NovelToon NovelToon
Mengapa, Harus Aku?

Mengapa, Harus Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:258
Nilai: 5
Nama Author: Erni Handayani

Alisha Alfatunnisa, putri dari pemilik pondok pesantren yang populer di kotanya. Belum menikah meski menginjak umur 29 tahun. Hati yang belum bisa move on karena Azam sang pujaan hati, salah melamar kembaran nya yaitu Aisha.

Peperangan batin dilalui Alisha. Satu tahun dia mengasingkan diri di tempat kakeknya. Satu tahun belum juga bisa menyembuhkan luka hati Alisha. Hingga datang sosok Adam, senior di kampusnya sekaligus menjadi rekan duet dalam menulis.

Apakah kehadiran Adam bisa menyembuhkan luka hati Alisha? Atau masih ada luka yang akan diterima Alisha? Cerita yang menguras air mata untuk kebahagiaan sang kembaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Ada apa dengan istri Kakak?" tanyaku setelah Kak Adam mengalihkan pandangannya menatap gedung bertingkat yang berserekan di luar sana.

"Kamu mau tahu ada apa?" tanya Kak Adam balik.

"Iya kak,"jawabku lirih.

Kak Adam kembali menatap aku. Matanya semakin memerah.

"Beritahu aku kenapa kamu memilih keputusan ini, Alisha?" ucap Kak Adam . Aku mendesah lirih, masih saja dia bertanya itu.

"Karena aku sayang Aisha, kak! Azam cinta pertama dia. Dan Aisha jatuh cinta pada pandangan pertama. Fisik Aisha lemah, dia sakit-sakitan sejak kecil! Kondisi jantung dia juga lemah. Aku bisa apa kak? Saat dia dengan bahagia mengatakan bahwa lelaki yang selama ini dia impikan melamar dia."

Tenggorokanku terasa tercekat mengatakan ini.

"Meski yang dilamar itu seharusnya aku. Semua juga salahku tidak memberitahu Azam kalau aku pulang ke rumah kakek! Aku yang salah bukan Azam atau Aisha."

Air mata menerobos pertahananku, mengalir dengan deras membasahi pipi. Kak Adam memberikanku sapu tangan.

"Jangan menangis lagi! Aku nggak sanggup melihat air matamu jatuh, Alisha!"ucap Kak Adam.

Aku menghapus sisa-sisa air mata yang masih mengalir.

"Kamu tahu aku tak kalah kacau, nyaris bunuh diri jika tidak ingat Sila," ucap Kak Adam kembali memulai pembicaraan. Ada apakah sampai seorang Adam depresi?

"Istriku meninggal saat melahirkan. Semua salah aku yang mengajak dia untuk berkunjung ke Indonesia. Sila hadir tapi ibunya pergi, tepat di dua tahun kami menikah. Dokter telah memberitahu jika kandungan istriku bermasalah. Tapi dia kekeh mempertahankan kandungannya!"

Aku memekakan pendengaran agar tidak salah mendengar. Jadi istri Kak Adam sudah meninggal?

"Naas hari itu juga aku mendengar kabar gadis yang aku cinta terluka hatinya." Kak Adam kembali berucap. Suaranya terdengar serak. Aku tak paham, dia menikahi istrinya tapi mencintai gadis lain. Selingkuh kah Kak Adam?

"Aku hancur, Alisha! Ingin aku datang disaat itu. Tapi aku tahu dia pasti juga terpuruk. Dia terluka dalam bahkan sampai detik ini dia belum sembuh dari lukanya.

"Siapa gadis itu? Aku tak paham dengan apa yang di ucapkan Kak Adam.

"Siapa gadis itu kak?" tanyaku penasaran.

Kak Adam kembali menatap lekat mataku. Tatapan matanya begitu sayu, seakan semua beban terkumpul dikelopak mata.

"Kamu mau tahu siapa gadis itu?"tanya Kak Adam balik. Aku mengangguk, sudah kehilangan kekuatan untuk berbicara aku. Mengapa jantung ini semakin berdetak keras, gugup menguasai aku.

"Dia yang telah mencuri hatiku saat pertama kali bertemu, dia yang membuat hari-hariku berwarna. Dia yang membuatku patah hati dan membuatku terbang jauh ke Amerika. Dia yang terluka parah karena keputusannya sendiri. Dia sekarang ada di hadapanku."

Deg, kalimat terakhir Kak Adam membuat aku terpaku. Mengunci rapat bibirku. Yang ada di hadapannya hanya aku. Tidak mungkinkah Kak Adam mencintai aku? Aku pasti salah dengar, ini hanya ilusiku saja.

"Gadis itu bernama, Alisha Alfatunnisa." jelas Kak Adam.

