NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:313k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Kekhilafan satu malam, membuat Shanum hamil. Ya, ia hamil setelah melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam agama sebelum ia dan kekasihnya menikah. Kekasihnya berhasil merayu hingga membuat Shanum terlena, dan berjanji akan menikahinya.

Namun sayangnya, di saat hari pernikahan tiba. Renaldi tidak datang, yang datang hanyalah Ervan—kakaknya. Yang mengatakan jika adiknya tidak bisa menikahinya dan memberikan uang 100 juta sebagai ganti rugi. Shanum marah dan kecewa!

Yang lebih menyakitkan lagi, ibu Shanum kena serangan jantung! Semakin sakit hati Shanum.

“Aku memang perempuan bodoh! Tapi aku akan tetap menuntut tanggung jawab dari anak majikan ayahku!”



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Acara Launching - 1

Rian mencoba bicara hati-hati. “Pak … mungkin Shanum tahu Bapak mencarinya. Tapi dia masih merasa takut atau bingung untuk menemui Bapak.”

“Ya, gimana Shanum tidak takut sama Pak Ervan, jika raut wajahnya saja terlihat kayak lihat musuh.” Ingin sekali Rian melanjutkan kata tersebut. Namun, sayangnya tertahan hanya sampai di tenggorokannya.

“Takut?” Suara Ervan agak meninggi. “Apa yang perlu ditakutkan? Saya nggak pernah menyentuh dia! Saya bahkan memberikan kebebasan. Dia yang pergi, bukan saya!”

“Tapi bukan berarti dia baik-baik saja, Pak,” jawab Rian pelan. “Kadang perempuan menyembunyikan luka karena terlalu lelah menjelaskannya. Ya, termasuk luka karena Den Renaldi tidak jadi menikahinya. Maaf Pak bukan maksud saya ikut campur.”

Ervan menoleh cepat ke arah sopirnya itu. Mengapa ucapnya mirip dengan Ikhsan. Matanya menyorot marah, tapi tak ada kata keluar. Ia memalingkan wajah lagi ke arah rumah. Kali ini, tatapannya kosong.

Ia teringat hari saat Shanum menandatangani surat perjanjian mereka. Hanya satu permintaan darinya: “Status sebagai istri, walau tidak dianggap.” Tak ada embel-embel, tak ada air mata, tak ada permohonan aneh.

Setelah itu? Sepi. Shanum menghilang seakan tak pernah meminta apa-apa. Dan, hatinya amat marah serta kecewa.

Tiba-tiba pintu pagar rumah terbuka. Seorang pria paruh baya masuk membawa kantong belanja. Itu Aiman, ayah Shanum.

Ervan langsung menunduk dalam mobil, menghindari pandangan. Ia melihat dalam diam saat Aiman berjalan pelan membuka pintu, lalu menghilang masuk ke dalam

“Pak?” Suara Rian membuyarkan lamunannya.

Ervan menutup matanya, menyandarkan kepala ke jok.

“Sudah. Kita pulang saja.”

Mobil kembali menyusuri jalan kota yang kini mulai padat. Tapi tidak seperti sebelumnya, pikiran Ervan jauh lebih kacau. Ia merasa seperti kalah. Bukan pada Shanum, tapi pada dirinya sendiri.

Ia menatap ponselnya sekali lagi. Kali ini, bukan untuk menghubungi. Tapi untuk menatap layar kosong, berharap ada nama itu muncul.

Namun layar itu tetap diam. Sama seperti Shanum. Diam, tapi meninggalkan jejak yang mulai merayap di relung hati Ervan.

...***...

Keesokan pagi, Shanum tampak segar dan bisa tersenyum manis pagi ini. Walau semalam ia ikutan lembur sampai jam 10 malam buat pesanan kue untuk acara hari ini. Tidak merasa lelah, apalagi ia sudah tinggal di kost'an, dan kemarin sore bibi dan anaknya mengantar barang-barangnya. Padahal Shanum tidak mau merepotkan bibinya tapi bibinya bersikeras untuk mengantarkan sekaligus ingin tahu tempat kost keponakannya.

Tapi, tidak hanya barang-barang milik Shanum yang dibawanya, rupanya bibinya menyetok makanan dan bahan makanan yang mudah dimasak Shanum. Sungguh Shanum merasa beruntung memiliki bibi yang amat perhatian, setidaknya ia tidak merasa hidup sebatang kara setelah diusir kedua orang tuanya.

