Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 11
..."Bismillah... Semoga surat klarifikasinya di terima dengan baik." Nasya mengatakan itu sembari menekan tombol kirim melalui alamat email yang sudah di simpan di layar laptop miliknya....
Beberapa saat kemudian, ada pesan melalui email ke laptop milik Nasya. Saat melihat pesan tersebut mata Nasya membulat sempurna dengan wajah penuh antusias.
..."Alhamdulillah... Pengajuan klarifikasinya di terima. Kak Zayn pasti senang." gumam Nasya bicara sendiri....
Rani yang berada di sampingnya pun menoleh dengan kening berkerut saat melihat Nasya sebahagia itu.
..."Ada apa, Sya?" tanya Rani....
..."Surat klarifikasi pembatalan kontrak kerja telah di terima, itu artinya pihak perusahaan X masih mau bekerja sama dengan perusahaan ini."...
Saat sedang antusias membagi kebahagiaan dengan Rani, suara dering telfon di meja Nasya berdering. Nasya yang mendengar itu segera menekan tombol untuk mendengarkan pesan dari telfon tersebut.
..."Keruangan saya sekarang!" suara dingin yang menakutkan itu kembali terdengar di telinga Nasya. Dia menoleh ke samping, Rani dan Nasya saling pandang saat mendengar suara itu....
..."Semangat Sya, sori aku nggak bisa bantu." Rani mengatakan itu lalu kembali fokus dengan layar laptop di hadapannya, dia tidak mau ikut campur masalah itu karena takut terkena getahnya....
Sedangkan Nasya kini berdiri lalu melangkah menuju ruangan Zayn. Baru di depan pintu saja tubuh Nasya sudah gemetar, apalagi jika sampai berada di ruangan yang sama dengan pria yang tadi pagi sudah memarahinya.
Tanpa mengetuk pintu, Nasya kini memasuki ruangan Zayn. Suasana di dalam nampak sedikit horor, karena Zayn sedang berdiri di depan jendela kaca yang menembus keluar gedung sambil bersedekap dada.
..."Bapak memanggil saya?"...
Suara Nasya tak membuat Zayn menoleh, hal itu sudah bisa di pastikan bahwa dirinya kembali melakukan kesalahan.
..."Siapa yang menyuruhmu mengirim surat klarifikasi pada perusahaan X?"...
DEG!!
~
Di rumah Zayn, Ibu Zubaidah sedang sibuk dengan Wedding Organizer. Dia ingin pesta pernikahan Zayn dan Nasya di gelar semeriah mungkin. Ibu Zubaidah juga sudah memesan hotel ternama di kota Metropolitan itu.
..."Ya, saya memesan tiga kamar hotel. Satu untuk pengantin, dan dua lainnya untuk keluarga saya dari luar kota." ucapan Ibu Zubaidah dengan seseorang di sebrang telfon....
..."Baik, semuanya sudah saya atur ya, Bu. Dan untuk fitting bajunya akan di lakukan hari apa, Bu ?"...
..."Nanti akan saya klarifikasikan lebih dulu dengan anak dan calon menantu saya. Akan saya kabari jika sudah menemukan harinya." ibu Zubaidah tidak bisa memberikan janji sesuai dengan dirinya. Karena dia tahu, Zayn sangat sibuk dengan perusahaannya....
..."Baik, kami tunggu konfirmasi kelanjutannya. Terimakasih, selamat siang."...
..."Ya... Terimakasih."...
Ibu Zubaidah menutup telfonnya dan segera mengatur jadwal yang lainnya. Dari mulai undangan, catering dan yang lainnya. Dia ingin menyiapkan semuanya dari sekarang, karena tiga minggu lagi tanggal pernikahan itu akan segera datang.
~~
Tak terasa hari sudah berubah menjadi sore, sudah saatnya Nasya pulang ke rumahnya. Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan bagi gadis berhijab nan lembut itu.
..."Sya, nanti malem kita makan bareng yuk?" ajak Rani sembari membereskan meja kerjanya....
..."Nggak ah, aku lagi nggak mood." sahut Nasya lesu....
..."Kamu kenapa sih? Sejak pagi wajahmu selalu di tekuk begitu?"...
Saat Nasya akan kembali menjawab, keduanya terdiam karena Zayn tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua.
..."Eh, Pak Zayn. Ada yang bisa kami bantu, Pak?" Zayn menggelengkan kepalanya lalu menjawab pertanyaan Rani....
..."Tidak ada, kau boleh pergi."...
...Rani mendengar itu menoleh menatap Nasya dan mengangguk untuk pamit pergi. "Baik, Pak. Permisi... Selamat sore." setelah mengucapkan itu, Rani dengan cepat melangkah pergi dari sana sebelum suasana berubah seperti sakaratul maut....