Aku tak bisa berkata apa-apa. Otakku tak bisa mencerna. Sejak kapan dia mencintai aku? Allah, ini rumit sangat rumit.

"Dunia ini luas, seluas samudra si lautan. Namun, mengapa aku hanya terpaut padamu? Ternyata aku salah menilai, dia yang aku kira bisa membuatmu bahagia. Nyatanya yang membuatmu luka tak terkira."

Aku menggeleng cepat, tidak ini tidak mungkin Kak Adam mencintai aku.

"Tidak..."

Aku terengah-engah, napasku memburu dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuh. Aku memejamkan mata untuk menormalisasi detak jantung yang menggila.

Allah, ini hanya mimpikan? Tapi mengapa seperti nyata? Aku mengusap kasar wajahku yang penuh peluh.

Semua ini. Pasti karena pertemuan tadi dengan Kak Adam juga pesan dari Azam.

Jam menunjukan pukul 02:00 dini hari, diri ini selau terjaga karena mimpi buruk. Dua malam ini aku bermimpi buruk.

Belum aku pahami dengan baik maksud mimpi dengan Azam. Kini ditambah tentang Kak Adam. Tidak mungkin jika istrinya sudah meninggal? Jelas-jelas Kak Adam bilang akan menemuinya setelah pulang dari pondok tadi.

Semua ini membuat kepala berdenyut nyeri. Drrt, ponselku bergetar. Dari layar tertera nama Kak Adam, ada beberapa pesan yang dia kirim.

[Besok bisa kita pergi ke seminar kepenulisan di SMA Bina Dharma. Aku di undang Rizki, teman lama aku dia guru disitu!]

Aku hanya me-read pesan Kak Adam. Rasanya masih syok diri ini, karena mimpi tadi. Apa mungkin Kak Adam mencintai aku? Dia tidak pernah hadir di mimpiku walaupun hanya sekali saja selama kami saling mengenal. Hanya kedekatan sebagai partner menulis yang terjalin diantara kami. Tidak ada rasa yang menjadi bumbu dipertemanan aku juga Kak Adam.

Jika mimpi hanya bunga tidur, mengapa aku tidak pernah bermimpi indah? Bukankah bunga itu indah? Aku menggeleng cepat saat mimpi tentang Kak Adam berkelebat dipikiran.

Alisha, Kak Adam sudah punya istri dan anak. Ini hanya mimpi, tak perlu risau hatimu! Separuh hatiku menyangkal mimpiku, separuh lagi mengatakan bisa saja terjadi.

Allah, mengapa serumit ini kisahku? Aku ingin terbebas dari segala hal yang menyesakkan dada. Beri aku tempat yang baru, agar aku tidak selalu terjebak dengan mereka yang selalu aku jaga hatinya. Aku lelah, setelah mataku saat terjaga tak bisa terlelap lagi.

[Insya Allah, kak! Besok aku izin Ayah dulu!]

Setelah lama baru aku balas pesan Kak Adam. Selesai membalas pesan, aku beranjak turun dari ranjang mengambil wudu untuk salat tahajud.

Dinginnya air membuat saraf-saraf di sekujur tubuhku bangun. Sejuk menjalar keseluruh tubuh. Ketenangan sejenak singgap padaku.

Allah, aku malu meminta terus padamu. Terlalu banyak nikmat yang aku ingkari. Jika boleh aku meminta, jangan kau patahkan lagi hatiku yang tinggal separuh ini.

Aku lelah berharap pada hambamu, biarkan aku bebas terbang dengan satu sayap. Akan aku raih bahagia dengan caraku. Bukan dengan merebut Azam dari Aisha, atau menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Kak Adam dengan istrinya.

Cahaya matahari mulai berbinar, masuk ke dalam kamar melalui jendela. Aku membubuhkan bedak dengan lumayan tebal, agar tidak terlihat pucat juga menyamarkan kantung mata.

Gamis berwarna maroon ini cukup membuat aku menawan. Namun, badan ini mengapa semakin terlihat kurus. Apa perlu minum obat penggemuk badan?

" Neng Alisha.." suara pintu diketuk diiringi panggilan namaku. Membuat aku berhenti menatap pantulan diri di kaca.

"Iya, Mba! Kenapa?" tanyaku setelah membuka pintu.

"Ini ada teman Neng Alisha sudah menunggu! Ayah nyuruh saya manggil Neng Alisha!" ucap Mba Sinta.

Apa Kak Adam sudah datang sepagi ini? Jantungku berdetak kencang, mimpi semalam masih terbayang. Mencoba untuk abai namun tetap saja singgah di pikiranku.

1
Afu Afu
jangan bucin alisha,buka hati buat yg lain percm menghro Azam istri nya jg SDH hmil apa yg mau km hrapkan ,plis deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!