NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebangkitan Sang Pengkhianat

​Kepulangan Aruna dan Damian dari Maluku seharusnya disambut dengan upacara kemenangan, namun atmosfer di Jakarta justru terasa seperti malam sebelum badai besar. Saat mobil limusin mereka memasuki gerbang mansion Gavriel, Aruna menyadari ada yang salah. Tidak ada Tiara yang biasanya berdiri di teras dengan ponsel di tangan, dan penjaga gerbang tampak menghindari kontak mata.

​"Mas, kenapa semua orang wajahnya seperti habis melihat hantu?" bisik Aruna sambil merapatkan jaketnya.

​Damian tidak menjawab, namun rahangnya mengeras. Ia melangkah cepat ke dalam ruang kerja. Di sana, layar monitor besar yang biasanya menampilkan data saham kini hanya menampilkan sebuah foto tunggal sebuah sel penjara yang kosong di sebuah pulau terpencil di Pasifik, dengan sebuah syal sutra berwarna merah darah tergantung di jerujinya.

​"Clara," desis Damian.

​"Maksud Mas, Mbak Hijau ...eh, Mbak Clara yang dulu itu?" Aruna menelan ludah.

"Bukannya dia sudah dikirim ke pengasingan tanpa akses komunikasi apa pun?"

​"Dia melarikan diri dua minggu lalu," ujar sebuah suara dari kegelapan sudut ruangan. Tiara muncul dengan wajah kuyu dan perban di lengan kirinya. "Dia tidak sendiri, Aruna. Ada organisasi bernama The Red Triangle (Segitiga Merah) yang menjemputnya menggunakan helikopter siluman. Mereka menyerang konvoi kami saat pemindahan tahanan."

​Tiara meletakkan sebuah berkas di meja. "Clara bukan lagi sekadar istri Lukas yang haus harta. Sekarang dia adalah wajah baru dari The Red Triangle. Organisasi ini adalah kartel bayangan yang selama ini menyokong Silas. Jika Silas adalah otak keuangannya, maka kelompok ini adalah eksekutor berdarah dinginnya."

​Aruna mengambil selembar foto dari berkas itu. Di sana terlihat Clara, namun penampilannya berubah total. Rambutnya dipangkas pendek, matanya dingin tanpa emosi, dan di lehernya terdapat tato segitiga merah kecil.

​"Dia mengirimkan pesan ini satu jam yang lalu," Tiara menekan tombol putar pada rekaman suara.

​"Damian, Sayang... Terima kasih sudah menyingkirkan Lukas dan Silas untukku. Sekarang jalan menuju takhta Gavriel sudah bersih dari orang-orang tua yang lamban. Aku tidak butuh pulau emas di Maluku. Aku hanya butuh satu hal untuk menghancurkanmu: rahasia yang disimpan ibumu di ruang bawah tanah sanatorium yang dulu."

​Damian memukul meja hingga retak. "Rahasia Elena? Tidak ada rahasia di sana!"

​"Mas, tunggu," Aruna mencoba menenangkan. "Kalau Mbak Clara sampai berani menyebut itu, berarti ada sesuatu yang kita lewatkan saat menyelamatkan Ibu dulu. Apa ada ruangan yang tidak sempat kita periksa karena buru-buru?"

​Malam itu juga, Damian dan Aruna memutuskan untuk kembali ke bekas gedung sanatorium yang kini sudah terbengkalai dan disegel polisi. Tempat itu tampak mengerikan di bawah cahaya bulan, seperti kerangka raksasa yang menyimpan ribuan jeritan masa lalu.

​"Mas, aku tidak suka tempat ini. Auranya lebih seram dari kuburan massal," Aruna memegang erat senter di tangannya.

​"Tetap di belakangku, Aruna. Kita cari apa yang Clara maksud."

​Mereka sampai di kamar lama Elena. Aruna mulai mengetuk-ngetuk dinding marmer, menggunakan teknik yang ia pelajari saat mencari tikus di gudang kateringnya dulu.

Duk... duk... dug...

​"Mas! Di sini suaranya beda! Ini kosong!"

​Damian mendorong lemari besar di depan dinding tersebut. Di baliknya terdapat sebuah lubang kunci kecil yang sangat kuno. Damian meraba kalung perak yang selalu ia pakai kalung pemberian ibunya. Ia memasukkan kunci kecil dari liontinnya ke lubang itu.

​Creeeeak...

​Dinding itu bergeser, menyingkap sebuah tangga spiral yang menuju ke bawah tanah. Di bawah sana bukan penjara, melainkan sebuah laboratorium arsip yang sangat canggih. Ribuan berkas tentang pejabat tinggi negara, bukti suap, hingga rekaman video rahasia tersimpan rapi.