“Shanum, Yogi, Tia, Rista, kalian berempat yang akan mengantar dan bertugas selama acara  di tempat costumer. Usahakan untuk sigap saat bekerja di sana. Ini salah satu costumer yang sering langganan pesan kue. Dan, tolong jaga sikap kalian. Acara mulai jam 10, jadi pagi ini kalian harus sudah berangkat untuk menata kue-kue ini,” jelas  Bu Ririn selaku pemilik toko kue.

“Siap Bu!” seru mereka berempat.

...***...

Satu jam kemudian, Shanum dan ketiga rekannya—Yogi, Tia, dan Rista—sudah tiba di lokasi acara. Sebuah klinik kecantikan megah yang berdiri di kawasan elite Pondok Indah, dengan fasad putih mengilap dan jendela-jendela besar berbingkai emas muda yang memantulkan cahaya matahari pagi. Di depannya, deretan pot tanaman tropis tertata rapi, memberikan kesan segar dan profesional.

Mobil box yang mereka tumpangi parkir tak jauh dari pintu masuk. Seorang staf klinik berseragam putih dengan name tag bertuliskan “Ninda” menyambut mereka dengan senyum ramah.

“Selamat pagi. Mbak-mbak dari toko kue milik Bu Ririn, ya?” tanya Ninda, memastikan.

“Iya, betul, Mbak. Kami datang untuk set-up kue di acara launching produk hari ini,” jawab Tia, sambil tersenyum sopan.

“Silakan masuk. Area display untuk dessert table-nya ada di dalam, dekat dengan meja makanan utama. Kalian bisa mulai atur sekarang, nanti sebelum jam sepuluh semua sudah harus siap, ya,” jelas Ninda sambil mempersilakan mereka masuk.

Begitu melewati pintu kaca otomatis, Shanum hampir lupa napas. Interior klinik itu benar-benar di luar bayangannya. Lantai marmer mengilap, dinding dihiasi lukisan minimalis berwarna pastel, dan aroma lembut lavender yang menenangkan langsung menyapa indra penciumannya. Meja resepsionis berbentuk setengah lingkaran dengan lampu gantung berbentuk kristal di atasnya membuat ruangan tampak elegan sekaligus hangat.

“Wow,” bisik Rista, menoleh ke kanan-kiri. “Kayak masuk ke hotel bintang lima, bukan klinik.”

“Bener banget,” Yogi menimpali sambil menurunkan kotak-kotak dari mobil. “Nggak heran sih, biaya perawatannya pasti juga bintang lima.”

Shanum hanya tersenyum kecil. Ia memang tak banyak komentar, tapi pandangannya tidak bisa lepas dari tiap sudut ruangan. Klinik ini bukan hanya tempat perawatan, tapi seperti dunia yang lain—berbeda dari ruang-ruang sempit dan pengap yang sering ia tinggali belakangan ini.

Mereka pun segera bekerja. Meja display sudah disiapkan, lengkap dengan taplak satin warna champagne. Shanum dengan cekatan menyusun kue-kue mini tart, eclair, dan macaron dalam susunan bertingkat. Sementara Tia dan Rista menata bunga segar dan dekorasi kecil seperti papan nama menu serta lampu-lampu kecil yang bisa menyala.

“Shanum, kamu yang paling rapi nih kalau urusan susun-susun gini,” puji Tia sambil memindahkan toples cookies.

“Bukan rapi, tapi dia itu perfeksionis,” goda Rista, membuat mereka terkekeh pelan.

Shanum hanya tersenyum malu. “Kuenya udah cantik, jadi harus ditata cantik juga. Sayang kalau nggak maksimal.”

Tak terasa waktu terus bergulir. Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 ketika suara musik instrumental mulai terdengar dari arah speaker. Beberapa staf sibuk mondar-mandir, mengecek sound system, menata kursi, dan memastikan seluruh ruangan dalam keadaan siap. Aroma kopi dan croissant hangat dari meja makanan berat juga mulai menguar.

Satu per satu tamu undangan datang. Wanita-wanita cantik berpakaian stylish, para influencer kecantikan, hingga beberapa pria berdasi yang tampaknya adalah partner bisnis. Semuanya menyambut suasana pagi dengan senyum dan suara tawa.

Shanum berdiri di belakang meja kue, memastikan tidak ada kue yang bergeser atau miring. Ia menepikan anak rambut yang jatuh ke dahi, diam-diam menenangkan detak jantungnya yang agak cepat. Mungkin karena gugup, atau karena ia tahu ini bukan acara biasa.

Dan saat itulah, langkah berirama tenang terdengar dari ujung lorong.

