Menikah sekali seumur hidup adalah mimpi Adel. Namun, gadis berhijab yang memiliki nama lengkap Dandelion Az-Zahra itu harus menerima kenyataan bahwa pernikahannya dengan orang yang pernah ia sukai di masa putih abu itu bukanlah pernikahan impiannya. Karena, Sakha Rafardhan, menikahinya hanya sebatas rasa bakti kepada sang ayah di akhir hayatnya yang ingin melihat putra semata wayangnya menikah. Sementara sang kekasih yang akan ia nikahi justru hilang bak di telan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun kepadanya.
" Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku terpaksa menikahimu karena Lisa tiba-tiba hilang tanpa kabar. Jika aku telah menemukannya kembali, maka di saat itu pula pernikahan ini berakhir". Sakha
" Sampai waktunya tiba, izinkan aku tetap melaksanakan tugasku sebagai istrimu. Karena apapun alasanmu menikahi ku, aku tetaplah istrimu." Adel
Bagaimana perjalanan mahligai rumah tangga mereka di saat akhirnya Sakha bisa menemukan Lisa?
Benarkah tidak ada cinta untuk Adel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBW 19 Tetangga Baru
Di Batas Waktu (19)
Sakha akui itu benar. Dia menyakiti hati Adel. Karena mencintai wanita lain. Maka sekarang, ia akan menetapkan hatinya untuk hanya mencintai ibu dari anaknya. Ia tak mau melakukan kesalahan dengan mencintai wanita yang tidak direstui ibunya. Ternyata restu ibu memang yang paling utama.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Siang ini, Adel hanya duduk di salah satu kursi di meja yang ada di tokonya. Duduk menghadap ke arah jalan melihat kendaraan yang lalu lalang. Entah kenapa rasanya ia sedang tidak ingin melakukan apapun.
Hingga seorang menghampiri mejanya.
"Assalamu'alaikum, Kakak cantik! ", sapa seorang gadis cilik berbaju pink dengan kerudung yang senada. Lucu dan menggemaskan menurut pendapat Adel.
" Wa'alaikumsalam, sayang. Ada yang bisa Kakak bantu?", tanya Adel ramah.
"Apa aku boleh duduk di meja ini?", tanyanya lagi. " Soalnya meja yang lain penuh", tambahnya memberi alasan.
Adel mengedarkan pandangannya. Ia baru sadar, kursi-kursi yang tadi kosong kini di penuhi dengan pengunjung yang sedang menikmati kue di toko kuenya.
" Ough, boleh sayang", jawab Adel.
" Apa kakakku boleh duduk di sini juga?", tanyanya lagi.
" Tentu saja". Gadis cilik itu melambaikan tangannya kepada seorang anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya.
" Terimakasih Kakak cantik", anak perempuan itu tersenyum manis.
" Sama-sama, sayang".
Anak perempuan yang sepertinya sudah tak sabar memakan kue miliknya terlihat terburu-buru akan segera memakan salah satu flower cup cake miliknya yang berwarna pink.
" Ehm,, Ehm.." sang anak laki-laki yang tadi di sebut bahwa ia adalah kakak anak perempuan itu berdehem dan menghentikan tindakannya yang akan makan. " Berdo'a dulu, dek", mengingatkan pesan mamanya untuk berdoa sebelum makan.
Walaupun dengan mengerucutkan bibirnya, ia tetap menurut pada perkataan sang kakak. Setelah berdo'a,mereka pun memakan kue milik mereka masing-masing.
Adel tersenyum sendiri melihat pemandangan di depannya. Tak terasa ia mengusap pelan perutnya yang masih rata.
Setelah sekian lama, kue mereka habis. Adel yang penasaran kenapa tidak ada yang mendatangi mereka pun akhirnya bertanya.
" Kalian kesini sama siapa?", tanya Adel akhirnya.
" Berdua", jawab anak perempuan. Adel terkejut. Maksudnya anak sekecil mereka pergi tanpa di dampingi oleh orang dewasa?
" Ayah dan ibu kalian kemana?"
" Ibu ada di toko sebelah. Kalau Ayah,, aku jugak gak tahu", jawabnya lagi terlihat rasa sedih yang bisa ditangkap Adel.
" Hush,, kata mama gak boleh terlalu dekat sama orang yang gak di kenal", sang kakak meletakkan tangannya untuk menutupi mulutnya yang berbisik ke telinga adiknya. Adel refleks tersenyum. Sekalipun di tutupi dan berbisik, suaranya jelas terdengar.
" Oh iya lupa, kita belum kenalan. Nama kakak, Kak Adel yang punya toko kue ini", Adel memperkenalkan diri dengan mengaku sebagai pemilik toko. Bukan bermaksud sombong hanya agar kedua anak itu tidak merasa takut padanya.
" Aku Aqila dan ini kakak ku namanya Kak Aqil" , Aqila memperkenalkan diri dengan sopan.
