Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Dua Puluh Sembilan
Di sini keadaan lebih Chaos jika dibandingkan dengan kecelakaan Jihan, Aurel mengalami pendarahan karena benturan saat ia terjatuh tadi, perutnya lebih dulu terbentur lantai dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya.
Bahkan saat itu juga Bianca langsung dilarikan ke ruang Gawat Darurat, seorang dokter keluar dari dalam ruangan untuk menemui keluarga pasien, mereka butuh persetujuan untuk mengoperasi Aurel atau lebih tepatnya mereka harus segera mengeluarkan kedua bayi yang ada di dalam perut Aurel, karena jika tidak, ketiga nyawa itu tidak akan ada yang selamat.
"Permisi, dengan keluarga pasien?" tanya dokter menghampiri Yasmin yang duduk diam di kursi depan.
Yasmin mendongak, lalu cepat-cepat menganggukkan kepalanya, "benar, saya keluarga dari pasien, dok,"
"Kami butuh persetujuan dari anda untuk operasi pasien, kedua bayi yang sedang di kandung pasien harus segera dilahirkan atau kalau tidak ketiga nyawa itu tidak akan selamat," beritahu dokter langsung membuat Yasmin melotot tidak percaya, separah itu kah benturan yang sahabatnya alami?
"Lakukan apapun yang terbaik untuk Aurel don, apapun itu, asalkan nyawa Aurel selamat," mohon Yasmin.
"Baik, akan kami usahakan ketiganya hidup, dengan begini anda sudah setuju dengan operasi pasien, silakan datang ke ruangan yang pintunya berwarna coklat, disana anda akan diminta tanda tangan atas persetujuan operasi ini!" perintah dokter itu yang langsung diangguki Yasmin.
Yasmin hendak bertanya dimana letak ruangan dengan pintu warna coklat, tapi dokter itu lebih dulu masuk dan menutup pintunya, tidak lama dari itu, pintu kembali terbuka dan para perawat keluar dengan mendorong brangkar rumah sakit, disana terlihat Aurel yang tidak sadarkan diri pasca terjatuh tadi.
Dua dokter juga terlihat berjalan mengikuti mereka, bahkan ada beberapa dua perawat yang berlarian ke arah ujung lorong.
Yasmin meminta bi Marni untuk menunggu Aurel di depan ruang operasi, sedangkan dirinya akan pergi untuk mengurus surat tanda tangan atas persetujuan dia sebagai wali jika Aurel harus dioperasi.
Di ruang operasi keadaan sedikit chaos karena Aurel kekurangan darah, satu perawat langsung keluar untuk mengambil beberapa kantong darah agar operasi tetap berjalan lancar. Dua dokter bedah terlihat serius menyiapkan pasien yang akan segera di operasi, sembari menunggu kantong darah yang sedang diambil salah satu perawat, dokter beda memeriksa keadaan mata pasien dulu, dokter juga membutuhkan keadaan tubuh pasien yang siap agar operasi bisa berjalan lancar sampai akhir.
Dua perawat juga langsung menyiapkan dua inkubator untuk kedua bayi yang ada di dalam rahim pasien, mereka benar-benar menyiapkan semuanya dengan matang, karena kali ini tugas mereka menyelamatkan tiga nyawa sekaligus bukan hanya satu saja.
Ketika seorang perawat datang dengan membawa lima kantong darah sekaligus, satu perawat yang berada di dalam langsung menyiapkan jarum infus untuk pasien, sedangkan salah satu dokter bedah sedang menyiapkan jarum suntikan untuk membius total Aurel.
Ketika semuanya siap, mereka mulai melakukan tugasnya masing-masing, satu perawat memantau keadaan pasien, dua lainnya membantu dokter mengambilkan barang yang ia butuhkan, sedangkan dua lainnya, mereka bertugas mengurus bayi yang nanti akan lahir dari rahim pasien.
Keadaan mulai tegang ketika salah satu bayi berhasil dikeluarkan, para perawat yang ada di sana menahan napas ketika mereka tidak mendengar suara tangisan sang bayi, salah satu dokter itu bersuha membuat sang bayi menangis, butuh sekitar lima menit sampai akhirnya suara nyaring sangat bayi keluar, mereka semua menghela napas lega, lalu dokter itu menyerahkan bayi tersebut kepada slah satu perawat di sana.