​"Ini bukan sanatorium," bisik Damian dengan ngeri. "Ini adalah pusat pemerasan Lukas. Dan ibuku... dia bukan cuma disembunyikan di sini, dia dijadikan saksi kunci dari semua informasi ini."

​Tiba-tiba, suara tepuk tangan bergema dari tangga.

1

​"Jenius, Damian. Aku tahu Aruna akan menemukan lubang itu lebih cepat darimu," Clara berdiri di sana, dikelilingi oleh lima pria bersenjata lengkap dengan seragam The Red Triangle.

​Clara melangkah maju, memegang sebuah pistol dengan tenang. "Data di ruangan ini bernilai lebih dari seluruh aset Gavriel Group dikalikan sepuluh. Dengan ini, aku bisa menjatuhkan pemerintahan atau membeli satu negara. Dan kalian... kalian baru saja memberikan kuncinya padaku."

​"Mbak Clara, Mbak ini beneran ya, tidak bosan jadi jahat?" Aruna berkacak pinggang, mencoba menutupi rasa takutnya dengan keberanian khasnya. "Padahal hidup tenang di pengasingan itu enak loh, bisa ternak ayam atau tanam cabai. Kenapa malah mau jualan rahasia orang?"

​Clara tersenyum sinis. "Karena cabai tidak bisa memberiku kekuasaan, Aruna. Sekarang, berikan hard drive induk itu pada Damian, atau aku akan meledakkan tempat ini dengan kalian di dalamnya."

​Damian menatap Aruna, lalu menatap Clara. Ia menyadari sesuatu. Kabel-kabel di ruangan ini terhubung dengan sensor gerak.

"Jangan bergerak, Clara. Jika kau melepaskan tembakan, getarannya akan memicu protokol penghancuran data secara otomatis. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa."

​"Kau gertak sambal, Damian!"

​"Coba saja," tantang Damian.

​Suasana menjadi sangat tegang. Aruna melihat sebuah tabung pemadam api di dekat kaki salah satu penjaga. Ia tahu, jika terjadi kekacauan, data ini harus diselamatkan atau dihancurkan sepenuhnya agar tidak jatuh ke tangan yang salah.

​"Mas Damian, hitungan ketiga?" bisik Aruna 1 tak terdengar.

​"Satu..." Damian bersiap.

​"Dua..." Aruna merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sisa bubuk belerang yang ia ambil dari Maluku.

​"TIGA!"

​Aruna melemparkan bubuk belerang ke arah lampu halogen yang panas, menciptakan ledakan cahaya terang yang membutakan. Damian menerjang ke depan, melumpuhkan penjaga terdekat. Sementara Aruna, dengan gerakan nekat, menarik tuas pemadam api dan menyemprotkan seluruh isinya ke arah Clara.

​"RASAKAN INI, MBAK HIJAU!"

​Di tengah kabut putih pemadam api, Damian menyambar hard drive induk dan menarik Aruna menuju jalur keluar darurat. Peluru-peluru mulai berdesing di sekitar mereka, menghantam rak-rak arsip yang mulai terbakar.

​"LARI, ARUNA!"

​Mereka berhasil keluar tepat saat bagian bawah tanah sanatorium itu runtuh akibat ledakan protokol keamanan. Clara berteriak murka dari dalam reruntuhan, namun Damian tidak berhenti. Mereka melompat ke dalam mobil yang sudah disiapkan Tiara di luar.

​Saat mobil melesat menjauh, Aruna melihat ke belakang. "Mas... datanya selamat?"

​Damian menunjukkan hard drive di tangannya. "Selamat. Tapi ini artinya perang terbuka sudah dimulai. Clara tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan ini kembali."

​Aruna bersandar di kursi, napasnya memburu. "Mas, aku baru sadar. Kita ini seperti magnet buat orang-orang psikopat ya? Apa tidak ada musuh yang lebih kalem sedikit? Yang kalau marah cuma kirim surat somasi gitu?"

​Damian menggenggam tangan Aruna. "Sayangnya tidak, Aruna. Tapi selama aku punya kamu, aku yakin 'Segitiga Merah' itu pun akan kita buat jadi bundaran tak berbentuk."

​Di kejauhan, di atas reruntuhan sanatorium, Clara berdiri dengan wajah yang penuh debu dan dendam. Ia mengambil ponselnya.

"Aktifkan unit di Jakarta. Jika kita tidak bisa mendapatkan datanya, kita akan hancurkan semua yang Damian cintai. Mulai dari Maheswari Logistik."

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!