" Kalian tidak takut hanya pergi berdua?"Adel bertanya lagi.
" Tidak.Kami sudah kenal sama kakak-kakak cantik disini", jawab Aqila sementara Aqil hanya mengangguk saja.
" Benarkah?", Adel mengerutkan keningnya.
' Iya, kami baru pindah ke toko sebelah. Kami juga tinggal disini sama mama.", jelas Aqila semangat. " Kakak beneran yang punya toko ini? tapi Qila baru lihat kakak. ", Herannya.
" Kemarin kakak pergi ke luar kota. Baru dua hari yang lalu pulang. Kakak juga tinggal disini. Berarti kita tetanggaan", Adel senang ia tidak akan terlalu kesepian.
" Benarkah?!", tanya Qila antusias. Adel hanya mengangguk. " Berarti Qila boleh sering main dong", tambahnya.
" Tentu", Qila semakin senang.
Mereka pun mengobrol tanpa rasa bosan. Adel bertanya banyak hal dan Aqila dengan senang hati menjawab. Sementara Aqil hanya sesekali menanggapi.
Hingga akhirnya Adel tahu bahwa Aqila dan Aqil adalah saudara kembar. Mereka hanya tinggal bersama sang ibu. Sementara ayahnya, mereka bilang tidak tahu tinggal dimana. Mereka bilang mereka hanya pernah beberapa kali bertemu.
Tak terasa sudah memasuki waktu shalat Dzuhur. Aqil yang pertama kali melihat jam segera mengajak adiknya pergi shalat.
" Qila, ayo pulang. Kita shalat dulu, udah jam dua belas lewat sepuluh menit", Aqil mengingatkan. Sontak saja Aqila termasuk Adel melihat jam dinding. Hari ini adzan Dzuhur memang jatuh pada pukul dua belas lewat lima menit.
Adel di buat terkesan dengan Aqila yang langsung menurut pada saudara kembarnya.
" Kak Adel, kami pulang dulu. Kata Mama kita harus sholat tepat waktu biar di sayang Allah dan biar Allah mengabulkan keinginan kita", Qila turun dari kursi yang di duduki nya.
" Baiklah. Nanti sore, kakak ajak ke taman yang dekat sini mau gak? Nanti Kak Adel yang izin ke mama", Adel ikut beranjak dari kursinya.
" Benarkah?", Adel mengangguk. " Asyik. Kak Adel janji ya, nanti aku tunggu kak Adel di toko Mama " , seru Aqila antusias.
" Insya Allah, sayang "
Keduanya berpamitan dan Adel pun beranjak ke kamarnya untuk melakukan kewajibannya juga.
Sore akhirnya tiba. Selepas shalat Ashar Adel pergi ke toko tempat si kembar tinggal.
Mengamati dari luar sebelum akhirnya masuk kedalam. Aqila memang mengatakan bahw sang ibu seorang penjahit.
" Assalamu'alaikum", Adel mengucapkan salam sambil mendorong pintu.
" Wa'alaikumsalam ", jawab seorang ibu muda dengan senyum manisnya.
" Perkenalkan, saya Adel pemilik toko kue di sebelah", Adel memperkenalkan diri.
" Toko Kue Dandelion?", tanyanya memastikan
" Benar. Saya baru dua hari yang lalu pulang dari luar kota",
" Ough pantas baru lihat. Perkenalkan saya Keysa"
" Tadi sempat ngobrol sama Aqila di toko dan niatnya mau ajak si kembar ke taman. Kalau Ibu mengizinkan"
" Panggil Mbak, aja. Kesannya saya tua banget", pinta Keysa di iringi tawa.
" Baik , mbak"
" Iya, tadi Aqila cerita katanya ketemu kakak cantik yang punya toko kue dan mau di ajak pergi ke taman". Mereka kini duduk dengan saling berhadapan. " Sebentar lagi mungkin akan turun "
" Iya gak apa-apa, Mbak "
" Maaf merepotkan "
" Tidak. Saya justru senang karena ternyata punya tetangga di sini. Kebetulan saya juga baru tinggal di sini setelah pulang dari luar kota ", jelas Adel.
" Memang sebelumnya tinggal dimana?"
" Di rumah mertua saya", jawab Adel jujur.
" Jadi, kamu tinggal sama suami kamu disini?", tanya Keysa lagi.
" Tidak. Saya tinggal sendiri".
" Jadi, kalian sudah pisah?", tanyanya penasaran. " Maaf,, maaf.. malah lancang nanya masalah pribadi", Keysa merasa tak enak hati.
" Gak papa, mbak", jawab Adel tersenyum. "Secara agama saya saya sudah pisah. Tapi, sekarang lagi masa untuk saling introspeksi diri. Apakah mau kembali melanjutkan kehidupan bersama atau jalan masing-masing ", Adel menjelaskan tanpa terpaksa.