NovelToon NovelToon
ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ia ditemukan di tengah hujan, hampir mati, dan seharusnya hanya menjadi satu keputusan singkat dalam hidup seorang pria berkuasa.

Namun Wang Hao Yu tidak pernah benar-benar melepaskan Yun Qi.

Diadopsi secara diam-diam, dibesarkan dalam kemewahan yang dingin, Yun Qi tumbuh dengan satu keyakinan: pria itu hanyalah pelindungnya. Kakaknya. Penyelamatnya.
Sampai ia dewasa… dan tatapan itu berubah.

Kebebasan yang Yun Qi rasakan di dunia luar ternyata selalu berada dalam jangkauan pengawasan. Setiap langkahnya tercatat. Setiap pilihannya diamati. Dan ketika ia mulai jatuh cinta pada orang lain, sesuatu dalam diri Hao Yu perlahan retak.

Ini bukan kisah cinta yang bersih.
Ini tentang perlindungan yang terlalu dalam, perhatian yang berubah menjadi obsesi, dan perasaan terlarang yang tumbuh tanpa izin.

Karena bagi Hao Yu, Yun Qi bukan hanya masa lalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

Hujan sudah berhenti ketika Yun Qi keluar dari rumah sakit. Langit Beijing masih kelabu, aspal basah memantulkan lampu-lampu jalan yang mulai menyala satu per satu. Udara dingin menyusup ke balik pakaian tipis yang ia kenakan, membuat tubuh kecilnya menggigil halus. Jaket yang dipinjamkan perawat terasa kebesaran, lengannya menutupi hampir seluruh telapak tangannya.

Ia berjalan di samping Wang Hao Yu dengan langkah kecil, berusaha menyesuaikan ritme langkah pria itu yang panjang dan tenang. Tidak ada satu kata pun yang keluar sejak mereka meninggalkan gedung rumah sakit. Sunyi.

Bukan sunyi yang nyaman, tapi sunyi yang membuat Yun Qi merasa harus terus waspada. Mobil hitam itu menunggu di depan. Mobil yang sama yang hampir menabraknya semalam. Mobil yang catnya mengilap, pintunya berat, dan baunya berbeda terlihat bersih, mahal dan asing.

Sopir turun lebih dulu, membuka pintu belakang. “Masuk,” kata Hao Yu singkat. Yun Qi berhenti. Ia menatap pintu mobil itu sejenak, lalu menoleh ke Hao Yu. “Pak… saya boleh duduk depan saja?”

“Kenapa?” Hao Yu menoleh, alisnya sedikit berkerut.

“Belakang… terlalu besar,” jawab Yun Qi jujur. Hao Yu terdiam sejenak, lalu memberi isyarat ke sopir. “Buka depan.” Yun Qi mengangguk cepat. “Terima kasih, Pak.”

Ia naik dengan hati-hati, seolah takut membuat mobil itu kotor. Tangannya memegang tepi kursi dengan ragu sebelum akhirnya duduk. Sabuk pengaman terasa kaku di tangannya. Mobil mulai melaju.

Dari kaca jendela, Yun Qi melihat kota bergerak. Gedung tinggi, lampu toko, orang-orang dengan payung, dunia yang terus berjalan seolah tidak pernah peduli kalau semalam ada satu anak kecil yang hampir mati di jalan. Ia menunduk, menatap lututnya sendiri.

“Ke mana kita pergi?” tanyanya pelan, setelah beberapa menit. “Ke rumah,” jawab Hao Yu.

“Rumah siapa?” Yun Qi menoleh cepat.

“Rumahku.”

Jantung Yun Qi berdegup lebih cepat. “Oh,” katanya pelan. “Saya… boleh tinggal di sana?”

“Untuk sementara.” Yun Qi mengangguk. Kata sementara itu ia pahami betul. Semua yang baik dalam hidupnya selalu sementara. Ia tidak bertanya lagi.

Mobil berhenti di depan sebuah gedung tinggi. Bukan rumah. Lebih mirip gedung yang sering ia lihat di televisi tinggi, penjagaan ketat, pintu kaca besar, dan lantai marmer yang mengilap. Satpam langsung membungkuk kecil saat melihat Hao Yu. “Selamat malam, Tuan Wang.”

