jika masih saja melarangku peduli padamu." tutur Nayra di akhiri dengan ekspresi wajah murung.

"Maaf, Ra. Aku tidak bermaksud,,"

"Sudah jangan bahas itu lagi! Ayo minum obatnya dan segera istirahat." Nayra menyerahkan obat yang ada di tangannya, dan setelahnya ia meraih gelas air yang ada di samping ranjang.

Aditya menerimanya tanpa perlawanan, "Terima kasih, Ra."

Aditya akhirnya berbaring setelah meminum obatnya. Nayra beranjak dari duduknya, dan bersiap untuk meninggalkan Aditya yang mulai menutup matanya.

"Kamu mau kemana, Ra?" langkah Nayra terhenti karena mendengar pertanyaan Aditya.

"Itu Mas, aku mau,,," belum selesai Nayra berucap, Aditya menyela ucapannya.

"Apa kamu merasa risih karena aku tidur di sini? Sebaiknya kamu saja yang tidur di ranjang, Ra. Aku akan pindah ke sofa seperti biasanya." tutur Aditya merasa Nayra risih karena harus tidur satu ranjang dengannya.

Nayra tertegun mendengar ucapan Aditya, sepertinya suaminya itu sudah salah paham.

"Mas, kamu berpikiran terlalu jauh. Aku hanya ingin ke dapur untuk mengembalikan mangkuk dan gelas kotor ini. Kenapa kamu malah berpikiran seperti itu, Hmmm?" Nayra geleng-geleng kepala sembari tersenyum melihat Aditya terdiam.

Sementara itu Aditya terdiam karena malu. Bisa-bisanya ia berpikir sejauh itu.

"Sudah, sebaiknya kamu segera istirahat, Mas. Aku akan segera kembali." Tutur Nayra sebelum pergi. Aditya menuruti ucapan Nayra tanpa perlawanan karena rasa malunya.

Nayra kembali ke kamar setelah ia selesai mencuci semua peralatan kotor yang telah ia gunakan. Saat kembali ke dalam kamar, ia mendapati Aditya sudah tertidur nyenyak.

Nayra melangkahkan kakinya menuju ranjang di sisi lain Aditya. Sebelum merebahkan tubuhnya di samping Aditya, Nayra memegang dahi Aditya untuk memastikan suhu tubuh pria itu.

"Ini masih terasa hangat, semoga besok dia sudah baik-baik saja." gumam Nayra.

Nayra akhirnya membaringkan tubuhnya di samping Aditya, entah mengapa ia merasa sangat gugup. Apa karena ini pertama kalinya ia berbagi ranjang dengan pria, atau karena yang ada di sampingnya itu adalah Aditya?

Udara subuh yang dingin perlahan menyentuh tubuh Nayra, dari jauh pun terdengar sayup-sayup adzan berkumandang. Nayra perlahan membuka matanya, tapi ia merasa ada sesuatu yang aneh. Ada tangan yang melingkar di perutnya, Nayra tentu tahu siapa pemilik tangan itu. Namun yang membuat Nayra binggung, bagaimana Aditya bisa tidur dengan memeluknya,?

Jantung Nayra berdetak tak karuan, ini bukanlah mimpi. Tapi, ini juga bukan sesuatu yang pernah Nayra impikan.

Perlahan Nayra menyingkirkan tangan Aditya. Namun, pelukan Aditya terasa semakin erat. Nayra sampau harus menahan napasnya agar Aditya tidak sampai terbangun. Setelah beberapa menit menunggu, Nayra mencoba menyingkirkan lagi tangan Aditya.

"Mau kemana, Ra?" tanya Aditya dengan suara parau khas bangun tidur.

Nayra, membolakan matanya setelah tahu Aditya terbangun. "Ehmmm, itu Mas. Ini sudah masuk waktu subuh. Aku mau membersihkan diri dulu setelah itu shalat." jelasnya masih dipenuhi dengan kegugupan.

"Lima menit lagi, Ra. Aku masih merasa agak pusing." sahut Aditya semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Nayra.

"Kalu begitu aku akn bangun dulu, Mas. Kamu lanjutkan saja istirahatnya." Nayra merasa perasaannya semakin tak karuan karena perlakuan Aditya. Ia sungguh merasa heran, kenapa pria yang sedang memeluknya dari belakang ini, bisa berubah menjadi seperti ini dalam waktu semalam.

"Memangnya kamu pikir aku tidak akan bangun dan melewatkan shalat subuh, Ra?" sahut Aditya lagi.

Nayra memilih diam karena bingung harus mengatakan apa lagi.

"Kedepannya, kamu harus terbiasa Ra. Karena mulai sekarang, aku akan memelukmu saat tidur."

1
Hiang Ardiati
bagus saya suka
JAM
luar biasa
MauraKim: Terima kasih sudah mau membaca novel saya🙏
total 1 replies
November
lanjut
MauraKim: terima kasih sudah mau membaca novel saya🙏
total 1 replies
Farldetenc
Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!