"Aku mau seperti Bibi tidak menikah saja," ucap ku yang pasti akan membuat bibi nya marah
"Kau ini jangan bicara sembarangan! bagaimana kalau di dengar oleh mama mu!"
"Aku tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus tubuh Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik dengan orang sejelek aku ini, gadis pendek dan berkacamata tebal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nona
"Ayo kita pulang” Ian menarik Agatha pergi.
“Maaf, aku duluan” pamit Agatha pada Mia dan Elan.
“Kalian lihat cowok itu?” tunjuk Ian ke arah Elan dan Mia serta Mike pun mengikuti arah pandangan Ian.
“Yang itu?” tanya Mike.
“Biasa saja kan? Entah kenapa si jelek ini bisa menyukainya, padahal aku jauh lebih tampan darinya” Ian memuji dirinya sendiri sambil tertawa.
“Nona, jadi itu pria yang kau sukai?” tanya Mike sambil menatap Elan.
“Lepaskan tanganmu!” perintah Agatha pada Ian dengan kesal karena tangan Ian masih melingkari lehernya.
“Ian, lepaskan!” perintah Val, Ian lalu melepaskan tangannya.
“Kenapa Agatha bisa bersama tiga pria top di kampus ini dan mereka kelihatannya sangat akrab, tidak mungkin orang seperti Agatha bisa mengenal mereka” ucap Mia pada Elan dengan pandangan tidak percaya dan sedikit terkejut.
...***...
Di dapur, Agatha sedang membuat teh lalu Mike pun datang meminta teh padanya
“Nona, boleh minta secangkir tehnya?”
Agatha mendelik ke arahnya “Namaku Agatha, jangan panggil aku nona” protes Agatha.
“Maaf aku lupa, oh yah temanmu cantik juga yah... pantas cowokmu lebih memilih dia” ucap Mike tanpa memikirkan perasaan Agatha.
“Elan bukan cowokku” Agatha membantahnya.
“Maksudku tiga tahun yang lalu” Mike meralatnya. “Terima kasih” ucapnya setelah Agatha memberikan secangkir teh padanya.
“Tolong jangan membicarakan mereka lagi karena mereka hanya bagian dari masa laluku" ucap Agatha.
“Maaf, tapi menurutku jika mereka cuma bagian dari masa lalu, kenapa kau tidak mencoba memulainya dari awal lagi?”
Agatha menatap Mike dengan serius. “Apa menurutmu aku tidak mencoba melakukannya?” tanya Agatha.
“Agatha!” panggil Bibinya yang datang mencarinya.
“Ada apa Bi?”
“Sini sebentar” Bi Nora menarik tangan Agatha tergesa-gesa dan itu membuat Mike terheran-heran.
“Ada apa sih Bibi bawa aku ke kamar?”
“Coba lihat cerminmu, sudah tidak di tutup kain lagi” Bibi terkejut melihatnya.
“Val yang melakukannya” dengus Agatha.
“Dan ini? Kenapa barang-barang kosmetik ini ada di kamarmu? Apa kau sudah mau berubah?” tanya Bi Nora.
“Ian yang memberikannya padaku” ucap Agatha cepat.
“Ian yang memberikannya padamu? Jadi apa kau sudah memakai semua barang-barang ini?”
“Hanya coba saja, kemarin mereka mengomeli ku habis-habisan” keluh Agatha.
“Mereka sudah melakukan banyak hal untukmu kan? Apa kau mau membuat usaha yang mereka lakukan padamu sia-sia? Agatha kau bisa memulainya secara perlahan-lahan”
“Aku tahu, aku akan mencoba menggunakan semua barang ini” jawab Agatha mengaku kalah
“Baguslah, Bibi sangat senang dan lega sekarang”
“Maaf aku sudah menyusahkan Bibi”
“Sama sekali tidak” senyum Bibinya.
Besok paginya Agatha sudah tidak menemukan Bibinya dimana-mana, lalu ia pun menanyakannya pada Bi Oliv.
“Bi Oliv, apa kau melihat Bibiku?”
“Pagi-pagi nyonya sudah berangkat ke luar kota dan nitip pesan kalau ia akan pergi beberapa minggu, ia minta nona untuk jaga diri baik-baik selama nyonya tidak ada di rumah” jelas Bi Oliv.
“Bi Nora ini aneh, maksudnya apasih menyuruhku untuk tinggal di sini?! Padahal dia sendiri hampir tidak pernah ada di rumah, kenapa Bi Nora tega meninggalkan keponakannya sendirian di rumah bersama tiga pria asing, tidak memikirkan ku sama sekali” keluh Agatha dengan mencibir.
“Tapi kan masih ada Bibi non” hibur Bi Oliv.
"Thanks deh, beruntung ada Bi Oliv di rumah ini. Kalo nggak, aku sih gak mau tinggal di sini."