Seorang wanita melangkah masuk ke ruangan utama. Ia mengenakan setelan putih elegan, rambut panjangnya disanggul rapi, dan make up-nya nyaris tak terlihat—namun hasilnya justru memukau. Aura percaya diri dan keanggunan memancar dari setiap gerakannya.

“Selamat pagi semuanya. Terima kasih sudah hadir di acara launching produk terbaru kami, Radiance Glow Serum,” ucapnya dengan suara lembut namun berkarisma.

“Dia pasti Meidina, yang punya klinik ini,” bisik Tia ke Shanum sambil menyikut pelan.

Shanum mengangguk pelan. Pandangannya tak bisa lepas dari sosok wanita itu. Cantik, tenang, dan menguasai suasana. Di mata Shanum, Meidina seperti simbol perempuan sukses yang tak hanya memikirkan penampilan tapi juga cerdas dan tahu apa yang dia inginkan.

Bersambung ... ✍️

1
hasatsk
jreng... jreng siapa gerangan yang datang membunyikan bel....
Piet Mayong
pasti itu Evan yg datang
Ma Em
Pak Aiman dan Bu Iffah akhirnya menyesal setelah Shanum pergi , orang tua yg seharusnya bisa melindungi anaknya yg lagi terpuruk Shanum malah diusir biarkan saja kedua orang tua Shanum menyesali segala perbuatannya pada Shanum itung2 kasih pelajaran .
🔵 ve spa
Ervan kah yang datang 🤔
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
apakah yg masuk itu evan
Shee
bagus ceritanya nya, semangat kak
ir
kalo sudah tiada baru terasa, bahwa kehadiran nya sungguh terasa
Mulaini
Jangan-jangan pemilik toko roti atau si Ervan yang datang.
anonim
akhirnya kedua orang tua Shanum menyesali perbuatannya telah mengusir Shanum. Penyesalannya setelah pak Wijatnako ngomong banyak dan memberhentikan Aiman dari pekerjaannya. Sekarang baru merasakan sedih dengan segala penyesalan ketika tidak bisa menemukan Shanum
Herman Lim
sapa Ervan ato sapa ne yg DTG
mama
lnjt up lgi thor, 🥰
Mulaini
Ervan tenang saja Shanum baik² saja dan kamu tinggal ikutin kata² papa mu.
Kimmy Doankz
nyesel kn orang tua shanum,, sepertinya yg datang ervan
Noor hidayati
berlomba lomba cari shanum
Noor hidayati
di iyakan saja shanum,keinginan papa wijatnako,biar ga stres terus
Inooy
maka nya pa Aiman jd ayah tuh yg bijak,,jangan hanya g mo jd gunjingan para tetangga bapa tega mengusir Shanum....
ternyata papa Wijat lebih bijak menyikapi permasalahan Shanum terlepas dr kesalahan Reinaldi d banding anda pa Aiman!!!
Naufal Affiq
kenapa baru menyesal ayah,apa kerna omongan papa wijatnako,kalian jadi takut
Inooy
baru sadar paaaa,,kemarin kemana aaaaja tuuh...skarang giliran Shanum menghilang baru menyalahkan diri sendiri,,kemarin2 bapa g mo mendengarkan rintihan Shanum yg begitu membutuhkan dekapan seorang ayah...eeeh malah d usir tuh Shanum nya 😮‍💨
Inooy
begitu perhatian nya papa Wijat demi kelangsungan hidup Shanum,,,sampe2 Shanum akan d pindahkan k luar kota bahkan klo Shanum mo sampe k luar negeri..sampe sebegitu nya papa Wijat hanya karena g mo melihat Shanum hidup terpuruk...
hidup tersakiti bahkan sama dua orang kaka beradik skaligus,,begitu miris hidup Shanum d lecehkan oleh Reinaldi,,d tekan oleh Ervan, d hina ma Meidina dn d caci maki ma bu Diba..bahkan orangtua sendiri mengusir nya,,,tp TIDAK dengan papa Wijat..dengan penuh kasih sayang papa Wijat merangkul Shanum jangan sampe terpuruk lebih jauh,,dengan penuh kasih papa Wijat memberikan ketenangan..bahkan papa Wijat pasang badan utk Shanum jika ada yg berani menyakiti nya 🥺...kasih sayang papa Wijat melebihi kasih sayang orangtua kandung 😥

bangkitlah Nuuum,,jangan kecewakan papa Wijat yg begitu sayang ma kamu layak nya puteri sendiri..tunjukan pada orang2 yg telah menyakiti muuu 🥺💪💪
Rabiatul Addawiyah
wah dpt warisan neh Shanum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!