...Setelah kepergian Rani, Zayn mengajak Nasya bicara. "Kau pulang bersamaku sore ini, Mama menyuruhku untuk membawamu bersamaku. Ada hal yang ingin di bicarakan."...
..."Iya.." hanya itu jawaban yang keluar dari bibir Nasya....
..."Ya sudah, aku tunggu di mobil." setelah mengatakan itu, Zayn melangkah pergi meninggalkan Nasya yang kembali sibuk membereskan meja kerjanya....
Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, Nasya sudah selesai membereskan semuanya. Dia lalu membawa berkas dan laptop miliknya ke dalam pelukannya untuk di bawa pulang. Karena masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan saat di rumah nanti.
~
Keduanya kini sudah dalam perjalanan pulang ke rumah Zayn. Selama perjalanan, keduanya terdiam tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir Nasya dan juga Zayn. Gadis berhijab itu takut mengeluarkan suaranya lagi, dia takut dirinya kembali salah dan berakhir di bentak bahkan di marahi seperti pagi tadi.
Sedangkan Zayn, matanya hanya fokus menatap jalanan Ibu Kota yang sangat di penuhi kendaraan bermotor juga mobil. Tak berselang lama, mobil yang di kendarai Zayn akhirnya sampai di halaman rumah mewah miliknya.
Ibu Zubaidah menunggu keduanya sejak tadi di depan teras rumah sambil menyirami tanaman yang selalu ia rawat dengan telaten. melihat mobil putra semata wayangnya itu, Ibu Zubaidah berhenti dari kegiatannya segera menyambut calon menantu kesayangannya.
..."Assalamualaikum, Tante..." ucap Nasya sembari berlari kecil berhambur memeluk sang Tante....
..."Waalaikumsalam, sayang. Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Lancar?" ibu Zubaidah menyambut Nasya dengan antusias....
Zayn yang baru saja menuruni mobilnya segera menghampiri ibu yang sudah melahirkannya ke dunia itu dengan wajah sendu. Seakan ingin melepas lelah di pelukan sang ibu.
..."Mah..." Zayn memeluk ibu Zubaidah dengan begitu eratnya setelah pelukan dengan Nasya terlepas....
..."Kenapa, Nak? Apa ada masalah lagi di perusahaan?" Zayn menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban....
..."Tidak ada, hanya lelah saja dengan semua masalah yang ada."...
Nasya yang mendengar itu hanya menunduk. Dia tak mau mengeluarkan suaranya takut dirinya kembali salah di mata Zayn. Sedangkan ibu Zubaidah yang melihat keduanya nampak lesu tak bersemangat pun mengerutkan keningnya, karena merasa ada yang janggal dari tingkah keduanya.
..."Kalian berdua bertengkar?"...
Zayn dan Nasya saling pandang, gadis berhijab itu lebih memilih diam. Sedangkan Zayn menghembuskan nafasnya pelan lalu berfikir sejenak, jawaban apa yang sekiranya masuk akal dan tidak membuat semakin panjang masalahnya.
..."Tidak, Mah. Kita hanya lelah dengan masalah proyek kerja sama yang pagi tadi sempat di batalkan." sahut Zayn jujur....
..."Apa benar begitu, Nasya?" ibu Zubaidah menanyakan kebenarannya pada Nasya. Dia takut putranya mencari masalah dengan keponakannya tercinta....
..."Iya benar, Tante. Maaf, semua ini salah Nasya."...
Zayn yang mendengar ucapan Nasya justru melangkah pergi meninggalkan ibu Zubaidah dan gadis berhijab itu tanpa sepatah kata pun. Zayn masih kesal dengan sikap Nasya yang mengajukan surat klarifikasi tanpa sepengetahuannya.
Bagi Zayn, tidak bekerja sama dengan perusahaan itu tidak masalah. Karena keuntungannya juga tidak terlalu menggiurkan. Yang membuat Zayn kesal adalah, dia sudah di buat malu karena surat klarifikasi itu. Di mata perusahaan X, bahwa Zayn lah yang sangat membutuhkan kerja sama itu.
Dia tidak mau jika mereka sampai menganggap dirinya itu terlalu rendah. Dan juga karena kelakuan Nasya lah dirinya jadi di pandang rendah oleh perusahaan lain. Ibu Zubaidah yang paham kelakuan sang putra pun mengusap bahu Nasya dan tersenyum padanya.
..."Maafkan kelakuan Zayn ya, Nasya. Dia memang selalu seperti itu jika menyangkut pekerjaannya. Sebentar lagi juga emosinya reda." ibu Zubaidah menenangkan Nasya agar tidak terlalu di ambil hati. "Ya sudah, yuk masuk. Tante sudah buatkan makan malam untukmu, Tante juga ingin membicarakan perihal pernikahan kalian berdua." lanjut ibu Zubaidah di angguki oleh Nasya lalu memeluk bahu gadis itu untuk membawanya masuk....
...****************...