Kamudian dokter itu kembali beralih kepada pasien lagi, bayi kedua berhasil dilahirkan, bahkan suara tangisannya lebih nyaring dari bayi pertama, dokter satunya langsung menyerahkan bayi hampir delapan bulan itu kepada satu perawat, bayi prematur yang lahir memang sangat membutuhkan perawatan yang lebih intens, karena pada umur prematur sang bayi belum bisa bernapas normal juga tubuhnya belum mampu bertahan jika tidak masuk inkubator.
Semuanya bekerja dalam satu komando, setelah selesai menjahit perut bagian bawah pasien dan waktu yang mereka habiskan selama berjam-jam, akhirnya membuahkan hasil, mereka berhasil menyelamatkan tiga nyawa sekaligus tanpa ada salah satu dari mereka yang harus dikorbankan.
"Jantung pasien masih berdetak normal, dok," beritahu perawat yang bertugas memastikan keadaan pasien sampai operasi selesai.
Kedua dokter itu mengangguk, lalu mereka memerintahkan untuk membawa Aurel ke ruangan perawatan dengan tetap mengecek rutin kondisi pasien sampai ia siuman nanti.
"Baik, dok," tiga perawat itu mendorong brangkar keluar dari ruang operasi.
Yasmin yang tidak bisa makan dan minum karena gelisah menunggu hasil operasi sahabatnya menoleh dan mendapati para perawat yang kembali mendorong brangkar Aurel.
"Suster, bagaimana? Aurel dan bayinya baik-baik saja, kan?" tanya Yasmin menghampiri brangkar itu dan menatap salah satu perawat yang sedang mendorongnya.
"Anda bisa bertanya langsung kepada dokter, kami harus segera membawa pasien ke dalam ruangan," balas perawat itu langsung mendorong kembali brangkar itu meninggalkan Yasmin yang wajahnya pucat.
Melihat kedua dokter yang keluar berbarengan, Yasmin kangsung melangkah mendekati dokter dan bertanya keadaan sahabat dan bayi-bayinya.
Kedua dokter itu tersenyum, "Pasien sendiri bisa bertahan sampai akhir dan untuk kedua bayinya, dua-duanya sehat, hanya saja karena mereka terlahir prematur, kami harus menaruh keduanya di dalam inkubator untuk sementara," beritahu dokter yang memiliki kumis sangat tipis di atas bibirnya.
Yasmin yang mendengar kabar baik itu menghela napas lega, sahabatnya berhasil bertahan dan kedua bayinya berhasil di selamatkan, itu kabar yang sangat menggembirakan.
"Kami permisi dulu!" pamit dokter itu.
Yasmin mengangguk lalu menggeser tubuhnya yang menghalangi jalan untuk kedua dokter itu.
"Terima kasih, dok,"
"Sama-sama,"
Tepat setelah kedua dokter itu pergi, dua perawat lainnya keluar dari dalam ruangan dengan masing-masing mendorong inkubator yang di dalamnya terdapat anak dari Aurel.
Yasmin yang melihat keduanya bernapas di dalam sana tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis.
Waktu yang menegangkan tadi akhirnya tergantikan dengan perasaan lega.
"Bi Marni, Aurel dan kedua bayinya berhasil diselamatkan," beritahu Yasmin kepada bi Marni yang sejak awal Aurel masuk ruang operasi hanya diam saja dengan raut wajah yang terlihat sama cemas dengan dirinya.
"Alhamdulillah ya Allah, Terima kasih Ya Allah," ucap bi Marni yang ikut meneteskan air matanya.
Lalu Yasmin mengajak bi Marni untuk mendatangi resepsionis guna menanyakan di ruangan mana Aurel ditempatkan, ia tidak sempat bertanya karena fokusnya hanya pada bagimana keadaan Aurel dan kedua anaknya.
Yasmin bersumpah akan menampar Erven jika ia kembali bertemu lagi dengan pria brengsek itu.
bye bye aja lah