Hao Yu mengangguk singkat. Yun Qi menunduk, berusaha mengecilkan diri. Sepatunya basah, ujungnya kotor oleh lumpur yang belum sempat ia bersihkan. Lift naik dengan suara pelan. Angka terus bertambah. “Pak…” Yun Qi memanggil lagi, ragu. “Ya?”

“Saya… saya tidak akan menyentuh apa pun. Saya janji.” Hao Yu meliriknya sekilas. “Kenapa kau pikir aku membawamu ke sini untuk diuji?” Yun Qi menggeleng kecil. “Biasanya… orang dewasa marah kalau saya bikin kotor.” Hao Yu tidak menjawab.

Pintu lift terbuka. Apartemen itu luas. Terlalu luas untuk seorang anak yang terbiasa dengan ruang sempit dan suara pertengkaran. Lantai kayu mengilap, sofa besar, jendela tinggi dengan pemandangan kota yang penuh cahaya. Yun Qi berdiri di dekat pintu, tidak berani melangkah lebih jauh. “Masuk,” kata Hao Yu. “Saya boleh lepas sepatu di sini?” tanyanya hati-hati.

“Di rak sana,” jawab Hao Yu, menunjuk. Yun Qi segera melepas sepatu, menyusunnya rapi meski jelas sepatu itu tidak pantas berada di rak yang bersih dan mahal. Hao Yu meletakkan jasnya, lalu menoleh. “Kau lapar?”

Yun Qi mengangguk pelan. “Aku pesan makanan,” kata Hao Yu. “Duduk.” Yun Qi duduk di ujung sofa, punggungnya tegak, tangannya diletakkan di atas paha. Ia tampak seperti anak yang sedang menunggu hukuman, bukan tamu.

Saat makanan datang sup hangat, nasi, dan lauk sederhana Yun Qi menatapnya dengan mata berbinar, tapi ia menunggu. “Boleh dimakan?” tanyanya sopan.

“Makan.” Ia makan perlahan, terlalu perlahan untuk anak seusianya. Setiap suap ia kunyah lama, seolah takut makanan itu akan hilang jika ia terlalu cepat. “Tidak perlu pelan begitu,” kata Hao Yu dari seberang meja. “Tidak ada yang akan merebutnya.”

Yun Qi mengangguk, tapi tetap tidak mempercepat. Setelah selesai, Hao Yu berdiri. “Kau mandi.” Ia berhenti, lalu menambahkan, “Air hangat.”

“Handuknya…?” tanya Yun Qi.

“Sudah ada di kamar tamu.” Kamar itu besar, bersih, dan berbau sabun. Pakaian baru sudah terlipat rapi di atas tempat tidur. Yun Qi menyentuh kain itu dengan ujung jarinya. “Ini… untuk saya?” tanyanya saat Hao Yu berdiri di ambang pintu. “Ya.”

“Terima kasih, Pak,” ucapnya sungguh-sungguh. Hao Yu mengangguk. “Tidur setelah mandi.” Pintu tertutup pelan. Yun Qi berdiri lama di tengah kamar. Ia menatap tempat tidur itu, lalu duduk perlahan, seolah takut membuatnya rusak.

Malam itu, untuk pertama kalinya, ia tidur tanpa suara hujan di telinga dan tanpa rasa takut akan ditendang keluar saat pagi tiba. Hao Yu berdiri di ruang kerja, memandang kota dari balik jendela. Ini gila. Ia tahu itu. Ia membuka ponsel, mengetik pesan singkat ke asistennya.

Cari tahu prosedur adopsi anak. Diam-diam. Pesan terkirim. Ia menutup ponsel, mengusap wajahnya sebentar. “Apa yang kau lakukan, Wang Hao Yu…” gumamnya.

Di balik pintu kamar tamu, seorang anak tidur dengan napas tenang. Dan tanpa ia sadari Keputusan impulsif itu baru saja mengubah hidup mereka berdua.

1
@fjr_nfs
tinggalkan like dan Komen kalian ☺❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!